Hari ini, Harian Kompas menulis "Obituari Rudy Badil". Kompas menggambarkan sosok wartawan senior ini sebagai pribadi yang tangguh, suka berbagi pengalaman, dan memiliki empati yang tinggi.Â
"Langkah kakinya sudah membumi ke seluruh penjuru tanah air. Namanya akrab di telinga orang-orang yang berada di pedalaman sekali pun," begitu petikan tulisan Kompas.
Namun, dari berbagai tulisan yang saya baca perihal kepergian Rudy Badil dan menjadi referensi tulisan singkat ini, kiranya tulisan dari mbak Titik Kartitiani yang dimuat di media jatimplus.id yang paling menyentuh dan membikin haru. Mbak Titik merupakan salah seorang senior di FOKSI dan punya banyak pengalaman bersama Bang Rudy Badil.
Sempat bertemu langsung dengan Bang Rudy Badil ketika ikut Owaka
FOKSI yang merupakan kepanjangan dari Forum Komunikasi Satwa Liar, didirikan Rudy Badil pada 5 Februari 1999 silam. Sebuah forum yang tidak serius tapi membicarakan hal-hal serius. Forum unik di mana jurnalis, pecinta dan pemerhati satwa liar, penangkar, akademisi, pemerintah bisa berkumpul untuk ngobrol bareng.Â
Menurut Mbak Titik, kecintaan Bang Rudy pada jurnalistik dan konservasi, khususnya soal satwa liar yang menjadi alasannya mendirikan lembaga ini. Sungguh beruntung Mbak Titik bisa memiliki banyak kenangan hebat bersama Rudy Badil. Senangnya, dia tidak pelit bercerita.
Nah, dulu, FOKSI rutin menggelar Orientasi Wartawan Konservasi (Owaka). Semasa masih bekerja di 'pabrik koran', saya pernah ikut Owaka sekira awal 2012 silam yang digelar di Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor bersama beberapa senior FOKSI Jawa Timur seperti mas Prasto Wardoyo. Dari sinilah, saya bisa bertemu langsung sekaligus mendengar wejangan Rudy Badil.
Kesan pertama yang saya dapat ketika kali pertama bertemu Bang Rudy Badil adalah sosoknya yang gagah dan bersemangat meski menggunakan tongkat untuk membantunya berjalan.Â
Cara bicaranya blak-blakan, tegas, dan apa yang disampaikannya padat berisi. Ketika bicara, dia bak 'kamus pintar' yang siapa saja mendengarnya jadi enggan bergeser dari tempat duduknya.
Seperti saya kala itu yang juga terkesima mendengar cerita-ceritanya seputar konservasi satwa liar, penangkaran, tentang kebun binatang, dan kiprah kawan-kawan di FOKSI. Bahkan, hingga larut malam, semangatnya masih menyala. Obrolan semakin asyik dengan diskusi lebih dekat dengan Bang Badil.