Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Indonesia Open 2019, "Cermin" Persaingan di Olimpiade 2020

22 Juli 2019   16:04 Diperbarui: 22 Juli 2019   17:05 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua pasangan ganda putra Indonesia mendominasi persaingan di ganda putra/Foto: Twitter badminton Ina


Gelaran turnamen bulutangkis Indonesia Open 2019 berakhir Minggu (21/7) kemarin. Sepuluh pemain/pasangan juara dan runner-up sudah naik podium. Dimulai dari ganda putri, diakhiri ganda putra.

Ada banyak cerita di final turnamen BWF World Tour Super 1000 tersebut. Dari cerita penampilan pemain-pemain top dunia yang membuat decak kagum, kisah mengharukan, hingga membuat tawa.

Sampean (Anda) yang menyaksikan final kemarin, baik datang langsung ke Istora Gelora Bung Karno maupun dari layar kaca, pastinya ikut terharu ketika menyaksikan tangisan tunggal putra asal Taiwan, Chou Tien-chen usai menjadi juara sekaligus meraih gelar tertingginya setelah 10 tahun berkarier di bulutangkis.

Hingga tersenyum ketika podium juara yang penuh sesak ketika Hendra Setiawan, Mohammad Ahsan dan Marcus Gideon mengajak putra-putri mereka ikut naik podium. Hendra malah seakan ingin 'meminjamkan' salah satu putranya untuk menemani Kevin Sanjaya yang "jomblo" di podium.

Terlepas dari cerita-cerita personal tersebut, lima laga final Indonesia Open 2019 kemarin seolah menyajikan cuplikan dari masa depan. Lebih tepatnya, gambaran akan seperti apa persaingan di cabang olahraga bulutangkis pada Olimpiade 2020 di Jepang tahun depan.

Tiga sektor ganda sudah ada "pemiliknya"

Bahkan, bila persaingan di turnamen BWF World Tour dalam setahun ke depan tetap 'lempeng' seperti sekarang dan tidak ada kejadian di luar dugaan, bukan tidak mungkin, lima laga final Indonesia Open 2019 kemarin bakal berulang di Olimpiade mendatang. 

Bahwa, di nomor ganda, dari tiga sektor, semuanya sudah ada 'pemiliknya'. Ganda putri dikuasai Jepang, ganda campuuran didominasi Tiongkok dan ganda putra masih menjadi milik Indonesia.

Mari kita tengok lebih dalam. Di ganda putri, Jepang menjadi penguasa lewat pasangan Yuki Fukushima/Sayaka Hirota dan Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi yang kemarin tampil di final. Bahkan, untuk ganda putri, Jepang boleh jadi akan kebingungan menentukan siapa dua wakilnya di Olimpiade. Sebab, masih ada pasangan Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara yang meski gagal di Indonesia Open 2019 tetapi juara dunia 2018 dan kini masih berstatus rangking 1 dunia.

Memang, masih ada ganda putri top lainnya seperti Cheng Qingchen/Jia Yifan (Tiongkok), Lee Soh-he/Seun Sing-chan (Korsel) dan Greysia Polii/Apriani Rahayu (Indonesia) ataupun pasangan Stoeva bersaudara asal Bulgaria. Namun, konsistensi mereka belum seperti ganda putri Jepang.

Lalu di ganda campuran, selepas pensiunnya Liliyana Natsir yang membuat duet Liliyana/Tontowi Ahmad ikut bubar, ganda campuran Tiongkok kini mendominasi turnamen. Seperti di final Indonesia Open kemarin, dua pasangan Tiongkok, Zheng Siwei/Huang Yaqiong dan Wang Yilu/Huang Dongping menguasai final.

Dua ganda campuran Tiongkok, mendominasi ganda campuran/Foto: Twitter Badminton Ina
Dua ganda campuran Tiongkok, mendominasi ganda campuran/Foto: Twitter Badminton Ina
Malah, tidak sekali ini, keduanya bentrok di final. Indonesia Open kemarin merupakan yang kedua di tahun ini setelah final Malaysia Open yang juga dimenangi Siwei/Yaqiong. Bahkan, di tahun 2018 lalu, keduanya lima kali bertemu di turnamen BWF World Tour. Termasuk final kejuaraan dunia yang lagi-lagi dimenangi Siwei/Yaqiong yang kini menduduki rangking 1 dunia.

Melihat masih labilnya penampilan ganda campuran Indonesia seperti pasangan Praveen Jordan/Melati Daeva, Hafiz Faizal/Gloria Widjaja dan Tontowi/Winny Octavina, rasanya sulit membayangkan mereka bisa mengimbangi dua pasangan Tiongkok tersebut.

Meski, sebagai pendukung Indonesia, tentu saja saya berharap penampilan trio ganda campuran Indonesia tersebut terus berkembang. Utamanya Praveen/Melati dan Hafiz/Gloria yang mendapat prioritas tampil di Olimpiade. Ingat, di Olimpiade 2016 lalu, kita mendapatkan medali emas lewat Tontowi/Liliyana. Semoga itu menjadi motivasi bagi pasangan ganda campuran kita.  

Sementara di ganda putra, tampilnya Marcus Gideon/Kevin Sanjaya dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di final Indonesia Open, menjadi pesan kuat bahwa Indonesia sangat berpeluang besar menguasai sektor ini di Olimpiade mendatang.

Memang, harus diakui, persaingan di sektor ganda putra sangat keras. Sebab, berbeda dengan ganda putri yang hanya dikuasai beberapa negara, di sektor ganda putra, ada banyak negara yang memiliki pasangan top.  

