Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Ikan Saya Mati Akibat Padam Listrik, Saya Mau Menggugat ke Mana?"

7 Agustus 2019   22:28 Diperbarui: 7 Agustus 2019   22:48 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa orang mengeluhkan ikan peliharaannya mati akibat pemadaman listrik/Foto: makassar.tribunnews.com

Pemadaman listrik yang terjadi di wilayah Jabodetabek dan sebagian Pulau Jawa pada Minggu (4/8/2019) hingga Senin (5/8/2019) lalu, menyisakan banyak cerita. Ada banyak cerita yang diulas oleh media arus utama maupun tulisan-tulisan yang beredar di jagat media sosial.

Dari cerita kerugian besar yang dirasakan masyarakat dalam berbagai bentuk, kelakuan orang-orang kaya merespons padam listrik yang jadi bahasan 'kaum misqueen', lalu munculnya wacana pemotongan gaji karyawan PLN untuk membayarkan ganti rugi, hingga pohon sengon yang mendadak jadi pembicaraan banyak orang karena dituding sebagai biang keladi listrik padam.

Ya, hari ini, bila sampean (Anda) merupakan warga di 'daerah khusus' media sosial seperti Twitter ataupun Facebook, Anda akan dengan mudah menemukan tulisan yang berisi ulasan perihal tumbangnya pohon sengon yang diduga jadi penyebab padamnya listrik.  Tulisan itu wira-wiri di media sosial maupun dibagikan lewat pesan di WhatsApp. 

Cerita yang juga tidak kalah menarik adalah perihal orang-orang yang ikan peliharaannya mati akibat pemadaman listrik. Kebetulan, malam selepas Isya tadi, saya berbincang-bincang dengan si pemilik ikan nahas tersebut. 

Saya mendengar langsung cerita--lebih tepatnya keluh kesahnya--setelah ikan peliharaannya yang selama ini jadi "alat refreshing mata', mati mengambang di rumahnya. Bagi saya, cerita itu bak seperti 'mewawancara' yang narasumbernya datang sendiri tanpa perlu dihubungi.

"Beberapa ikan saya mati karena pemadaman listrik. Kehabisan gelembung udara. Kalau seperti ini saya harus menggugat ke mana?," ujarnya.

Tapi tunggu dulu. Orang yang ikan peliharaannya mati akibat pemadaman listrik itu bukanlah orang yang sedang ramai diberitakan di media-media itu. Kalau yang ini beda orang.

Dia bukanlah seorag artis yang dikabarkan berduka karena puluhan ikannya mati usai listrik padam beberapa hari lalu. Seperti dikutip dari hot.detik.com, ada artis berinisial LH yang berduka karena 28 ikannya berjenis Kuwe atau Giant Trevally, mati usai listrik padam. Dalam berita yang merujuk pada channel Youtube artis tersebut, dia berencana menggoreng dan memakan ikan tersebut.

Orang yang ikan peliharaannya mati akibat listrik padam dan saya 'wawancara' itu juga bukanlah sejarahwan kondang yang acapkali jadi narasumber wartawan. Diberitakan, sejarahwan tersebut kecewa setelah kehilangan 43 ekor koi miliknya.

Bahkan, dikutip dari CNN Indonesia, sejumlah pemelihara ikan koi berencana mengajukan gugatan terhadap PLN ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Sedikitnya, 10 orang dilaporkan telah menyiapkan gugatan tersebut.

"Akibat pemadaman ini banyak konsumen yang dirugikan. Banyak binatang peliharaan mati, dalam hal ini ikan koi," ujar David Tobing, Ketua Komunitas Konsumen Indonesia yang menyebut mereka yang mengajukan gugatan bukan dalam wadah komunitas koi namun individu-individu seperti dikutip dari cnnindonesia.com

Memang, bila sampean menuliskan kata kunci "ikan mati gara-gara lampu padam" di kolom mesin pencari Google, seketika Anda akan disuguhi beberapa tautan berita yang sesuai dengan kata kunci tersebut.

da beberapa orang yang memang merasakan pengalaman pahit tersebut. Bagi mereka yang terlanjur cinta memelihara ikan, terlebih bila sudah cinta sejak lama dan mengeluarkan duit jutaan demi memindahkan ikan-ikan tersebut ke rumah, kematian ikan peliharaan tersebut tentu saja kabar pahit.

Lalu, siapa orang yang ikan peliharaannya mati dan berkisah kepada saya itu?

Dia adalah pemilik warung bakso yang memang kehilangan beberapa ikan peliharaannya sore tadi. Pemilik warung bakso yang juga pensiunan abdi negara ini memang senang memelihara ikan.

Bersama istrinya, dia menyulap halaman rumahnya yang berseberangan dengan jalan menjadi warung bakso. Nah, di tembok samping rumahnya, ada tiga akuarium berukuran sedang yang diisi oleh beraneka ikan. Dia rajin membersihkan aquarium tersebut, mengatur selang gelembung air ataupun rutin mengganti airnya.

Menurutnya, ikan-ikan itu bisa menjadi 'obat rindu' pada kampung halamannya di Indonesia Timur sana. Dia memang asli Maluku, tetapi sudah menetap di Jawa Timur sejak tahun 1990-an. Dulu, ketika masih sering pulang kampung, dia menyebut waktu seharian dihabiskan dengan memancing di laut ataupun melihat ikan.

"Melihat ikan-ikan ini membuat hati saya senang. Rasanya ingat kampung halaman," ujarnya.

Nah, menyambung cerita listrik yang padam di Jabodetabek, dalam konteks yang jauh lebih kecil, cerita perihal pemadaman listrik juga terjadi di wilayah tempat tinggal saya pada Rabu (7/8) pagi hingga sore tadi. Tentu saja, ada cerita dibalik pemadaman listrik kurang lebih tujuh jam tersebut. Salah satunya cerita ikan mati tersebut.

"Karena listrik padam, gelembung udaranya habis. Kalau ikannya sudah mati begini, saya harus menggugat ke mana," ujarnya sembari tertawa terkekeh.

Tentu saja, bapak pemilik warung bakso yang berkumis tebal itu sekadar berujar bercanda. Ucapannya tidaklah seserius seperti mereka yang menjadi narasumber di beberapa media yang kabarnya akan melakukan gugatan, imbas pemadaman listrik. Lha wong selesai berujar begitu, dia malah buru-buru menimpalinya. 

"Daripada gugat-gugatan, lebih baik beli ikan lagi. Lha wong harga ikannya lho tidak seberapa. Tentunya sambil berdoa semoga tidak ada padam listrik lagi," imbuhnya.

Referensi:

cnnindonesia.com
detik.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun