Nah, langkah pertama yang dilakukan FIGC untuk berdamai dengan kegagalan adalah mengganti 'sopir'. FIGC ingin punya 'sopir' alias pelatih baru yang tepat. Sebab, banyak yang menilai, kegagalan Italia lolos ke Piala Dunia 2018 karena imbas dari kesalahan menunjuk Giampiero Ventura sebagai pelatih.
Ventura yang kala itu berusia 69 tahun, strateginya dianggap sudah usang. Skema main 3-5-2 yang menumpuk pemain tipikal bertahan, tidak lagi sesuai dengan sepak bola masa kini. Nyatanya, Italia sulit sekali mencetak gol. Celakanya, pertahanan mereka juga tidak kokoh.
Ketika Italia kesulitan menembus pertahanan Swedia di San Siro, media menyoroti mengapa Ventura lebih memainkan gelandang bertahan seperti Danielle De Rossi ketimbang Lorenzo Insigne, salah satu talenta muda menonjol Italia. Bahkan, media menggambarkan De Rossi yang akan masuk ke lapangan, sempat menengok ke arah Insigne. Seolah berkata: "kamulah yang seharusnya bermain".Â
Mancini resmi melatih Timnas Italia pada 14 Mei 2018. Targetnya jelas. Dia harus bisa membawa Italia lolos ke Piala Eropa 2020. Bila berhasil, kontrak kerjanya akan diperpanjang.
Dengan CV yang dimiliki Mancini, mantan penyerang saat menjadi pemain dan pernah melatih klub-klub besar, bahkan juara bersama Inter Milan, Manchester City, Galatasaray, juga Fiorentina dan Lazio, ada harapan Italia akan bermain sebagai tim masa kini. Bukan tim jadul.
Bangkit dari gagal itu tidak mudah, butuh waktu yang menguji kesabaran
Mancini langsung paham masalah Italia. Bahwa, salah satu kendala adalah peremajaan pemain yang tidak jalan. Sebelumnya, di era Ventura, pemain-pemain muda Italia jarang mendapatkan kesempatan bermain sebagai pemain inti. Â
Maka, pelatih berusia 54 tahun ini pun menerapkan kebijakan baru. Dia lebih mengedepankan pemain-pemain muda. Tentunya dengan tetap menyelipkan pemain senior. Kebetulan, beberapa pemain senior juga pensiun pascagagal lolos ke Piala Dunia. Selain Buffon, juga ada De Rossi dan Andrea Barzagli yang pensiun. Ketiganya bagian dari tim Italia saat jadi juara Piala Dunia 2006.
Mancini lantas memasukkan beberapa anak muda seperti Nicolo Barella (22 tahun), Gianluca Mancini (23 tahun), Lorenzo Pellegrini (23 tauhun), Alessio Romagnoli (24 tahun), Stefano Sensi (24 tahun), Â Andrea Belotti (25 tahun), Federico BErnardeschi (25 tahun), hingga Moise Kean (19 tahun).
Sementara untuk pemain senior, Mancini masih percaya pada bek Leonardo Bonucci (31 tahun), kiper Salvatore Sirigu (32 tahun), penyerang Ciro immobile (29 tahun). Bahkan, striker sarat pengalaman, Fabio Qaugliarella (36 tahun), juga sempat dipanggil.
Mancini juga diuntungkan dengan penampilan apik beberapa pemain yang berada di "usia emas". Di antaranya Jorginho (27 tahun), Marco Verratti (26 tahun), dan Lorenzo Insigne (28 tahun). Dengan kualitas pemain tiga lapis itulah, Mancini membangun kembali tim Italia.