Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Bangkit dari Perundungan, Ginting Kalahkan Juara Dunia di Perempat Final French Open

26 Oktober 2019   06:50 Diperbarui: 26 Oktober 2019   06:58 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ginting seperti meluapkan kemarahannya selepas hasil buruk di Denmark pekan sebelumnya. Dia berubah bak seperti superhero ciptaan Marvel, Hulk yang punya kekuatan dashyat ketika sedang marah.

Tetapi memang, jangan pernah meremehkan semangat orang-orang yang diremehkan seperti Ginting. Bukan karena mereka punya semangat membalas dendam. Tapi, mereka akan termotivasi untuk membuktikan diri.

Dan, Jumat (25/10) tadi malam, Ginting memperlihatkan bahwa dirinya masih salah satu tunggal putra terbaik Indonsia. Ginting tampil dashyat di waktu yang tepat. Ketika dirinya bersua tunggal putra terbaik dunia saat ini, Kento Momota, di babak perempat final French Open.

Ginting dan Momota sudah 13 kali bertemu di lapangan. Sepanjang pertemuan itu, Ginting kalah 10 kali. Bahkan, di enam pertemuan terakhir, Ginting selalu kalah. Kekalahan teranyar terjadi di final China Open 22 September lalu. Ginting kalah rubber game dari Momota, 21-19, 17-21, 19-21.

Namun, dari kekalahan di final China Open itu, Ginting seperti memberi tanda. Bahwa, sejatinya, hanya dirinya yang paling tahu cara mengalahkan Momota. Sementara pemain-pemain lainnya tak berdaya kala bersua juara dunia 2018 dan 2019 itu.

Momota, pemain Jepang berusia 25 tahun ini kini memang bak monster di lapangan bulu tangkis. Dia bisa dengan mudah mengalahkan lawan-lawannya lewat straight game. 

Bahkan, skor kemenangannya terkadang teramat sadis karena terpaut jauh. Di final Denmark Open, Momota mengalahkan pemain Tiongkok peraih medali emas Olimpiade 2016, Chen Long 21-14, 21-12

Toh, melawan Ginting, Momota selalu kesulitan. Tidak semudah ketika bertemu lawan lainnya. Malah, yang terjadi tadi malam, Ginting bisa mengalahkan Momota straight game dalam waktu 43 menit.

Game pertama berjalan adem ayem untuk Ginting. Dia menang cukup mudah 21-10. Baru di game kedua, Momota mulai panas. Ginting sempat unggul 6-1, tetapi disamakan di poin 9-9. malah, Ginting sempat tertinggal 14-17. Namun, anak muda kelahiran Cimahi ini akhirnya menang 21-19.

Hasil yang tentunya menjadi revans manis bagi Ginting atas Momota. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata revans dimaknai sebagai penebusan kekalahan.

Lalu, faktor apa yang membuat Ginting bisa mengalahkan Momota straight game?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun