Apakah sampean (Anda) percaya ada kutukan dalam olahraga?
Percaya atau tidak percaya, sebenarnya ada beberapa 'pamali' dalam olahraga. Pamali  yang sudah menjadi 'rahasia umum'. Pamali alias pantangan yang bila dilanggar, si pelanggar ataupun timnya, akan terkena sial.
Ambil contoh di sepak bola. Ada pantangan bila sebelum pertandingan final dimulai/belum selesai, jangan sekali-kali menyentuh trofi/piala yang biasanya dipajang di tepi lapangan. Siapa yang memegang trofi, maka akan sial. Benarkah? Percaya atau tidak percaya ya monggo.
Pemain Timnas Prancis, Dimitri Payet pernah mengalaminya. Tahun 2018 lalu, timnya, Olympique Marseille tampil di final Europa League melawan Atletico Madrid.Â
Payet cedera ketika pertandingan. Ia pun diganti. Nah, ketika berjalan menuju bench, ia menyentuh trofi. Maka, ketika Marseille lantas kalah 0-3 via perpanjangan waktu, Payet pun jadi sorotan. Bahkan, CNN ikut memberika ulasan.
Tapi yang jelas, 'kutukan menyentuh trofi' ini terkenal. Ia bahkan masuk dalam "top 10 infamous curses in football". Â Silahkan menuliskan kata "trophy touch curse" di laman pencarian wikipedia, sampean (Anda) akan menemukan jawabannya.
Dulu, juga ada kepercayaan di sepak bola antar kampung. Bahwa, ketika tendangan seorang pemain menghantam tiang atau mistar gawang, maka akan sial.Â
Lucunya, ada yang meyakini, untuk menghilangkan sial itu, gawangnya harus dikencingi. Entah benar atau tidak. Namanya juga kepercayaan. Bisa percaya. Bisa tidak.
Ada 'kutukan' untuk Marcus/Kevin di Korea Open ?
Tapi itu di sepak bola. Bagaimana bila di bulutangkis. Apa iya ada kutukan seperti itu? Apa iya, bila shuttlecock menyangkut di net, jadi pertanda sial. Kalau itu sih bukan pertanda sial. Tapi pertanda kalah.Â
Lha wong bila pengembalian ke lawan, shutlecocknya terus-menerus menyangkut di net, tentunya akan berbuah poin untuk lawan.