Mulai Senin (11/11/2019) lalu, pendaftaran seleksi calon pegawai negeri sipil (CPNS) resmi dibuka. Secara total, ada 197.111 formasi. Rincian pembagiannya: 37.854 formasi pada 68 kementerian/lembaga dan 159.257 formasi pada 462 pemerintah daerah.
Bagi sebagian orang, tes seleksi CPNS dianggap sebagai 'lowongan pekerjaan'. Seleksi CPNS merupakan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan. Anggapan yang tidak sepenuhnya salah.
Karena memang, para peserta tes yang nantinya lolos seleksi akan mendapatkan pekerjaan. Mereka akan bekerja di kementerian ataupun pemerintah daerah. Meski, menjadi CPNS sejatinya tidak semata bekerja di instansi pemerintahan. Tetapi harus siap menjadi 'pelayannya masyarakat'.
Nah, bagi orang-orang tertentu, kabar dibukanya seleksi CPNS ternyata dianggap sebagai kesempatan untuk mengeruk keuntungan pribadi dengan cara tidak benar.
Sudah menjadi rahasia umum, di masa lalu, bila musim tes CPNS, muncul modus penipuan. Aksi tipu-tipu yang menyasar 'para pelamar' yang tergiur 'jalan cepat' menjadi pegawai negeri sipil.
Sejak dulu, bila membaca informasi dari media, ada cukup banyak pelamar yang menjadi korban penipuan. Padahal, modus yang dipakai penipu sebenarnya berulang. Mirip-mirip.
Kepada pelamar CPNS, oknum yang menipu, mengaku kenal dekat dengan "orang dalam". Sehingga, dia bisa memberikan jaminan bahwa si pelamar akan diterima/lolos tes lantas bekerja di instansi yang dituju.
Tentu saja, iming-iming itu tidak gratis. Pelamar CPNS harus memberikan 'uang pelicin' kepada si penipu sebagai bagian dari lobi-lobi kepada orang dalam. Lantas, ketika hari pengumuman seleksi CPNS, ternyata dia tidak diterima, barulah dia tersadar bila dirinya jadi korban penipuan.
Sebenarnya, mengapa praktik penipuan tes CPNS ini acapkali berhasil menipu korban? Padahal, mereka yang ikut tes CPNS, tentunya orang terpelajar. Lha wong syarat tes CPNS rata-rata minimal berpendidikan sarjana. Padahal, mereka juga orang-orang yang melek informasi sehingga bisa dengan mudah mendapatkan informasi perihal penipuan seperti itu di tes CPNS sebelumnya.
Tapi kenapa bisa tertipu?
Boleh jadi, si penipu memang lihai dan berpengalaman dalam mengemas aksi tipu-tipu secara meyakinkan dengan penyampaian 'logis'. Sehingga, pelamar yang tertipu, terkadang sulit membedakan hal logis atau tidak.