Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Tim Indonesia ke Final BATC 2020 Usai Menang "Deg-degan" atas India

15 Februari 2020   23:53 Diperbarui: 19 Februari 2020   15:44 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemenangan dramatis diraih tim putra bulu tangkis Indonesia di babak semifinal Badminton Asia Team Championship (BATC) alias kejuaraan beregu bulu tangkis Asia 2020, Sabtu (15/2) malam.

Melalui lima pertandingan mendebarkan yang digelar di  Rizal Memorial Coliseum di Manila, Filipina sejak Sabtu (15/2) sore, tim putra Indonesia akhirnya menuntaskan perlawanan tim putra India. Indonesia menang 3-2.

Kemenangan ini membuat tim putra Indonesia berpeluang mempertahankan gelar di Badminton Asia Team Championship. Ya, tim putra Indonesia merupakan juara bertahan. Bahkan, tim Indonesia berpeluang membuat hat-trick alias juara dalam tiga edisi beruntun.

Kembali ke laga semifinal. Laga yang dimulai pukul 16.00 waktu Filipina tersebut awalnya terlihat mudah bagi tim Indonesia. Awalnya, tidak ada tanda-tanda, laga semifinal itu akan membuat tim Indonesia deg-degan sampai akhir.

Betapa tidak, tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting yang bermain di pertandingan pertama, bisa menang mudah 21-6 di game pertama atas B Sai Praneeth. Ginting memenangi pertandingan tanpa perlu memainkan game kedua setelah Praneeth memutuskan mundur. Indonesia pun unggul 1-0.

Di pertandingan kedua, giliran Jonatan Christie yang tampil. Jojo--panggilan Jonatan, diharapkan bisa membawa Indonesia unggul 2-0. Sebab, secara 'jam terbang', dia unggul. Namun, di luar dugaan, Jojo yang kini ada di 10 besar rangking dunia, malah kalah dari pemain yang baru berusia 18 tahun, Lakshya Sen.

Jojo bahkan kalah straight game alias dua game langsung, 18-21, 20-22 dari pemain belia yang merupakan juara Asia Junior Championship 2018 tersebut. India pun berhasil menyamakan skor 1-1.

Kekalahan Jojo membuat pertandingan menjadi mendebarkan
Kekalahan Jonatan Christie yang di luar dugaan itu membuat pertandingan ketiga menjadi lebih mendebarkan. Giliran pasangan ganda putra senior, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan yang tampil.

Hendra/Ahsan menghadapi pasangan muda India, Arjun M Ramachandran/Dhruv Kapila. Keduanya baru berusia 22 tahun dan 20 tahun. Selisih 10 tahun lebih dari Hendra/Ahsan. Secara pengalaman dan kematangan, Hendra/Ahsan yang kini menempati rangking 2 dunia, seharusnya bisa menang.

Dan memang, Hendra/Ahsan bisa menang. Tapi lewat kemenangan yang tidak disangka. Rubber game. Itupun dengan skor mendebarkan. Bikin jantung deg-degan.

Di game pertama, Hendra/Ahsan bisa menang mudah, 21-10. Namun, di game kedua, Arjun dan Dhruv yang unggul dalam stamina, berbalik menang 21-14. Maka, pertandingan pun dilanjutkan ke game ketiga.

Pertandingan di game penentuan ini berjalan alot. Bahkan, harus melalui adu setting point setelah kedua pasangan sama-sama meraih angka 20. Pada akhirnya, Hendra/Ahsan bisa menang 23-21. Indonesia pun kembali unggul 2-1 atas India.

Entah, apa jadinya bila Hendra/Ahsan kalah di pertandingan ini. Boleh jadi, Indonesia tidak akan lolos ke final. Ya, kemenangan Hendra/Ahsan inilah yang menurut saya paling krusial bagi tim Indonesia bila merujuk betapa India habis-habisan di laga ketiga ini.

Pasalnya, di pertandingan keempat, India lagi-lagi berhasil mencuri kemenangan. Subhankar Dey berhasil mengalahkan Shesar Hiren Rhustavito lewat straight game 21-17, 21-15. India rupanya memang mengatur strategi mencuri poin di nomor tunggal.

Kekalahan Shesar membuat pertandingan semifinal ini harus memainkan laga kelima. Andai Shesar menang, pertandingan sudah berakhir karena Indonesia sudah unggul 3-1. Namun, kemenangan Subhankar membuat skor jadi 2-2.

Tetapi, pertandingan kelima sejatinya sudah bisa ditebak hasilnya. Sebab, pasangan Marcus Gideon dan Kevin Sanjaya yang dimainkan, tidak menghadapi lawan sebenarnya. Maksudnya, lawan mereka bukan pemain spesialis ganda.

Cederanya salah satu pemain ganda andalan India, Satwiksairaj Rankireddy membuat India tidak punya pilihan di sektor ganda putra. Mereka terpaksa memainkan Chirag Shetty--pasangan Rankireddy dengan Laksya Sen yang merupakan pemain tunggal putra. Hasilnya, Marcus/Kevin menang mudah 21-6, 21-13.

Sebelumnya, di perempat final, Jumat (14/2), India juga memainkan pasangan dadakan di pertandingan kelima saat melawan Thailand. Chirag Shetty berpasangan dengan Srikanth Kidambi yang merupakan spesialis tunggal putra. Kombinasi dadakan Chirag/Srikanth masih bisa menang atas Maneepong Jongjit/Nipitphon Phuangphuapet dan membawa India lolos ke semifinal.

