Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Mengenal Siti Fadia/Ribka Sugiarto, Ganda Putri Masa Depan Indonesia

7 Oktober 2019   16:46 Diperbarui: 7 Oktober 2019   16:56 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir pekan kemarin menjadi momen menggembirakan bagi bulu tangkis Indonesia. Kita tahu, tim bulu tangkis junior Indonesia meraih gelar di Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Beregu Junior 2019 (BWF World Junior Championship Team) di Kazan, Rusia, pada Sabtu (5/10) malam. 

Tim Indonesia mengalahkan juara bertahan, Tiongkok dengan skor 3-1 di final. Nah, kabar bonusnya, kemenangan tim Indonesia ditentukan oleh pasangan ganda putri Febriana Dwipuji Kusuma/Putri Syaikah. Disebut bonus karena selama ini, Tiongkok dikenal sebagai negara penghasil ganda putri unggul. Sebaliknya, Indonesia acapkali 'tiarap' di sektor ini. Namun, cerita itu kini berubah

Sehari kemudian, di Kota Malang, Jawa Timur, ganda putri juga memberikan kebanggaan bagi Indonesia. Adalah pasangan muda, Siti Fadia Silva Rahmadanti dan Ribka Sugiarto yang tampil sebagai juara di turnamen Yuzu Indonesia Master Super 100, Minggu (6/10).

Di final, Siti/Ribka mengalahkan senior mereka di Pelatnas, Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta. Ganda putri menjadi satu-satunya peraih gelar bagi Indonesia di turnamen BWF World Tour Super 100 tersebut. Empat gelar di sektor lainnya diborong oleh Tiongkok.

Ganda putri menjadi penyelamat muka Indonesia sebagai tuan rumah ketika ganda putra yang diharapkan meraih gelar, justru melempem. Pasangan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto yang jadi unggulan 1  dan sepekan sebelumnya tampil sebagai juara Korea Open Super 500, malah out di putaran kedua. Entah apa yang terjadi dengan pasangan peraih medali perunggu Kejuaraan Dunia 2019 tersebut?

Jadi juara setelah menumbangkan para pemain unggulan

Gelar yang diraih Siti/Ribka di Malang tersebut, sungguh di luar dugaan. Sebab, Siti/Ribka sejatinya tidak masuk dalam daftar pemain unggulan di sektor ganda putri. Namun, mereka memang layak juara.  
 
Sebab, rute turnamen yang harus mereka lalui, sangat terjal. Sulit. Sejak putaran kedua, mereka harus bertemu para unggulan. Siapa sangka, Siti/Ribka tampil hebat. Semua pasangan unggulan, bisa mereka libas dengan dua game langsung. Straight game.

Usai mengalahkan pasangan Malaysia di putaran pertama, mereka lantas bertemu ungglan 5 dari Jepang, Natsu Saito/Naru Shinoya di putaran kedua. Siti/Ribka menang 21-13, 21-17.

Mereka lantas bertemu lawan berat di perempat final, yakni pasangan Tiongkok, Li Wenmei/Zheng Yu. Toh, ganda putri rangking 15 dunia mereka kalahkan dengan skor 21-13, 21-17.

Di semifinal, Siti/Ribka kembali bertemu ganda putri Jepang. Yakni unggulan 3, Nami Matsuyama/Chiharu Shida. Bila di level senior, ganda putri kita selalu kesulitan bilsa bertemu pasangan Jepang. Hal, itu tidak berlaku bagi Siti/Ribka. Mereka bisa menang 22-20, 21-14.

Dan, di laga final, Siti/Ribka bertemu senior mereka, Della/Rizki yang menjadi unggulan 4. Lagi-lagi, Siti/Ribka menang dua game langsung. Unggul lewat setting point 23-21 di game pertama, mereka lantas meraih gelar lewat kemenangan 21-15 di game kedua.

Dikutip dari badmintonindonesia.org, Siti Fadia mengaku tidak menyangka bisa mengalahkan seniornya di laga final. Meski, dia mengaku percaya diri dan siap bertanding. Begitu juga Ribka yang mengaku bermain nothing to lose dan terus berdoa.

"Tentu kami senang dengan hasil ini. Buah dari keberhasilan ini karena memang sebelumnya kami mempunyai persiapan matang, dan banyak melakukan latihan tambahan. Gelar ini saya persembahkan untuk orang tua, pelatih dan suporter Indonesia, yang selalu setia mendukung kami," tutup Siti Fadia.

Siti dan Ribka merupakan didikan PB Djarum

Ini merupakan gelar pertama Siti/Ribka sejak bermain bersama. Mereka jadi pembicaraan di jagad media sosial. Tidak sedikit badminton lover (BL) yang memuji permainan mereka dengan menyebutnya sebagai ganda putri dengan style permainan masa kini. Mereka juga dianggap sebagai ganda putri masa depan Indonesia.

Padahal, Siti Fadia dan Ribka Sugiarto sejatinya belum lama dipasangkan. Awal tahun ini, Siti masih bermain bersama dengan Agatha Imanuela. Di level junior, pasangan ini pernah meraih medali perunggu di BWF World Junior Championship alias Kejuaraan Dunia pada 2018.

Namun, Agatha lantas mengalami cedera ketika mereka tampil di Malaysia Open pada awal April 2019 lalu. Sejak itu, Siti yang tidak punya pasangan di ganda putri, lantas dicoba dipasangkan dengan Ribka Sugiarto. Ternyata hasilnya mantap.

Nama Siti Fadia yang merupakan didikan PB Djarum sejak 2014, sebenarnya sudah populer pada tahun 2017 lalu. Dia bermain dobel di ganda campuran dan juga ganda putri.

Namun, dia lebih dulu terkenal sebagai pemain ganda campuran. Sebab, di sektor ini, Siti Fadia memang lebih bersinar. Dia pernah jadi juara Asia junior 2017 bersama Rehan Naufal Kusharjanto--putra dari legenda ganda campuran Indonesia, Tri Kusharjanto. Mereka juga dua kali menjadi runner-up Kejuaraan Dunia 2017 dan 2018. Plus juara di Indonesia International 2017.

Namun, ketika naik ke level senior, gadis kelahiran Bogor pada 16 November 2000 ini kurang bersinar. Gelar di tahun 2017 itu jadi yang terakhir untuk Siti. Meski lebih difokuskan di ganda putri, Siti Fadia juga belum mampu mengeluarkan potensi terbaiknya.

Ternyata, pemain muda berusia 18 tahun ini hanya perlu partner yang bisa membuatnya 'meledak'. Potensi terbaik Siti akhirnya keluar ketika dipasangkan bersama Ribka Sugiarto. Gelar di Yuzu Indonesia Master 2019 akhir pekan kemarin, merupakan gelar pertamanya di ganda putri. Sekaligus gelar tertingginya di level senior.

Lantas, siapa Ribka Sugiarto ?

Tidak sedikit yang menanyakan embel-embel Sugiarto yang melekat pada nama Ribka. Gadis asal Karanganyar, Solo ini acapkali dianggap sebagai putrinya legenda bulutangkis Indonesa, Icuk Sugiarto. Padahal, Ribka sama sekali tidak memiliki hubungan darah dengan Icuk.

Bahkan, pernah dalam sebuah wawancara dengan Bola.com, Ribka mengaku risih karena kerapkali disebut sebagai anak dari Icuk Sugiarto.

"Agak bete saja kalau ditanyain terus. Kan sudah pada tahu kalau saya bukan adiknya, anaknya, atau saudaranya dari om Icuk Sugiarto. Nama Sugiarto yang saya punya ini berasal dari ayah saya, bukan dari Icuk Sugiarto," ujar Ribka seperti dikutip dari https://www.bola.com/ragam/read/3093749/ribka-sugiarto-bete-saat-dikira-sebagai-anak-icuk-sugiarto.

Uniknya, Ribka yang juga didikan PB Djarum, justru pernah berpasangan dengan putri kandung dari Icuk Sugiarto, yakni Jauza Fadhila Sugiarto. Keduanya bahkan sempat menjadi runner-up Kejuaraan Dunia junior 2017 dan runner-up Kejuaraan Asia junior 2017.

Ribka akhirnya menjadi juara ketika ketika berpasangan dengan Febriana Dwipujikusuma yang setahun lebih muda darinya. Bersama Febriana yang juga alumnus PB Djarum, Ribka Sugiarto memenangi gelar juara Asia junior 2018.

Pujian warganet untuk "Sirib" (Siti/Ribka)

Kini, Ribka (19 tahun) dipasangkan dengan Siti Fadia yang 10 bulan lebih muda darinya. Raihan gelar juara di Yuzu Indonesia Masters 2019 seperti mengirim pesan kepada jajaran pelatih ganda putri di Pelatnas. Bahwa, mereka layak dipertimbangkan untuk terus dimainkan bersama.

Warganet juga memuji penampilan mereka. Postingan Siti/Ribka juara di akun Instagram badmintalk_com, mendapat 1000 lebih komentar. Semuanya memuji semangat, daya juang, dan cara main Siti/Ribka. Netizen  berharap mereka diorbitkan PBSI ke level yang lebih tinggi.

Ada yang menulis begini: "Ada secercah harapan untuk masa depan ganda putri Indonesia, gaya mainnya khas WD (Womens Double) masa kini".  

Bahkan, ada yang menyebut bila Siti/Ribka layak mendampingi Greysia Polii/Apriani Rahayu sebagai ganda putri Indonesia yang tampil di Olimpiade 2020. Sekadar informasi, selain Greysia/Apri, masih ada satu lagi pasangan ganda putri yang diharapkan lolos ke Olimpiade. Tentunya berdasarkan peringkat di BWF.

Nah, selama ini, Della/Rizki lah yang digadang-gadang akan menjadi pendamping Greysia/Apri. Eh, ternyata mereka tak bisa berbuat banyak ketika menghadapi Siti/Ribka. "Satu Indonesia jadi saksi kalau 'Sirib' (Siti/Ribka) lebih layak melenggang ke Tokyo mendampingi Greyap (Greysia/Apri)," ujar seorang netizen.

Ah, yang jelas, masa depan ganda putri Indonesia sepertinya cerah. Kita punya ganda putri muda yang menjanjikan. Selain Siti/Ribka, juga ada Nita Violina Marwah/Putri Syaikah yang kini jadi world number 1 WD. Termasuk juga Febriana Dwipuji Kusuma. Kita tentu berharap mereka akan terus bertumbuh semakin oke. Bukannya malah layu sebelum berkembang.

Jika semuanya bertumbuh dengan benar di tangan pelatih yang benar, bukan tidak mungkin Indonesia kelak bisa mendominasi sektor ganda putri. Seperti halnya sektor ganda putra Indonesia yang mendominasi di masa kini. Salam bulutangkis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun