Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

"Kemenangan Ajaib" Antar Praveen/Melati ke Semifinal All England 2020

14 Maret 2020   08:28 Diperbarui: 14 Maret 2020   09:22 1691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ganda campuran Indonesia, Praveen Jordan dan Melati Daeva, tampil hebat di perempat final All England tadi malam. Mereka meraih kemenangan 'ajaib' atas ganda Tiongkok unggulan 2, Wang Yilyu/Huang Dongping untuk lolos ke semifinal | Foto: badmintonindoensia.org

Paulo Coelho, novelis asal Brasil yang berhasil menaklukkan industri perbukuan internasional, punya pandangan menarik perihal takdir dan nasib. Dua hal yang bagi sebagian orang dianggap mirip, tapi sejatinya tidak sama.

Tentang nasib, Coelho mengatakan tidak bisa berbuat apa-apa karena itu bukan urusannya. Menurutnya, itu sudah ada yang mengatur. Tetapi tidak dengan takdir.

Kata dia: "Aku bisa mengendalikan takdirku, tapi bukan nasibku. Takdir berarti ada peluang untuk berbelok ke kanan atau ke kiri, tapi nasib adalah jalan satu arah".

Bila ditarik ke ranah olahraga, ujaran Paulo Coelho itu berwujud pada slogan impossible is nothing. Bahwa dalam pertandingan olahraga di lapangan dan arena manapun, tidak ada yang tidak mungkin diraih selama punya semangat kuat untuk berhasil.

Perihal impossible is nothing ini, rasanya kok pas dengan ujaran terkenal Coelho dalam buku larisnya, The Alchemist. Bahwa "saat kamu menginginkan sesuatu, seluruh alam semesta akan bersatu membantumu meraihnya."

Tadi malam, semangat untuk menentukan takdir sendiri dan juga bantuan semesta untuk mewujudkan keinginan itu seperti berpadu menjadi satu dalam kisah ajaib penampilan ganda campuran Indonesia, Praveen Jordan dan Melati Daeva Oktavianti di turnamen elit All England Open 2020.

Praveen dan Melati memastikan lolos ke semifinal, Jumat (13/3) malam setelah meraih kemenangan ajaib atas ganda campuran Tiongkok, Wang Yilyu/Huang Dongping yang merupakan unggulan 2 dan lebih difavoritkan menang karena unggul head to head 1-6.

Ajaib, tertinggal 10-18 di game kedua ternyata bisa menang
Kenapa disebut kemenangan ajaib? Bila melihat cuplikan pertandingan di Youtube perihal bagaimana perjuangan Praveen dan Melati, terutama di game kedua, kita akan paham bahwa kemenangan seperti itu sangat jarang terjadi.

Di game pertama, Praveen/Melati takluk 15-21. Artinya, mereka harus tampil bagus di game kedua untuk menghidupkan peluang dan memaksakan rubber game (game ketiga). Yang terjadi, ganda Tiongkok malah mendominasi jauh dalam perolehan poin.

Yilyu/Dongping sudah unggul 18-10 poin. Praveen dan Melati sejatinya sudah dalam situasi di ujung tanduk. Lha wong lawan hanya butuh 3 poin lagi untuk mencapai angka 21 dan memenangi pertandingan.

Pun, dengan sistem reli poin yang setiap kesalahan bisa berbuah poin bagi lawan (tidak ada pindah bola), sangat sulit mengejar selisih 8 poin tersebut. Kalaupun bisa menambah poin, rasanya mustahil bisa menyalip poin lawan yang sedang on fire. Apalagi, lawan sedang melakukan serve.

Namun, yang terjadi kemudian, di angka 10-18, Praveen/Melati melaju. Berawal dari kesalahan service Dongping, Praveen yang lantas melakukan service berturut-turut mendapatkan sembilan poin. Bayangkan, sembilan poin beruntun hingga berbalik unggul 19-18.

Sembilan poin itu didapat dari kesalahan Yilyu/Dongping berupa shuttlecock menyangkut di net ataupun keluar lapangan, flick service Praveen ke pojok belakang area masuk lapangan, hingga smash keras Praveen yang tanpa ampun menghujani lapangan ganda Tiongkok.

Saat poin sama 18-18, Yilyu sebenarnya berusaha "merusak" fokus pasangan Indonesia dengan menukar shuttlecock. Dia mungkin berpikir dengan jeda beberapa detik, laju poin beruntun ganda Indonesia akan terhenti. Ternyata tidak. Poin Praveen/Melati masih bertambah jadi 19.

Ganda Tiongkok sempat menyamakan skor jadi 19-19. Tapi, itulah poin terakhir yang bisa mereka raih di game kedua. Pengembalian service sempurna Praveen ke tempat yang sulit dijangkau dan juga smash keras Praveen di posisi game point, membuat ganda Indonesia memenangi game kedua ini dengan skor, 21-19.

Game ketiga juga berlangsung menegangkan
Di awal game ketiga, Praveen/Melati lagi-lagi beberapa kali dalam situasi tertinggal. Mereka empat tertinggal 1-5, hingga 5-8. Lantas, menyamakan skor jadi 8-8. Tertinggal 8-9. Hingga menutup interval pertama dengan 11-9.

Di interval kedua, laga berjalan alot. Praveen/Melati sempat unggul 13-10 dan 14-11, bahkan 16-13. Namun, ganda Tiongkok berhasil menyamakan skor 16-16. Bila memantau pertandingan ini lewat livescore, sungguh pertandingan yang tidak baik untuk jantung. Bikin deg-degan.

Apalagi ketika Praveen dan Melati lantas unggul 20-16. Satu poin lagi untuk memenangi pertandingan. Namun, ganda Tiongkok justru berhasil mendapat tiga poin beruntun, 20-19. Rasanya dag dig luar biasa.

Para badminton lovers (BL) Indonesia pun jadi teringat kejadian memilukan di semifinal All England 2019 lalu. Kala itu, Praveen/Melati yang melawan ganda Tiongkok world number 1, Zheng Siwei/Huang Yaqiong, sudah dalam posisi unggul 20-17 di game kedua usai menang di game pertama. 

Satu poin lagi mereka menang. Yang terjadi, poin mereka malah bisa dikejar dan akhirnya kalah.

Namun, kali ini, Praveen/Melati rupanya belajar dari pengalaman pahit tahun lalu. Bermula dari service Yilyu, Praveen mengembalikan bola tipis di depan net, yang lantas disambar oleh Dongping. Ternyata shuttlecock tidak menyeberang net.

Laga ketat yang berlangsung selama 1 jam 11 menit itu pun berakhir untuk kemenangan Praveen/Melati 21-19.

Bila melihat ulang perjuangan Praveen/Melati, rasanya tidak mungkin membayangkan kemenangan itu. Lha wong ketika poin 18-10 di game kedua, banyak BL Indonesia yang mematikan live score. Mereka tidak tega menyaksikan. Lebih tepatnya, mereka mengira Praveen dan Melati akan kalah.

Namun, semesta ternyata berkehendak lain. Praveen dan Melati ternyata bisa mengejar jarak poin yang serasa mustahil dikejar tersebut. Dan, ketika tahu Praveen/Melati menang, para BL hanya bisa senang, bangga, sembari curhat bila sebelumnya mereka sudah pasrah.

"Saya bilang ke Meli (Melati), bila sebelum 21 itu belum tentu hasilnya siapa yang menang. Saya mencoba yang terbaik dan dari match tadi ada hasil yang bisa kita lihat," ujar Praveen dikutip dari badmintalk.

Bertemu ganda Inggris yang tengah on fire di semifinal
Praveen dan Melati menjadi satu-satunya wakil Indonesia di sektor ganda campuran. Pasangan Indonesia lainnya, Hafiz Faizal dan Gloria Widjaja, terhenti di perempat final. Mereka kalah dari ganda Thailand, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai, 17-21, 11-21.

Di pertandingan semifinal yang akan dimainkan Sabtu (15/3) malam nanti, Praveen/Melati akan ditantang pasangan ganda tuan rumah, Marcus Ellis/Lauren Smith.

Kemarin, Ellis dan Smith juga meraih kemenangan dramatis atas pasangan Hongkong, Tang Chun Man/Tse Ying Suet lewat rubber game ketat selama 1 jam 24 menit. Melihat skornya saja terbayang betapa capeknya, 24-26, 22-20, 21-11.

Ellis dan Smith memang tengah tampil bagus. Pasangan Inggris ini bisa mengalahkan ganda Jepang juara All England 2018, Yuta Watanabe dan Arisa Higashino di putaran kedua.

Namun, All England tahun ini akan menjadi kesempatan terbaik bagi Praveen/Melati untuk juara. Apalagi, Siwei/Yaqiong yang merupakan juara bertahan, sudah tereliminasi di putaran II.

Praveen pastinya termotivasi untuk mengulang sukses di tahun 2016 silam. Kala itu, dia jadi juara All England ketika masih berpasangan dengan Debby Susanto.

Ayo lha Praveen/Melati, kalian bisa juara. Sudah tanggung masuk semifinal. Sekalian juara. Siapa tahu, semesta memang mendukung kalian untuk juara All England tahun ini. 

Salam bulutangkis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun