Dan fakta terbaru, usai mengalahkan Man City di kandang lawan, banyak penikmat Liga Inggris mulai yakin, bahwa Solskjaer sudah membawa United ke jalur yang benar.Â
Yang terjadi, sepekan kemudian, United malah ditahan 1-1 Everton yang tengah berjuang lepas dari zona degradasi.
Bahkan, pada akhir pekan kemarin, Tim Setan Merah di luar dugaan kalah memalukan dari Watford, tim juru kunci klasemen.Â
United yang kembali diperkuat Paul Pogba yang dimainkan di babak kedua, malah kalah 0-2 dari Watford. Itu kemenangan kedua Watford dari 18 laga di musim ini.Â
"Kami bermain terlalu lambat. Kami seperti tengah memainkan pertandingan testimonial," keluh Solskjaer seusai laga.
Penampilan "dua wajah" ala Manchester United di Liga Inggris musim 2019/20 ini membuat mereka masih jauh dari harapan untuk masuk ke zona empat besar demi lolos ke Liga Champions musim depan.
Lha wong David de Gea dan kawan-kawannya kini ada di peringkat 8 dengan mengoleksi 25 poin. Mereka berjarak 7 poin dari Chelsea yang ada di peringkat 4. Bila ingin tersenyum di akhir musim, mereka harus berubah di 20 laga tersisa.
Kritikan para mantan United
Sebenarnya, apa yang membuat United kini acap kali tampil bak mainan yoyo yang naik turun ketika dimainkan?
Dalam wawancara dengan Belfast Telegraph, mantan kapten United, Paul Ince pernah menyebut bila para pemain kini telah berubah.Â
Dia menyebut United tidak lagi ada di era ketika Sir Alex Ferguson bisa masuk dan "membantai" dirinya atau Roy Keane atau Mark Hughes ketika bermain buruk, lantas pemain akan menanggapi apa yang dikatakan Sir Alex.
"Para pemain sedikit lebih rapuh dan membutuhkan lengan di bahu, mereka membutuhkan seseorang untuk mengatakan bahwa mereka adalah pemain yang baik bagi mereka untuk merespons," ujarnya.