Lagi-lagi, laga pun harus ditentukan lewat rubber game. Game penentuan. Logikanya, Hoki dan Kobayashi yang berusia 24 tahun, punya stamina lebih joss. Baterai energi mereka masih penuh bila dibandingkan Hendra/Ahsan.
Toh, di game menegangkan seperti itu, bukan hanya tentang ketahanan fisik. Tapi juga kematangan bermain. Tentang efisiensi dalam bermain. Dan, Hendra/Ahsan rupanya sudah belajar dari situasi di pertandingan pertama. Mereka bisa menang cukup nyaman tanpa perlu melalui setting point (deuce) dengan skor 21-14.
Dalam wawancara dengan Badmintalk, Hendra yang ditanya perihal apa rahasianya sehingga selalu bisa mengembalikan keadaan setelah kalah di game pertama, menyebut kuncinya adalah tidak mudah menyerah. Menurut pebulutangkis yang oleh Badminton Lovers Tiongkok dijuluki dewa ini, maunya tentu menang cepat. Tapi lawan memang tidak mudah.
"Yang penting dari kami tidak mau gampang menyerah. Walaupun set pertama jauh kalahnya, tapi set kedua harus coba lagi. Kami hanya terus mencoba, itu yang kami tanamkan," ujar Hendra.
Nah, semangat anti menyerah Hendra dan Ahsan inilah yang patut dicontoh oleh ganda putra Indonesia yang usianya jauh lebih mudah dari mereka. Mereka tidak boleh cepat drop ketika kalah di set pertama. Apa iya, mereka yang usianya masih muda, gampang menyerah
Di Perempat final lagi-lagi bertemu ganda Jepang penakluk Marcus/Kevin
Menariknya, di perempat final yang dimainkan Jumat (13.3) malam nanti, Hendra dan Ahsan yang menjadi unggulan 2, lagi-lagi akan bertemu pasangan Jepang. Kali ini yang paling kuat. Yakni Hiroyuki Endo (33 tahun) dan Yuta Watanabe (22 tahun).
Laga perempat final ini akan menjadi ulangan final BWF World Tour Finals pada Desember 2019 lalu. Kala itu, Hendra dan Ahsan berhasil menang dengan skor ketat, 24-22 dan 21-19 dan meraih 'treble' gelar bergengsi di 2019. Yakni All England, Kejuaraan Dunia, dan final BWF World Tour.
Endo dan Watanabe bukan lawan sembarangan. Mereka juara Asia 2019. Mereka jadi unggulan 6 di All England 2020. Mereka juga punya rekor bagus kala melawan ganda rangking 1 dunia asal Indonesia, Marcus Gideon dan Kevin Sanjaya. Mereka selalu menang di tahun 2019 lalu.
Tiga pertemuan beruntun melawan ganda Jepang ini mengingatkan kita pada rute Hendra/Ahsan di All England 2019. Di tahun lalu, Hendra/Ahsan secara beruntun menghadapi tiga pasangan Eropa dari pertandingan pertama hingga perempat final. Semuanya bisa mereka lewati.
Semoga cerita yang sama bisa berulang tahun ini. Bila dulu hattrick menang atas ganda Eropa. Kali ini hattrick menang atas ganda putra Jepang.