Sebut saja Tiongkok dengan Li Junhui/Liu Yuchen yang merupakan juara dunia 2018 dan kemarin ditaklukkan Marcus/Kevin di semifinal. Lalu Jepang punya Takeshi Kamura/Keigo Sonoda dan Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe yang merupakan juara Asia 2019 dan di Indonesia Open 2019 ditaklukkan Hendra/Ahsan di perempat final.

Juga ada pasangan Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik dan Goh V Shem/Tan Wee Kiong yang merupakan finalis Olimpiade 2016. Belum lagi pasangan ganda putra dari Eropa seperti Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmuessn (Denmark) yang tahun ini absen tampil di Indonesia Open 2019.

Meski keras, tetapi selama Marcus/Kevin dan Hendra/Ahsan tampil konsisten dan bebas cedera, mereka punya peluang besar untuk tampil hebat di Olimpiade. Indonesia juga masih punya Fajar Alfian/M Rian Ardianto yang masih berupaya tampil konsisten.

Bagaimana dengan sektor tunggal?

Bila sektor ganda seolah dikuasai tiga negara, tidak demikian dengan sektor tunggal. Persaingan di nomor ini masih cair. Utamanya di tunggal putra. Ucapan legenda bulutangkis Indonesia, Taufik Hidayat beberapa waktu lalu bahwa sektor tunggal putra kini tidak didominasi beberapa pemain seperti di eranya dulu, memang benar adanya.

Final Indonesia Open 2019 menjadi buktinya.

Siapa sangka, final tunggal putra mempertemukan Chou Tien-chen (Taiwan) yang merupakan unggulan 4 dengan Anders Antonsen (Denmark) yang merupakan pemain non unggulan. Awalnya, prediksi final tidak jauh dari Kento Momota (Jepang) yang menjadi unggulan 1 dan Shi Yuqi (unggulan 2).

Yang terjadi, Momota takluk di putaran dua. Dia dikalahkan pemain tak terkenal Tiongkok, Huang Yuqiang. Sementara Shi Yuqi mengalami cedera saat melawan Antonsen di putaran dua sehingga mundur dari turnamen. Begitu juga Chen Long, peraih medali emas Olimpiade 2016 yang out di putaran II usai kalah dari pemain Malaysia, Lee Zii Ji.

Sayangnya, penampilan dua tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting juga kurang maksimal di Indonesia Open tahun ini. Ginting out di putaran II dan Jonatan takluk dari Chou Tein-chen di perempat final.

Toh, masih ada kabar bagus. Ya, kabar baiknya, dengan persaingan yang begitu cair di sektor tunggal putra, Jonatan dan Ginting maish punya harapan di di Olimpiade mendatang. Tentunya bila keduanya terus mengasah skill bermain dan mental bertanding.
Toh, yang akan dihadapi di Olimpiade nanti ya pemain-pemain itu juga. Tentunya plus juara dunia 2017, Viktor Axelsen yang tidak tampil di Indonesia Open 2019.

Tunggal putri dikuasai 6-7 pemain, bagaimana dengan pemain Indonesia?

Persaingan di sektor tunggal putri juga relatif cair. Tidak hanya dikuasai oleh satu dua pemain. Namun, meski cair, persaingan berkutat hanya pada enam hingga tujuh pemain rangking teratas dunia. Ya, merekalah yang hampir di setiap turnamen tampil di final.

Sebut saja Akane Yamaguchi (Jepang) yang kemarin menjadi juara Indonesia Open 2019 usai mengalahkan Pusarla Sindhu dari India. Lalu ada Tai Tzu-ying, pemain rangking 1 dunia asal Taiwan yang dikalahkan Akane di semifinal. Juga ada Chen Yufei (Tiongkok), pemain ranking 2 dunia yang dikalahkan Sindhu di semifinal.

Selain itu, masih ada juara dunia 2017, Nozomi Okuhara (Jepang) dan juara dunia 2013, Ratchanok Intanon (Thailand). Juga ada juara dunia 2018 asal Spanyol Carolina Marin yang kini tengah menjalani pemulihan cedera.

Akana Yamaguchi (kanan) dan Pusarla Sindhu, dua dari tujuh pemain top dunia/Foto: Twitter Badminton Ina
Akana Yamaguchi (kanan) dan Pusarla Sindhu, dua dari tujuh pemain top dunia/Foto: Twitter Badminton Ina
Merekalah yang bergantian mendominasi sektor tunggal putri dalam beberapa tahun terakhir. Sangat mungkin, medali emas Olimpiade tahun depan, tidak akan jauh dari mereka. Tinggal menunggu yang paling siap.

Bagaimana peluang tunggal putri Indonesia? Harus diakui, performa trio tunggal putri Pelatnas, Gregoria Mariska Tunjung, Fitriani dan Ruselli Hartawan belum mampu selevel dengan pemain-pemain top dunia. Namun, masih ada harapan bagi mereka untuk setidaknya bisa lolos ke Olimpiade dengan masuk rangking 16 besar dunia.

Pada akhirnya, final Indonesia Open 2019 kemarin menjadi "cermin", akan seperti apa persaingan di bulutangkis di Olimpiade 2020 mendatang. Dalam periode satu tahun ke depan, rasanya akan sangat sulit muncul kejutan tak terduga.

Nah, sebagai pendukung Indonesia, saya tentunya berharap, Indonesia tidak hanya konsisten mendominasi di ganda putra. Namun, pemain-pemain di sektor lainnya juga mampu mengejar 'jarak kualitas' dengan pemain top lainnya.

Siapa tahu, di akhir tahun nanti, tunggal putra kita bisa masuk rangking lima besar. Atau, tunggal putri kita bisa masuk rangking top 10. Juga ganda campuran dan ganda putri, semoga bisa konsisten menang. Bila begitu, kita boleh berharap banyak pada bulutangkis di Olimpiade 2020 mendatang. Salam bulutangkis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun