Selain mencari tema tulisan menarik ataupun penting diketahui, lalu mencari referensi dan data pendukung tulisan, lantas mengeksekusi tulisan dengan pilihan sudut pandang sendiri, kemudian melakukan editing sebelum ditayangkan.
Namun, yang tidak kalah penting, jangan karena tidak sekadar menulis, lantas membuat kita jarang menghasilkan tulisan karena merasa beralasan butuh waktu lama untuk mengemas tulisan menjadi sesempurna mungkin. Singkat kata, menulis tidak perlu dipersulit, meski jangan juga dianggap remeh.
Makna "asal menulis" itu maksudnya ketika kita menghasilkan tulisan dengan menabrak 'aturan'. Semisal melakukan praktek menyalin tulisan orang lain atapun sekadar mencomot tulisan di media lantas diganti judulnya saja. Jangan begitu.
Pada akhirnya, tidak terasa, saya sudah sembilan tahun bergabung di Kompasiana. Kalau kata teman, saya sudah 'sepuh'. Meski, ada banyak warga Kompasiana (bapak, ibu, mas, mbak) yang bergabung setelah saya, tetapi jauh lebih produktif menulis dibanding saya. Mereka teladan dalam menjaga semangat menulis.
Selama itu, saya mengetahui, ada cukup banyak kawan yang datang dan pergi. Ada beberapa kawan yang dulu sangat aktif menulis, kini sudah jarang terlihat tulisannya. Bahkan, tidak pernah muncul. Mereka telah pergi. Pergi dalam artian tidak lagi menulis di sini. Mungkin karena kesibukan di tempat kerja sehingga sulit punya waktu untuk menyapa sesama Kompasianer lewat tulisan.
Dan itu cukup membuat sedih. Sebab, selain beberapa efek dashyat yang saya jelaskan tadi, ada lagi beberapa hal yang membuat saya semakin sayang dengan Kompasiana. Bahwa, Kompasiana itu memang seperti rumah. Rumah yang didalamnya berhimpun keluarga.
Nyatanya, karena dipertemukan Kompasiana lewat acara 'kopi darat', saya berkesempatan mengenal kawan-kawan baik sesama penulis. Bahkan, ada beberapa bapak ibu mas mbak yang meski tidak pernah bertatap muka langsung, tetapi kami bisa rutin bertegur sapa dan saling mendoakan melalui rumah ini. Melalui tulisan.
Selamat berulang tahun #11Tahun Kompasiana. Semoga, Kompasiana yang warganya berasal dari belahan kota/kabupaten manapun di Indonesia dan bahkan luar negeri, terus mampu menjadi corong munculnya banyak 'kabar bagus'. Harapannya, ketika berita bagus lebih banyak dibagikan daripada berita buruk, akan ada banyak orang yang mengonsumsi informasi yang bermanfaat dibanding informasi tentang kebohongan. Salam Beyond Blogging.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H