Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anak-anak yang Semangat Belajarnya Tidak Kalah oleh Banjir

18 Februari 2020   08:21 Diperbarui: 18 Februari 2020   08:34 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karena kelasnya kebanjiran, murid-murid SDN Banjarasri di Tanggulangin Sidoarjo, belajar di kelas dengan duduk di atas meja. Banjir awet yang menggenangi dua desa di Tanggulangin, ikut menggenangi sekolah ini/Foto: Antara Jatim

Pertanyaannya,sebenarnya, mengapa banjir di dua sekolah tersebut 'awet'?

Jawabannya, karena dua desa di mana sekolah itu berada, banjirnya juga awet. Bahkan, beberapa warga di sana menyebut ini banjir terparah di musim penghujan kali ini.

Tentu saja, kalimat ini bukan jawaban. Tetapi juga mengundang pertanyaan lain. Mengapa banjir di dua desa tersebut juga lama surutnya?

Dari penuturan beberapa kawan dan juga referensi di media yang saya baca, salah satu penyebabnya, berbagai upaya yang dilakukan belum membuahkan hasil sesuai harapan. Semisal proses penyedotan air yang dilakukan dengan pompa untuk menyedot air, mengalami kendala. Sebab, sungai di sekitarnya untuk mengalirkan air buangan, ternyata juga penuh.

Sementara upaya untuk melakukan normalisasi sungai juga sulit dilakukan karena terkendala banyaknya bangunan warga di sekitar sungai.

Pernyataan dari BPBD Kabupaten Sidoarjo bisa menjadi jawaban. BPBD menyampaikan bahwa banjir di dua desa ini karena alih fungsi lahan dan curah hujan yang tinggi.

Selain itu, juga pengaruh air pasang karena dua desa ini termasuk daerah hilir. Plus, kapasitas sungai di Sidoarjo memang rentan. Bila terkena curah hujan di atas 100 mm/hari sungai-sungai sudah penuh.

Saya juga mendapati penjelasan di salah satu media terbesar di Jawa Timur, Jawa Pos. Dari beberapa ulasannya, saya tertarik dengan penjelasan narasumber pakar geomatika dan geofisika dari ITS. Menurutnya, ada kemungkinan adanya penurunan tanah di dua desa tersebut. Hal ini menyebabkan, air sulit surut karena kawasan itu seperti cekungan.

Apapun beragam penjelasan yang muncul, tulisan ini bukan untuk menyoroti penyebab banjirnya. Namun, lebih untuk memberikan motivasi kepada adik-adik yang sekolahnya kebanjiran itu.

Lebih untuk memberikan pujian kepada adik-adik yang punya semangat belajar luar biasa itu. Juga kepada bapak ibu guru yang juga tidak kalah semangat untuk terus melaksanakan tugasnya mengedukasi murid-muridnya meski dengan situasi yang tidak ideal.

Tentu saja, bagi anak-anak, bila sekolah banjir dan dipulangkan lebih cepat, mungkin menyenangkan. Apalagi bisa main air. Namun, itu bila hanya terjadi sebentar. Tapi bila keterusan, ceritanya tentu akan berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun