Semangat belajar, lebih tepatnya semangat berangkat ke sekolah, ternyata bisa naik turun. Seperti harga telur di pasar. Bisa karena kurang suka dengan mata pelajaran yang terjadwal di hari itu. Bisa juga karena kurang senang dengan cara mengajar gurunya.
Fluktuasi semangat belajar itupun beberapa dirasakan dua anak saya. Pagi ketika hendak bersiap mandi, mereka mendadak berujar tidak masuk sekolah. Alasannya ya seperti yang saya tuliskan sebelumnya.
Bila seperti itu, saya punya 'jurus' untuk minimal membangkitkan semangat belajar mereka. Saya sampaikan, bila mereka sekolah itu enak. Lha wong tinggal berangkat naik kendaraan. Dapat uang saku. Bisa jajan di sekolah. Â
Saya lantas mengenalkan pada kawan-kawan mereka yang jauh di seberang pulau. Anak-anak yang untuk berangkat ke sekolah harus melalui perjuangan berat. Mereka menyeberangi sungai. Terkadang menaiki jembatan yang rusak. Bahkan berjalan jauh di jalanan yang tidak beraspal lumayan mulus seperti di kota tempat tinggal saya.
Tidak cukup bercerita. Karena kebetulan menulis di depan laptop, saya lalu mencari tautan berita tentang apa yang saya ceritakan tersebut. Lantas, memperlihatkan foto-fotonya kepada mereka . Supaya mereka bisa membayangkan sendiri. Betapa mereka jauh lebih beruntung daripada anak-anak yang harus berjuang payah demi menuju sekolah.
Namun kini, saya tidak perlu jauh-jauh mencontohkan betapa istimewanya anak-anak di pulau seberang itu untuk memotivasi dua anak saya. Sebab, di tempat tinggal saya sendiri, di Sidoarjo, ternyata ada anak-anak yang tidak kalah hebat. Anak-anak yang semangat belajarnya luar biasa.
Adalah murid-murid sekolah di SDN Banjarasri dan SMPN 2 Tanggulangin di dua desa di Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo, yang membuat saya larut dalam haru.
Sulit untuk tidak mengapresiasi betapa luar biasanya semangat belajar mereka. Semangat untuk tetap pergi ke sekolah walau bagaimanapun kondisinya. Sembari berharap mereka bisa segera bersekolah dengan normal. Seperti kebanyakan teman-temannya.
Memangnya sekolah mereka 'tidak normal' alias tidak sama seperti kebanyakan sekolah lainnya?
Bagaimana bisa disebut normal sebuah sekolah yang murid-muridnya belajar dengan bertelanjang kaki karena halaman sekolah dan beberapa kelas tergenang selama beberapa minggu.
Bagaimana bisa disebut sekolah yang sama seperti kebanyakan bila anak-anak belajar di kelas dengan duduk di atas meja demi bisa tetap nyaman belajar. Sebab, bila duduk di kursi kaki mereka akan terendam air karena kelas mereka tergenang.