Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Mengapa Pemain-pemain Indonesia "Gagal Total" di Thailand Open?

2 Agustus 2019   23:51 Diperbarui: 4 Agustus 2019   09:58 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marcus/Kevin terhenti di perempat final Thailand Open 2019. Karena kelelahan?/Foto: badmintonindonesia.org

Turnamen bulutangkis BWF World Tour Thailand Open Super 500 2019 yang seharusnya berakhir, Minggu (4/8) besok, ternyata game over lebih cepat bagi pemain-pemain Indonesia. Itu setelah tidak ada pemain Indonesia yang berhasil lolos ke babak semifinal.

Dari empat wakil Indonesia yang tampil di babak perempat final yang digelar di Indoor Stadium Huamark, Bangkok, Jumat (2/8) siang hingga malam, semuanya kalah. Termasuk ganda putra andalan Indonesia, Marcus Gideon/Kevin Sanjaya yang sebelumnya meraih gelar beruntun di Indonesia Open dan Japan Open.

Kenapa tidak ada satupun pemain Indonesia yang bisa lolos ke semifinal Thailand Open 2019? Apakah karena efek kecapekan karena harus tampil dalam tiga turnamen beruntun?

Kecapekan memang penyebab yang paling masuk akal dari gagal totalnya pemain-pemain Indonesia di Bangkok. Kevin/Marcus yang paling merasakan betapa mereka bukanlah robot, melainkan manusia biasa yang juga bisa merasakan kelelahan.

Setelah tiga pekan tampil beruntun dalam tiga turnamen antar negara, kondisi fisik Marcus/Kevin drop. Stamina yang kurang prima itu berpengaruh pada penampilan mereka saat menghadapi ganda putra Jepang, Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe di perempat final.

Tidak biasanya, ganda putra rangking 1 dunia ini sering melakukan kesalahan sendiri di pertandingan penting. Bahkan, banyak pukulan mereka yang tidak akurat. Serangan mereka juga kurang dahsyat untuk membelah pertahanan ganda Jepang yang memang terkenal punya pertahanan tak mudah ditembus.

Pada akhirnya, Marcus/Kevin kalan rubber game dengan skor 17-21, 21-19, 14-21 dari ganda rangking 5 dunia ini. Skor di game ketiga memperlihatkan betapa kondisi mereka kedodoran. Sempat tertinggal 9-11, Marcus/Kevin sempat mampu menyamakan skor. Namun, poin mereka lantas terhenti di angka 14.

Kekalahan ini tidak hanya membuat Marcus/Kevin gagal menjuarai Thailand Open untuk kali pertama. Mereka juga tak mampu membalas kekalahan dari Endo/Watanabe di final Kejuaraan Asia 2019 di Wuhan, Tiongkok, pada akhir April lalu.

Dikutip dari Badminton Indonesia, Kevin menyebut ganda putra Jepang tersebut memang bermain sangat bagus dan tidak mudah dimatikan. 

"Di game ketiga kami benar-benar kehabisan tenaga, jadi serangannya tidak menekan dan lain-lain masih banyak yang kurang juga. Nggak apa-apa, yang penting kami tahu kesalahannya di mana dan belajar lagi untuk ke depannya," kata Kevin.

Sementara Marcus menyebut rasa capek memang tidak bisa dijadikan alasan. Meski tidak dipungkiri bila kondisi mereka memang demikian. Dia lebih menyoroti lawan yang disebutnya memang bermain lebih bagus.

"Pasti capek, kami mainnya ramai terus. Pasti tenaganya agak kurang. Kami harus lebih sabar main sama mereka, karena nggak mudah dimatikan. Seharusnya kami jangan terlalu buru-buru," ujar Marcus.

Dari empat wakil Indonesia yang tampil di perempat final, yakni Fitriani, Shesar Hiren Rhustavito dan Greysia Polii/Apriani Rahayu, tidak bisa dipungkiri bahwa Marcus/Kevin yang paling kelelahan. Selama tiga pekan, tidak hanya tampil di lapangan, mereka juga harus terbang dari Jakarta ke Tokyo. Lantas berpindah ke Bangkok.

Memang, Greysia/Apri dan Fitriani juga ikut tampil di Indonesia Open dan Japan Open seperti halnya Marcus/Kevin. Namun, Greysia/Apri dan Fitriani tidak melangkah jauh hingga final. Artinya, jumlah pertandingan yang mereka mainkan tidak terlalu banyak. Bandingkan dengan Marcus/Kevin yang di dua turnamen tersebut selalu bisa lolos ke final dan juara. Karenanya, tenaga mereka benar-benar terkuras.

Apalagi, di putaran dua Thailand Open, Kamis (1/8) kemarin, mereka juga harus bermain tiga game saat mengalahkan ganda Tiongkok, Ou Xuan Yi/Zhang Nan, 16-21, 21-13, 21-14.

Toh, selalu ada berkah terselubung dari kabar buruk sekalipun. Dengan tersingkir cepat, Marcus/Kevin minimal mendapatkan istirahat lebih jelang tampil di Kejuaraan Dunia (World Championship) 2019 yang akan digelar di Basel, Swiss pada 19-25 Agustus mendatang. World Championship merupakan kejuaraan yang belum pernah dimenangi Marcus/Kevin.

Bagaimana dengan Greysia/Apri, apakah mereka juga kelelahan?

Menurut saya bukan semata karena faktor kelelahan. Greysia/Apri gagal mempertahankan gelarnya di Thailand Open setelah dikalahkan ganda Korea, Chang Ye-na/Kim Hye-rin lewat rubber game dengan skor ketat.

Padahal, Greysia/Apri sempat unggul telak 21-9 di game pertama. Sayang sekali, di game kedua, mereka harus kalah saat adu setting point 21-23. Padahal, Greysia/Apri sempat unggul match point 20-18. Bahkan, di game ketiga, mereka sempat unggul jauh, 16-7. Siapa sangka, mereka melakukan banyak kesalahan sendiri dan akhirnya kalah 21-19.

"Penyesalan selalu datang belakangan, selalu seperti ini, ya sudah. Kami sudah kalah. Tidak ada perubahan permainan dari lawan di game kedua dan ketiga, tapi kami bermain terlalu hati-hati," kata Greysia soal permainan dikutip dari Badminton Indonesia.

Ya, kekalahan Greysia/Apri bukan hanya karena kelelahan. Sebab, seharusnya mereka bisa menang karena selalu unggul di game kedua dan ketiga setelah menang di game pertama. Namun, mereka ternyata kalah cerdik dari ganda Korea.

Ini menjadi bahan introspeksi bagi Greysia/Apri jelang tampil di Kejuaraan Dunia. Sebab, dalam tiga turnamen terakhir, mereka selalu dikalahkan ganda Korea. Sebelumnya, mereka terhenti di perempat final Japan Open dan putaran II Indonesia Open dari ganda Korea lainnya, Kim so-yeong/Kong Hee-yong. 

Padahal, tahun lalu, Greysia/Apri hampir selalu bisa mengatasi ganda Korea. Mereka baru kesulitan ketika bertemu ganda putri Jepang. Kini, tak hanya ganda putri Jepang, ganda putri Korea juga menjadi lawan menyulitkan bagi mereka.

Bagaimana dengan Fitriani dan Shesar?

Meski gagal lolos ke semifinal, tetapi dua wakil dari sektor tunggal ini sejatinya telah tampil maksimal. Fitri kalah rubber game dari pemain Jepang, Sayaka Takahashi 20-22, 21-15 dan 14-21. Perempat final menjadi pencapaian lumayan bagi Fitri setelah di Indonesia Open dan Japan Open selalu tersingkir cepat.

Sementara Shesar yang sejatinya merupakan "pemain pengganti" karena dua andalan Indonesia di tunggal putra, Jonatan Christie dan Anthony Ginting diistirahatkan, sejatinya tidak tampil mengecewakan.

Shesar kalah rubber game dari pemain Malaysia, Lee Zii Jia di perempat final. Padahal, dia sempat unggul di game pertama, 21-11. Namun, Lee bangkit dan menang 21-14, 21-13 di dua game berikutnya.

Tetapi, jangan menepikan keberhasilan dia mengalahkan Lin Dan di putaran II kemarin. Setidaknya, pemain 25 tahun ini bisa diandalkan untuk tampil di turnamen BWF World Tour Super 500. Meski sudah berusia senja, Lin Dan tetaplah pemain top dunia.

"Sedikit puas sama penampilan saya di turnamen ini, ada yang dilatih di latihan sudah bisa keluar. Meski nggak puas dengan permainan hari ini," ujarnya.

Pengalaman tampil di turnamen Super 500 tentunya menjadi bekal mental bagi Shesar jelang tampil di Hyderabad Open Super 100 yang akan digelar di India pada 6-11 Agustus 2019. Shesar yang dua pekan lalu jadi juara di Rusia Open Super 100, tentunya diharapkan tampil maksimal.

Indonesia sebenarnya menurunkan banyak pemain d Thailand Open 2019. Ada 24 pemain dari lima nomor yang tampil di babak utama. Namun, cukup banyak yang terhenti di babak awal. Seperti Hendra/Ahsan dan Gregoria Mariska yang langsung terhenti di putaran pertama.

Sementara Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto juga dua ganda campuran, Hafiz Faizal/Gloria Widjaja dan Praveen Jordan/Melati Daeva, terhenti di putaran II. Bukan tidak mungkin kondisi fisik dan fokus mereka memang terkuras setelah habis-habisan di Indonesia Open dan Japan Open.

Bahkan, beberapa pemain top memilih mundur dari Thailand Open agar lebih fokus ke Kejuaraan Dunia di Swiss nanti. Di antaranya Kento Momota, Akane Yamaguchi, Pusarla Sindhu, juga Chen Qingchen/Jia Yifan, dan Zheng Siwei/Huang Yaqiong.

Tentu saja, kegagalan selalu mengecewakan. Namun, semoga dengan tersingkir lebih cepat, pemain-pemain Indonesia jadinya punya waktu recovery cukup sebelum berangkat ke Swiss. Salam bulutangkis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun