Bedanya, bila pada 2005 lalu, perpanjangan waktu bak sekadar menunggu adu penalti karena tidak ada gol tercipta, kali ini benar-benar menjadi 'panggung drama'. Di menit ke-95, Mane kembali membuat Liverpool unggul.
Sebuah gol berkelas yang memperlihatkan betapa pemain Senegal ini punya 'ikatan batin' dengan rekannya, Roberto Firmino. Diawali Mane membawa bola lantas memberikan ke Firmino. Setelah menahan bola sekian detik, penyerang asal Brasil itu seolah sudah hafal kapan bola akan kembali diberikannya kepada Mane yang berlari mendekat ke gawang. Dan dengan sepakan keras Mane, bola menghujam ke gawang Chelsea, 2-1.
Namun, cerita tidak berhenti di situ. Di menit ke-101, Chelsea justru mendapatkan penalti. Kiper Liverpool, Adrian dianggap menjatuhkan penyerang muda Chelsea, Tammy Abraham. Wasit perempuan asal Prancis, Stephanie Frappart yang memimpin laga, lantas menunjuk titik putih tanpa perlu melihat Video Assistant Referee (VAR). Jorginho yang menjadi eksekutor, berhasil mengecoh Adrian, 2-2.
Sampai di sini, Adrian bisa menjadi 'pesakitan' bagi LIverpool. Kiper yang 'terpaksa' dimainkan setelah sang kiper utama Liverpool, Alisson Becker cedera ini layak dipersalahkan karena keputusannya menabrak Abraham. Meski, tayangan ulang menunjukkan dia sejatinya ingin menangkap bola tapi mendadak Abraham datang dan terjadilah benturan hingga ia terjatuh.
Namun, kiper asal Spanyol ini mampu mengubah cerita ketika laga diakhiri adu penalti. Adrian beradu piawai membaca tendangan penalti dengan Kepa Arrizabalaga yang juga asal Spanyol.
Liverpool yang mendapat jatah menendang lebih dulu, mampu memberikan tekanan kepada Chelsea. Lima penendang Liverpool, Firmino, Fabinho, Divock Origi, Trent Arnold dan Mo Salah, semuanya berhasil menjebol gawang Kepa.
Meski, sepakan Origi dan Arnold ke pojok kanan gawang, sebenarnya sudah bisa dibaca oleh Kepa. Tapi, tangkapan kiper termahal di Liga Inggris ini kurang lengket sehingga bola tetap melaju ke dalam gawang.
Sementara empat penendang Chelsea, Jorginho, Ross Barkley, Mount, dan Emerson, sebenarnya juga mampu mengecoh Adrian. Namun, tidak dengan penendang kelima. Dan itu adalah Abraham.
Kali ini, Adrian mampu membalas perlakuan Abraham yang sebelumnya menyebakan penalti penyama kedudukan 2-2. Bola sepakan penyerang Inggris berusia 21 tahun ke arah tengah, bisa diblok Adrian dengan kakinya. Â Liverpool pun memenangi adu penalti 5-4. Dan Adrian jadi pahlawannya.
Ah, Istanbul memang mencintai Liverpool. Seperti cuitan mantan penyerang Liverpool, Dirk Kuyt di akun Twitternya @Kuyt yang berbunyi: "Liverpool European supercup champions! Istanbul is always a good idea".
Trofi Piala Super Eropa keempat, Liverpool samai pencapaian Real Madrid