Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Hadapi Brasil di Final, Peru Bisa Apa?

5 Juli 2019   09:17 Diperbarui: 5 Juli 2019   09:47 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peru akan menantang Brasil di final. Mereka sempat dikalahkan Brasil 0-5 di pertandingan fase grup.Bisa apa Peru di final?/Foto: Sports Grasp


Ketika Copa America 2019 dimulai pada 14 Juni silam, rasanya hampir tidak ada yang mempredisi bila final turnamen sepak bola antar negara tertua di dunia ini akan mempertemukan Brasil dan Peru.

Kalau Brasil, masih banyak orang yang menebak mereka akan bisa melaju ke final. Brasil gitu lho. Meski sudah 12 tahun "puasa gelar" tetapi Brasil tetaplah Brasil, negara sepak bola yang memiliki pemain-pemain dengan kualitas "bukan kaleng-kaleng". Mereka juga pernah 8 kali juara. Apalagi, di Copa America tahun ini, Brasil akan menjadi tuan rumah yang tentunya membuat Roberto Firmino dan kawan-kawan tampil lebih bersemangat.

Namun, bagaimana dengan Peru?

Bila Brasil masuk dalam daftar unggulan juara bersama Argentina, Chile, Uruguay, Kolombia maupun Paraguay yang memang punya sejarah juara, ceritanya berbeda dengan Peru. La Blanquirroja alias Tim Putih Merah--julukan Peru, hanya masuk daftar tim "kuda hitam" yang berpotensi membuat kejutan bersama Qatar, tim juara Asia 2019 yang menjadi tim undangan.

Memang, Peru pernah dua kali juara di Copa America. Namun, itu terjadi pada 1939 dan kali terakhir juara pada 1975 atau 44 tahun silam kala diperkuat pemain terbaik sepanjang masa mereka, Teofilo Cubillas. Singkat kata, Peru bukanlah tim yang diperhitungkan di Copa America 2019 ini.

Stigma itu seolah mendapatkan pembenaran ketika Peru dibantai Brasil lima gol tanpa balas (0-5) di pertandingan terakhir Grup A pada 22 Juni lalu. Peru bukanlah lawan sepadan Brasil di laga itu.

Namun, sepahit-pahitnya kekalahan telak dari Brasil itu, pendukung Peru masih mendapatkan kabar bagus. Peru berhasil lolos ke perempat final lewat jalur peringkat tiga terbaik bersama Paraguay.

Di babak gugur inilah, peruntungan Peru mulai berubah. Dimulai ketika mereka menyingkirkan tim peraih gelar terbanyak Copa America, Uruguay di perempat final lewat kemenangan adu penalti 5-4 setelah bermain 0-0 pada 29 Juni.

Toh, kemenangan itu belum membuat Peru diperhitungkan. Tidak sedikit orang yang menganggap tim yang dilatih pelatih asal Argentina, Ricardo Gareca ini hanya menang beruntung. Luis Suarez yang gagal menendang penalti, sedang apes.

Apalagi, di semifinal, Peru akan bertemu sang juara bertahan, Chile, yang tentu saja lebih diunggulkan untuk bisa lolos ke final. Namun, yang terjadi, Peru justru 'meledak' di laga semifinal yang digelar di Porto Alegre, Rabu (3/7) malam waktu Brasil atau Kamis (4/7) pagi waktu Indonesia. Paolo Guerrero dan kawan-kawannya menang telak, -0 atas Chile.

Peru pun kembali tampil di final setelah 44 tahun. Di final, Peru akan kembali bertemu Brasil yang lebih dulu memastikan lolos ke final usai sehari sebelumnya menang 2-0 atas Argentina.  

Bertemu Brasil, bisa apa Peru?

Pertanyaan itu layak dimunculkan. Beberapa orang pastinya memprediksi bila Peru bakal kembali dibantai Brasil di final seperti halnya pertemuan mereka di fase grup. Namun, beberapa orang lainnya meyakini, Peru sudah mengambil pelajaran dari kekalahan di fase grup lalu. Kali ini, mereka akan tampil mengejutkan di final. Mana yang benar?

Semua orang boleh punya prediksi. Dan apapun prediksinya, saya kok cukup yakin bila final Copa America 2019 nanti tidak akan memunculkan hasil "berat sebelah". Rasanya tidak akan ada pembantaian dengan skor mencolok. Sebab, Peru pastinya tidak akan mau melewatkan begitu saja kesempatan tampil di final.

Apalagi, dua pemain Peru, Edison Flores dan Paolo Guerrero berpeluang menjadi pencetak gol terbanyak di turnamen ini. Keduanya sudah mencetak dua gol, sama dengan tiga pemain Brasil, Everton, Philippe Coutinho dan Roberto Firmino. Termasuk pemain senior Peru, Jefferson Farfan (34 tahun) yang sudah mengemas satu gol. 

Karenanya, jelang final yang akan digelar di Estadio Maracana di Rio de Janeiro pada Minggu (7/7) sore waktu Brasil, saya mengandaikan pelatih Peru, Ricardo Gareca menyampaikan kalimat begini kepada Paulo Guerrero cs.

"Kita tidak setiap tahun (penyelenggaraan Copa America) bisa tampil di final. Karena itu, jangan sia-siakan peluang ini. Keluarkan kemampuan terbaik dan semangat kalian. Kalaupun harus kalah, tidak boleh ada kepala yang tertunduk karena kalian sudah melakukan yang terbaik". 

Brasil yang meski lebih diunggulkan untuk juara, pastinya enggan meremehkan Peru. Pelatih Brasil, Tite, pastinya sudah mewanti-wanti anak asuhnya bahwa Peru kali ini bukanlah tim yang mereka bantai pada penyisihan grup lalu. Sebab, bila teralu jumawa dan kepedean, Brasil bisa saja bernasib seperti Chile.

Satu fakta lainnya, Tite pastinya paham. Meski Peru sudah sangat lama tidak pernah juara, tetapi penampilan mereka dalam beberapa tahun terakhir juga tidak bisa dibilang buruk. Di Copa America edisi 2011 dan 2015, Peru berhasil menempati peringkat tiga. Tahun 2016 lalu, mereka juga tampil di perempat final sebelum kalah dari Kolombia lewat adu penalti.

Jadi, bisa apa Peru di final nanti? Bisa saja mereka membuat kejutan dan menghancurkan mimpi pemain-pemain Brasil untuk meraih gelar kesembilan sekaligus mengakhiri penantian 12 tahun. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun