Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Karena Hal Ini, Bertanya di Jalan Lebih Asyik daripada Google Maps

20 Agustus 2019   20:41 Diperbarui: 21 Agustus 2019   11:37 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maknanya, selama mau bertanya, kita tidak akan mungkin tersesat. Karena itu tadi, orang Indonesia itu baik sehingga mereka tidak akan berat hati menunjukkan alamat yang benar.

Namun, sejak dunia mengenal Google Maps, banyak orang mulai tidak lagi terbiasa 'bertanya' di jalan. Lha wong tanpa bertanya kepada warga setempat, mereka sudah bisa tahu alamat tempat yang dicari dengan panduan layanan pemetaan web tersebut. Ungkapan "malu bertanya sesat di jalan itu pun mulai dilupakan" banyak orang.

Sekadar informasi, Google Maps adalah layanan pemetaan web yang dikembangkan oleh Google. Layanan ini memberikan citra satelit, peta jalan, panorama 360, kondisi lalu lintas, dan perencanaan rute untuk bepergian dengan berjalan kaki, mobil, sepeda (versi beta), atau angkutan umum.

Dengan fungsinya yang luar biasa tersebut, tidak mengherankan bila banyak orang sudah akrab dengan Google Maps. Pengguna ponsel cerdas rasanya semuanya pernah menggunakan layanan ini. Mungkin termasuk juga sampean.

Tentu saja, kita tidak bisa menolak teknologi. Menolak teknologi sama saja dengan mundur ke belakang, ke masa puluhan tahun silam.

Namun, kehadiran teknologi di tengah-tengah kita seharusnya sebatas memudahkan, meringankan, memudahkan, dan menyederhanakan tugas dan urusan kita. Hadirnya teknologi seharusnya tidak merampas sisi manusia kita yang senang berinteraksi dengan orang lain.

Karenanya, dalam urusan menemukan alamat ini, antara Google Maps dan bertanya kepada orang di jalan, bukanlah sebuah pilihan. Bagi saya, keduanya bisa dipakai bersama. Bukannya Google Maps menggantikan bertanya. Bukan pula menolak teknologi baru dengan tetap melakukan budaya bertanya.

Ya, sebagai 'tukang nulis' yang pekerjaan sehari-harinya mewawancara narasumber ataupun datang langsung ke lokasi sebagai bahan utama penulisan, keberadaan Google Maps memang sangat membantu saya.

Namun, saya juga tidak mau melupakan kebiasaan bertanya yang sudah saya lakukan selama lebih dari sedekade. Karenanya, saya coba 'mengawinkan' keduanya.

Ambil contoh ketika esok harus bertemu dan mewawancara narasumber ataupun datang ke sebuah acara di tempat A yang belum saya ketahui, malamnya saya biasakan untuk mencari lokasi tempat tersebut lewat Google Maps. Dari penelurusan tersebut, saya bisa tahu ancar-ancar alias perkiraan lokasinya.

Semisal tempat A tersebut berdekatan dengan tempat yang saya tahu. Sehingga, akan memudahkan ketika esoknya saya mendatangi lokasi tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun