Hasil studi tersebut telah dipublikasikan di jurnal The Lancet pada 28 Juni 2018 atas kerja sama antara Kementerian Kesehatan RI, Balitbangkes Kemenkes RI, Badan Pusat Statistik, Eijkman Oxford Institute, Universitas Indonesia, dan beberapa lembaga lainnya, baik di dalam maupun luar negeri.
Data-data tersebut tentu saja mengkhwatirkan dan bisa menjadi kabar buruk bagi Indonesia. Sebab, peningkatan PTM tidak hanya berkaitan dengan penyakit. Tetapi juga dapat menurunkan produktivitas sumber daya manusia, bahkan kualitas generasi bangsa.
Memasyarakatkan "Gerakan Masyarakat Hidup Sehat" (Germas)
Kabar bagusnya, dalam ranah kesehatan, data bukanlah musibah. Justru, data tersebut bisa menjadi bahan evaluasi sekaligus momentum untuk berubah. Apalagi, kita sejatinya sudah paham mengapa PTM di Indonesia cenderung naik dalam beberapa tahun terakhir.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga sudah memiliki strategi pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular di Indonesia. Sejak tahun 2016 lalu, Kemenkes bersama Komisi IX DPR-RI telah melakukan sosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) di 101 lokasi. Lalu pada 2017, kegiatan sosialisasi Germas diselenggarakan di 134 lokasi.
Apa itu Germas?Â
Germas merupakan gerakan nasional yang diprakarsai Presiden RI Joko Widodo dengan mengedepankan upaya promotif dan preventif, serta melibatkan seluruh komponen bangsa dalam memasyarakatkan paradigma sehat. Lintas sektor diharapkan dapat membuat kebijakan yang dapat mendukung pengimplementasian Germas.
Germas meliputi kegiatan aktivitas fisik, konsumsi buah dan sayur, tidak merokok, memeriksakan kesehatan secara rutin, membersihkan lingkungan, dan menggunakan jamban. Germas secara nasional dimulai dengan berfokus pada tiga kegiatan. Yakni melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari, mengonsumsi buah dan sayur, dan memeriksakan kesehatan secara rutin minimal 6 bulan sekali sebagai upaya deteksi dini penyakit.
Menengok Desa Kludan dan Warganya yang Sadar Germas
Sejatinya, ada banyak masyarakat di negeri ini yang telah berhasil 'memasyarakatkan Germas" di lingkungan tempat tinggalnya. Utamanya mereka yang tinggal di kampung-kampung. Salah satunya saya temukan di Desa Kludan, Kecamatan Tanggulangin di Sidoarjo.
Bila menyebut Tanggulangin, ingatan kita pastinya langsung tertuju pada sentra kerajinan tas dan sepatu. Bahkan, dulu sebelum luapan Lumpur Lapindo, salah satu Kecamatan di Sidoarjo ini pernah jadi kawasan primadona produk tas dan sepatu.