Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Corona, Cerita Nelangsa, dan Mengais "Berkah dalam Bencana"

22 Maret 2020   08:03 Diperbarui: 22 Maret 2020   08:08 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karena corona, ada banyak orang yang mengalami kisah nelangsa, tapi ada juga yang bisa memungut hikmah.Terpenting, kita harus ikut mencegah terjadinya penyebaran corona dengan pola hidup sehat dan membatasi ke luar rumah dan bertemu banyak orang/Foto: https://twitter.com/SoloSuara

Sejak pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menetapkan status darurat bencana imbas coronavirus disease (covid 19), sejak  itu pula, banyak dari kita yang kehidupannya berubah.

Berbagai perusahaan mulai memberlakukan sistem bekerja di rumah (Work From Home/WFH) demi meminimalisir dampak dan penyebaran virus corona. Sistem ini sudah dijalankan mulai dari level kementerian hingga beberapa perusahaan.

Kebijakan tersebut dinilai menjadi upaya bersama dalam rangka menekan kemungkinan risiko menularnya virus corona.

Sampean (Anda) mungkin sudah merasakan rasanya bekerja dari rumah selama sepekan kemarin. Memberesi pekerjaan dari rumah demi meminimalkan kontak fisik dan bertatap muka dari jarak dekat dengan orang-orang di luar sana.

Anak-anak juga belajar di rumah. Tidak hanya belajar, tapi juga mengerjakan bermacam-macam tugas dari gurunya. Dari sekadar mengerjakan soal-soal di buku pelajaran, hingga membuat video tentang tema tugas yang diberikan. Itu juga upaya untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Akhir pekan yang biasa jalan-jalan santai di mall ataupun sejenak singgah ke tempat-tempat hiburan yang dipadati banyak orang, kali ini ceritanya juga berbeda. Apalagi, ada beberapa tempat publik yang ditutup sementara. Lagi-lagi sebagai upaya mencegah penyebaran Covid 19. 

Niat untuk berolahraga pagi di Minggu pagi yang biasanya dilakukan di car free day, kali ini juga tidak bisa dilakukan. Lha wong car free day nya ditiadakan demi mencegah berkumpulnya banyak orang yang bisa memicu penyebaran corona.


Satu lagi, sejak mencuatnya corona membuat akhir pekan pun berubah. Terutama bagi pecinta sepak bola. Akhir pekan yang biasanya semarak dengan pertandingan dari liga-liga sepak bola Eropa, kini hambar. Tidak ada lagi pertandingan, imbas kompetisi yang untuk sementara dihentikan.

Cerita nelangsa dari mereka yang terdampak corona

Corona tidak hanya mengubah kehidupan kita menjadi berbeda dari biasanya. Ia juga membuat banyak orang nelangsa. Selama sepekan kemarin, ada banyak kawan yang 'curhat' cerita nelangsa.

Ada beberapa kawan yang cerita kehilangan pemasukan imbas untuk sementara tidak bisa bertatap muka dengan banyak orang. Mereka bercerita baik melalui obrolan langsung via chat WhatsApp ataupun narasi yang ditulis di akun media sosialnya.

Ada kawan pengajar di lembaga bimbingan belajar (LBB) yang karena sekolah diliburkan, LBB tempatnya mengajar pun ikut diliburkan. Dia pun untuk sementara libur mengajar.

Padahal, andai tetap bisa mengajar, dari beberapa pertemuan tatap muka dengan murid di LBB itu, bila diakumulasi, dia bisa mendapatkan pemasukan dengan jumlah lumayan. Tapi apa daya, corona mengubah cerita indah itu jadi nelangsa.

Ada pula kawan yang sudah punya agenda membuat kegiatan pelatihan membuat video di sebuah sekolah SMA. Agenda sudah dibuat jauh-jauh hari. Namun, apa daya, beberapa hari jelang hari H, dia malah mendapat kabar bila sekolah malah diliburkan. Pelatihan itupun batal digelar.

Ada lagi cerita nelangsa seorang kawan yang diunggah di media sosialnya. Cerita seorang kawan yang menjalankan usaha sablon kaos. Mendadak, ia mendapat kabar bila orderan kaos yang sebelumnya dipesan, ternyata dibatalkan. Memangnya ada kaitan dengan corona?

Ya, karena kaos yang rencananya disablon itu untuk kegiatan yang akan melibatkan banyak orang. Rencananya akan dibagikan ke peserta kegiatannya. Tapi, karena kegiatannya batal, jadinya order kaosnya juga ikut batal.    

Ada lagi cerita nelangsa dari kota sebelah. Ada seorang anak yang memposting foto dagangan ibunya di sentra PKL sembari menyebut bila sentra PKLnya kini sangat sepi pembeli. Tidak seperti biasanya ketika ada banyak orang berkumpul di sentra sembari memesan makanan dan minuman.
 
Postingan foto itu membuat banyak orang ikut berempati. Saya pun ikut mengandaikan, semisal bila ibu saya berjualan di sentra dan hanya mengandalkan pemasukan dari situ, lantas kini tidak banyak orang yang datang ke sentranya.

Sama seperti membayangkan bagaimana nasib para penjual cilok, cilor, batagor, dan penjual kecil lainnya yang biasa berjualan di sekolah anak-anak. Ketika sekolah diliburkan hingga akhir Maret, entah bagaimana caranya mereka bisa mendapatkan penghasilan.

Hikmah dari situasi yang sulit

Toh, meski ada banyak cerita nestapa, ada pula cerita dari mereka yang bisa memungut 'a blessing in disguise". Sebuah berkah dari bencana. Mereka yang bisa merasakan hikmah dari situasi yang sulit bahkan mencemaskan seperti sekarang.

Ada kawan yang bercerita, karena dia harus memberesi pekerjaan dari rumah, sementara anak-anak juga belajar dari rumah, maka mereka bisa berkumpul meski di hari kerja. Kata dia, corona membawa keluarganya bersama kembali dalam rumah dan melakukan aktivitas bersama-sama di rumah.

Lebih banyak berada di rumah juga mengajarkan kita untuk menerapkan pola hidup sehat. Kita tidak lagi gemar jajan dan makan sembarangan di luar. Lha wong istri membuat masakan yang lebih segar dan jelas lebih sehat. Bonusnya lagi, sekeluarga bisa makan bersama. Sesuatu yang mungkin jarang bisa dilakukan, bahkan dalam satu bulan.

Hikmah yang paling jelas, kita sekarang jadi lebih terbiasa dengan pola hidup sehat. Kita jadi lebih rajin mencuci tangan dengan sabun sekembali dari keluar rumah.

Dari dulu, kita sebenarnya sudah paham bahwa mencuci tangan dengan sabun setelah keluar rumah, itu penting. Dan itu sebenarnya urusan sepele. Mudah saja dilakukan. Namun, karena sepele, banyak dari kita yang menyepelekannya.

Kini, kita jadi tersadar bahwa urusan mencuci tangan dengan sabun selama 20 detik ini sangat penting. Tidak boleh dilakukan. Kita bahkan mungkin menganggapnya sebagai kebutuhan demi menjaga kesehatan dan mencegah terpapar corona.

Pada akhirnya, kita tentu berharap bencana Corona ini akan segera berakhir. Sehingga, tidak ada lagi kekhawatiran akan terpapar Corona ketika kita beraktivitas di luar rumah dan berkumpul bersama banyak orang. 

Sehingga, cerita-cerita nelangsa itu berubah karena kehidupan bisa kembali seperti dulu. Orang-orang bisa mengais rezeki seperti biasa. Dan, semua yang kita lakukan sekarang, kelak hanya akan menjadi cerita. Kita jadi dengan mudah berujar "nanti kita cerita tentang corona" seperti judul film laris di awal tahun itu.

Namun, yang tidak boleh berubah adalah kedekatan dengan keluarga di rumah. Tentang pentingnya memiliki "family time" yang selama ini mungkin terabaikan karena kesibukan bekerja di kantor/di luar rumah.

Serta, kebiasaan kita untuk membiasakan hidup sehat, harus terus dilakukan meski kelak bencana ini sudah lewat. Karena hidup sehat itu bukan karena terpaksa dan dipaksa oleh situasi. Namun, hidup sehat itu memang kebutuhan. Selamat berakhir pekan bersama keluarga di rumah. Salam sehat dan terus sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun