Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Drama Susah Move On di Anfield dan Liverpool yang Merindu "The German"

3 Oktober 2019   08:22 Diperbarui: 3 Oktober 2019   08:47 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"...betapa hidup ini tak lebih dari satu lingkaran. Yang lahir akan mati. Yang terbit di timur akan tenggelam di barat, dan muncul lagi di timur. Yang sedih akan bahagia, dan yang bahagia suatu hari akan bertemu sesuatu yang sedih, sebelum kembali bahagia. Dunia itu berputar, semesta ini bulat. Seperti namamu, O."

Begitu cara pandang Eka Kurniawan dalam mengemas cerita dinamika hidup lewat novelnya "O". Bila sudah membacanya, sampean (Anda) pasti merasakan, Eka mengemasnya dengan gaya berbeda. Dia membawa kita pada kisah difabel level tinggi. 

Kisah tentang seekor monyet banyak gaya nan pemberani yang bercita-cita jadi manusia. "Tentang seekor monyet yang ingin menikah dengan kaisar dangdut". Begitu tulis Eka di sampul depan novel "O" ini.  

Seperti di karya-karyanya yang lain semisal "Corat-coret di Toilet" dan "Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas", Eka menulis dengan gayanya yang khas. Hiperbolis tetapi tetap kuat dalam penyampaian esensi.

Namun, se-hiperbolis apapun ceritanya, kita akan sampai pada pesan mulia. Bahwa, hidup tidak lebih dari tentang move on. Tentang bangkit dari kekecewaan. Tentang kemauan berubah menjadi lebih baik. Bahwa "Yang sedih akan bahagia, dan yang bahagia suatu hari akan bertemu sesuatu yang sedih, sebelum kembali bahagia".

Siklus move on ala cerita Eka Kurniawan itulah yang ingin capai Liverpool. Mereka ingin mengubah cerita sedih menjadi bahagia saat menjamu tim Austria, Salzburg di Anfield pada matchday II fase grup Liga Champions.

Sebelumnya, Liverpool mengawali Liga Champions musim 2019/00 dengan hasil sedih. Sang juara bertahan langsung kalah di pertandingan pertama. Mereka kalah 0-2 dari tim Italia, Napoli di Kota Naples pada 18 September silam. Sebuah hasil buruk yang menodai 'kampanye' awal Liverpool untuk mempertahankan gelar.

Sempat unggul tiga gol tapi disamakan, Liverpool merasakan tidak mudahnya move on

Karenanya, menjamu Salzburg di Anfield, kemenangan harus diraih. Sedih harus diubah jadi bahagia. Tak peduli dengan fakta, Salzburg sedang ganas-ganasnya. Lha wong ketika Liverpool kalah di pertandingan pertama, Salzburg malah meraih kemenangan hebat 6-2 atas RC Genk (18/9).

Yang terjadi, Kamis (3/10) dini hari tadi, Liverpool merasakan betapa move on itu sungguh tidak mudah. Pemain-pemain Liverpool merasakan, betapa laga 90 menit itu menghadirkan siklus bak huruf O. Bulat. Dari gembira, sedih, lantas kembali bahagia.

The Reds---julukan Liverpool mengawali pertandingan dengan sempurna. Mereka unggul cepat di menit ke-9. Gocekan Sadio Mane yang lantas melakukan umpan satu dua dengan Roberto Firmino, dituntaskan Mane menjadi gol, 1-0.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun