Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Jadi Juara Dunia "Karena Peran Tuhan", Indonesia Kini Punya Penerus Minions

14 Oktober 2019   06:23 Diperbarui: 16 Oktober 2019   07:23 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ganda putra Indonesia, Daniel Marthin (kiri) dan Leo Carnando, jadi juara di BWF World Junior Championship di Rusia. Di final Minggu tadi malam, mereka mengalahkan juara bertahan asal Tiongkok/Foto: badmintonindonesia.org.

Kali terakhir ganda putra Indonesia juara dunia di level junior, terjadi pada tahun 1992 silam. Kala itu, pasangan Budi Santoso/Kusno, jadi juara di penyelenggaraan pertama BWF World Junior Championship di Jakarta.

Setelah itu, selama 26 tahun, ganda putra Indonesia tak pernah lagi jadi juara di level junior. Justru Malaysia yang paling sering juara dengan sudah tujuh kali juara. Ganda putra Indonesia pernah tampil di final pada edisi 2009 lewat Berry Angriawan/Muhammad Ulinnuha. Namun, mereka kalah dari ganda Malaysia, Chooi Kah Ming/Ow Ya Han.

Tetapi memang, tidak semua pemain ganda putra senior Indonesia, dulunya bermain di ganda putra. Ambil contoh Kevin Sanjaya. Dia malah pernah bermain di ganda campuran pada BWF World Junior Championhsip 2013 di Bangkok Thailand. Kala itu, Kevin yang berpasangan dengan Masita Mahmudin, jadi runner-up. 

Daniel dan Leo, akhiri dahaga gelar ganda putra Indonesia di level junior/Foto: badmintonindonesia.org
Daniel dan Leo, akhiri dahaga gelar ganda putra Indonesia di level junior/Foto: badmintonindonesia.org

Dikutip dari badmintonindonesia.org, Daniel Marthin menyebut sukses yang mereka raih tidak lepas dari peran Tuhan. Dia paham, seberapun dia berjuang keras di lapangan, gelar juara tidak akan datang tanpa 'restu' dari Tuhan. "Bersyukur Puji Tuhan, tanpa Tuhan semua ini tidak akan terjadi," ujar Daniel.

Anak muda berusia 18 tahun ini juga menyampaikan terima kasih kepada semua pelatih. Baik pelatih di PB Djarum yang memasangkan dirinya bersama Leo sejak kecil, hingga pelatih di Pelatnas.

"Saya berterima kasih kepada PB Djarum yang sudah membesarkan kami, kepada pelatih kami dulu koh (Ade) Lukas yang sudah memasangkan kami waktu kecil sekarang cita-citanya tercapai, mau kami jadi juara dunia junior. Juga kepada koh David (Pohan) dan koh Thomas (Indratjaja) dan semua pelatih di pelatnas," kata Daniel.

Melihat Daniel dan Leo bermain, mereka memang sangat padu. Chemistry Leo yang lahir di Klaten dan Daniel yang asli Jakarta, sudah ditempa di PB Djarum. Daniel yang bertinggi badan 182 cm, lebih sering bermain sebagai 'tukang gebuk di belakang. Pukulan drivenya juga keren. Sementara Leo yang memiliki postur 171 cm, piawai main di depan net. Smashnya juga oke.

Tentu saja, gelar juara dunia junior 2019 ini bukanlah akhir bagi Leo/Daniel. Ini baru pijakan untuk melompat ke panggung yang lebih tinggi. PR dari PBSI berikutnya, bagaimana menjaga dan membina mereka agar tidak layu sebelum berkembang. Rasanya tidak sabar menunggu kiprah Leo/Daniel tampil di level senior. Utamanya di turnamen BWF World Tour tahun depan. Salam bulutangkis.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun