Meski bisa jadi, dengan keheningan di dalam arena, pemain-pemain Indonesia bisa bermain lebih tenang, kalem dan tidak terburu-buru. Berbeda dengan bermain di depan suporter sendiri yang mungkin terlalu bersemangat sehingga terburu-buru untuk mendapatkan poin, malah akhirnya kalah.
Saya akan senang bertanya kepada Praveen/Melati perihal kemungkinan itu. Kita tahu, di Indonesia Open pekan lalu, Praveen/Melati mendapatkan hasil buruk. Mereka langsung terdepak di babak pertama usai kalah dari ganda Jerman, Marks Lamsfuss/Isabel Herrtrich.
Padahal, di dua turnamen sebelumnya yang digelar sebulan sebelumnya di Selandia Baru dan Australia, Praveen/Melati bisa beruntun masuk ke final. Meski akhirnya hanya membawa pulang predikat runner-up.
Nah, di Japan Open, Praveen/Melati ternyata bisa cepat melupakan kegagalan di kandang sendiri dan tampil hebat di negeri orang. Dimulai dengan mengalahkan ganda tuan rumah, Yuki Kaneko/Misaki Matsutomo yang merupakan pemain ganda putra/putri dan dicoba main di ganda campuran. Lantas mengalahkan ganda Hongkong, Chang Tak Ching/Ng Wing Yung.
Tantangan berat mereka hadapi di perempat final saat bertemu unggulan 4 asal Thailand, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai. Toh, Praveen/Melati yang jadi unggulan 7, menang straight game 21-15, 21-15 atas peraih medali perunggu Kejuaraan Asia 2019 ini. Â
Dan, di semifinal yang digelar, Sabtu (27/7) siang, Praveen/Melati berhasil memenangi duel saudara atas Hafiz Faizal/Gloria Widjaja yang kemarin mengalahkan juara dunia 2018 asal Tiongkok, Zheng Siwei/Huang Yaqiong. Mereka menang dua game langsung, 21-15, 21-18.
Di final, Praveen/Melati akan menghadapi unggulan 2 asal Tiongkok, Wang Yilu/Huang Dongping. Ini merupakan kali ketiga mereka bertemu di final. Sebelumnya, mereka bertemu di final India Open 2019 pada akhir Maret dan Australia Open pada awal Juni. Dua final itu berakhir kekalahan bagi Praveen/Melati.
Bagaimana kali ini?Â
Semoga mereka bisa mendapatkan keberuntungan di perjumpaan ketiga di final melawan ganda campuran Tiongkok ini. Istilah orang luar sana, third time lucky. Saya sungguh ingin melihat Praveen/Melati juara untuk kali pertama sejak dipasangkan pada awal 2018 silam. Selama ini, mereka sudah empat kali tampil di final, tetapi selalu menjadi runner-up.
Jojo menantang pemain terbaik tuan rumah
Kisah serupa dengan Praveen/Melati juga dialami tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie. Setelah terhenti di perempat final Indonesia Open, Jonatan berhasil melenggang ke final Japan Open 2019.
Tiket ke final diraih Jonatan setelah mengalahkan finalis Indonesia Open, Anders Antonsen dua game langsung, 21-12, 21-14. Sebelumnya, Jojo--panggilan Jonatan, juga selalu menang straight game atas Suppanyu Avihingsanon (Thailand) di babak pertama dan Ng Ka Long Angus (Hongkong) di babak kedua.