Di Kludan pun begitu. Begitu masuk di desa ini usai melewati rel kereta api, kita akan disuguhi pemandangan puluhan sentra tas, sepatu dan juga jaket kulit yang berada di sebelah kanan kiri jalan.Â
Namun, Kludan juga bukan hanya sentra kerajinan tas dan sepatu. Belum banyak yang tahu bila masyarakat di desa ini telah mampu memasyarakatkan Germas. Ada banyak kegiatan yang mengajak masyarakat hidup sehat yang telah rutin dilakukan dalam beberapa tahun terakhir.
Siti Amanah bercerita, dulu, masih ada warga yang masih terbiasa membuang 'hajat' di sungai. Kebetulan, desa yang dihuni 1383 warga ini memang 'dibelah' oleh sungai yang menjadi pembatas dengan desa lainnya. Kini, hampir semua warga sudah memiliki jamban di rumahnya.Â
"Hampir semua warga kini sudah punya jamban di rumah masing-masing. Tapi di setiap RT juga ada minimal satu WC umum dengan dua pintu," ujar Amanah. Â Â
"Dengan pekarangan ditanami sayur dan buah, warga tentunya bisa lebih sering mengonsumsi buah dan sayur. Murah karena tidak perlu membeli dan bisa kapan saja," sambung Amanah.
Menyukseskan Germas Butuh Peran Semua Pihak
Dimulai dari diri sendiri dan keluarga, semangat hidup bersih dan sehat itu kemudian terbawa ke desa. Tidak sulit mengajak warga di sana untuk bekerja bakti bersama demi mempercantik desa. Diantaranya dengan membuat taman desa, membuat bak sampah. Termasuk menghidupkan Bank Sampah dan Bank Jelantah demi menstimulus warga agar cinta kebersihan sekaligus mendapatkan nilai ekonomis.
Tahun ini, Kludan ikut berpartisipasi dalam lomba kebersihan "Sidoarjo Bersih dan Hijau" tingkat kabupaten yang diadakan oleh Dinas Kebersihan setempat. Kludan berhasil meraih juara harapan dan juara 1 untuk yel-yel.