Terkadang, dia jadi kuli bangunan, juga buruh di sawah. Pekerjaan apapun dia jalani selama bisa menghasilkan duit untuk keluarganya. Dari upah tak seberapa itu, sebagian dia sisihkan untuk modal berjualan kerupuk. Istrinya yang menggoreng, lantas sore hari dia berkeliling menjualnya. Istrinya juga berjualan kerudung yang ditawarkan ke para wali murid di sekolah anaknya.
Seiring berjalannya waktu, Siswanto lantas ditawari bekerja sebagai petugas kebersihan honorer di Kabupaten Sidoarjo. Pekerjaan itulah yang ia jalani hingga kini.
Lebih Bisa Bersyukur
Di bulan Ramadan, demi menambah penghasilan, Siswanto dan istrinya berjualan kue opak untuk sajian Lebaran. Awalnya hanya coba-coba. Apalagi, bahan untuk membuatnya tidak mahal.
Opak itu lantas dijual ke kerabat. Hasilnya ternyata lumayan. Di Ramadan tahun ini, mereka mendapatkan puluhan pesanan opak yang mereka kemas dalam toples.
Situasi sulit yang dihadapinya setelah di-PHK, juga membuat Siswanto jadi lebih tergerak untuk tekun beribadah. Semasa bekerja di pabrik, dia mengaku cukup sering meninggalkan shalat.
Kini, dia bisa memperbaiki kualitas ibadahnya. Hatinya jadi lebih tenang. Dia menemukan kesadaran, segalanya sudah diatur oleh Yang Maha Mengatur. Termasuk urusan rezeki. "Dapat berapa pun yang penting disyukuri, Mas," katanya.
Bisa Punya Rumah Sederhana
Dari semua kerja keras yang dijalaninya, Siswanto akhirnya bisa mewujudkan harapannya: memiliki rumah sendiri. Memang, petuah bijak man jadda wa jadda itu benar adanya. Bahwa siapa yang tekun berusaha, akan menuai hasilnya.
Siswanto merupakan suami dari sepupu saya. Orangnya bersahaja. Semangatnya dalam menjalani hidup juga luar biasa. Ketika banyak orang gengsi dan malu bekerja serabutan, dia menjalaninya dengan gembira karena tahu akan mendapatkan upah demi menghidupi anak istrinya.