Namun, rumus yang sama tidak berlaku ketika melawan Indonesia. Lha wong yang dihadapi pemain ranking 1 dunia. Lha wong bila Shetty bermain dengan Rankireddy saja, sering kalah dari Marcus/Kevin, apalagi ini Shetty bermain dengan pemain yang tidak biasa bermain di sektor ganda.

Dalam wawancara dengan badmintonindonesia.org, Marcus Gideon mengaku terkejut dengan penampilan tim India. Sebab, meski tidak turun dengan kekuatan penuh, India mampu menyulitkan Indonesia. Bahkan, sempat membuat tim Indonesia deg-degan.

"Saya pribadi tidak menduga. Saya berharap kami bisa menang lebih cepat. Tapi tim India memang kuat, kami sebagai pemain harus siap dalam situasi apa pun," ujar Marcus seperti dikutip dari badmintonindonesia.org.

Hadapi Malaysia di final, Indonesia tidak boleh lengah
Kemenangan Marcus/Kevin itupun membawa Indonesia unggul 3-2 dan lolos ke final. Bila di dua final sebelumnya, tim putra Indonesia berhadapan dengan Jepang dan Tiongkok, kali ini, lawan yang dihadapi adalah Malaysia.

Ya, tim putra Malaysia akan menjadi lawan Indonesia di final. Malaysia lolos ke laga puncak setelah meraih kemenangan mutlak atas Jepang, 3-0. Kemenangan Malaysia ditentukan oleh tunggal putra Cheam June Wei yang mengalahkan Kenta Nishimoto di pertandingan ketiga.

Sebelumnya, Lee Zii Jia membawa Malaysia meraih poin pertama usai menang rubber game atas Kanta Tsuneyama lewat rubber game. Lantas, pasangan juara SEA Games 2019, Aaron Chia/Soh Wooi Yik, membuat Malaysia unggul 2-0 setelah mengalahkan Takuro Hoki/Hugo Kobayashi.

Jepang memang tidak membawa tim terbaiknya ke turnamen ini. Mereka tidak menyertakan beberapa pemain terbaik. Seperti ganda putra Takeshi Kamura/Keigo Sonoda ataupun Yuta Watanabe/Hiroyuki Endo. Plus, masih cederanya pemain rangking 1 dunia, Kento Momota

Lalu, bagaimana peluang Indonesia menghadapi Malaysia?

Laga final Badminton Asia Team Championship 2020 akan digelar Minggu (16/2) mulai pukul 16.00 waktu Manila. Bisakah tim putra Indonesia mengalahkan Malaysia?

Secara rangking pemain, pemain-pemain Indonesia unggul dari Malaysia. Namun, harus diakui, penampilan pemain-pemain Malaysia di BATC 2020 ini luar biasa. Mereka tampil sangat percaya diri.

Faktanya, dari empat pertandingan yang sudah dijalani, Malaysia hanya sekali kehilangan game. Yakni ketika mengalahkan India 4-1 di pertandingan terakhir penyisihan grup. Sebelumnya, mereka menang 5-0 atas Kazakhstan. Lantas, mengalahkan Korea Selatan 3-0 di perempat final untuk kemudian menaklukkan Jepang di semifinal.

Sementara Indonesia harus susah payah menang saat melawan India. Pun, ketika melawan Korea di babak penyisihan, Indonesia kehilangan satu game lewat kemenangan 4-1.

Menengok kenyataan perbandingan penampilan kedua tim tersebut, Manajer Tim Indonesia Susy Susanti berharap pemain-pemain Indonesia tidak lengah saat melawan Malaysia.

Menurut Susy seperti dikutip dari badmintonindonesia.org, ketika melawan India, beberapa pemain Indonesia tidak tampil dalam form terbaik. Karenanya, India bisa mencuri dua kemenangan.

Dia mencontohkan Hendra/Ahsan yang menang mudah di game pertama, tetapi lengah di game kedua. Sehingga ada tekanan menang di game ketiga. Sementara Jojo dan Shesar disebutnya harus bermain lebih taktis dan tidak monoton.

Meski begitu Susy optimistis, Indonesia akan bisa mengalahkan Malaysia. Rujukannya, akhir tahun lalu, tim Indonesia mampu mengalahkan Malaysia di final SEA Games 2019. Malaysia yang kala itu menjadi tuan rumah, turun dengan komposisi pemain yang sama seperti di BATC 2020 ini.

"Penampilan Malaysia memang bagus dari babak awal. Tapi kami sudah sering ketemu tim Malaysia. Para pemain sudah tahu lawan-lawan mereka. Di SEA Games 2019 lalu kami menang dengan komposisi yang sama, jadi besok tinggal bagaimana atur strategi dan keberaniannya di lapangan," kata Susy seperti dikutip dari
badmintonindonesia.org.

Susy benar, menghadapi Malaysia sejatinya hal biasa bagi Indonesia. Maksudnya, tidak ada yang aneh. Sudah tahu sama tahu. Apalagi, pemain-pemain Malaysia tidak beda jauh dari tim yang dikalahkan Indonesia 3-1 di final beregu SEA Games. Bahkan, Indonesia kala itu tidak menyertakan Marcus/Kevin dan Hendra/Ahsan. 

Semoga tim putra Indonesia bisa tampil lepas di final. Bisa juara untuk kali ketiga secara beruntun di BATC. Bagaimanapun, hasil bagus di BATC ini akan menjadi bekal bagus bagi tim putra Indonesia sebelum tampil di Piala Thomas pada bulan Mei nanti. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun