Ataupun, kesempatan tampil sebagai narasumber di media arus utama karena kita dianggap pakar di bidang tertentu karena tulisan-tulisan yang kita hasilkan.
Siapa tahu, ada pembaca yang tertarik dengan tulisan sampean (Anda) lantas rajin mengikuti kiprah sampean di Kompasiana dan akhirnya mengajak bekerja sama.Â
Siapa tahu, sampean yang konsisten menulis tema politik, tema pemerintahan, olahraga hingga tema hiburan, lantas berkesempatan diundang media lokal hingga nasional sebagai pengamat politik, pengamat birokrasi, pengamat olahraga ataupun pakar film yang tentu saja bisa berdampak bagus bagi karier sampean.
Saya termasuk jenis orang yang percaya bahwa cerminan diri kita bisa dilihat lewat tulisan-tulisan kita. Bahwa apapun yang kita tulis dan 'dilempar' ke publik baik itu berupa tulisan status di media sosial maupun tulisan artikel, bisa digunakan oleh orang lain untuk menilai siapa kita, bahkan mungkin mengukur wawasan kita.
Nah, dalam ranah Kompasiana, jangan sekali-kali berpikir untuk menghasilkan tulisan di rumah ini dengan prinsip "asal menulis". Memang, menulis di Kompasiana itu "mudah". Lha wong kita tinggal menulis dan bisa menayangkannya sendiri tanpa menunggu persetujuan 'penjaga halaman' seperti misalnya kita mengirimkan artikel Opini ke media massa. Namun, mudah bukan berarti lantas "pokoknya menulis".
Sebab, sebelum menghasilkan tulisan, ada proses panjang yang kita lakukan. Kita pastinya terlebih dulu berpikir tema tulisan apa yang akan kita tulis, lantas mencari referensi dan data pendukung tulisan, mengeksekusi tulisan dengan pilihan sudut pandang kita sendiri, kemudian melakukan editing sebelum ditayangkan.
Namun, karena tidak asal menulis, jangan juga lantas jarang menghasilkan tulisan karena beralasan butuh waktu lama untuk mengemas tulisan menjadi sesempurna mungkin. Singkat kata, menulis tidak perlu dipersulit, tapi juga jangan dianggap remeh.
Makna "asal menulis" itu maksudnya ketika kita menghasilkan tulisan dengan menabrak 'aturan' semisal dengan melakukan praktek menyalin tulisan orang lain atapun sekadar mencomot tulisan di media arus utama.Â
Termasuk jika tidak patuh aturan penulisan yang benar semisal penulisan huruf besar dan kecil, penulisan kutipan yang benar, penulisan kata "di" yang digabung dan dipisah hingga penulisan kata yang sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Kembali pada peluang di Kompasiana, pertengahan Mei lalu, sampean mungkin sudah pernah membaca imbauan dari akun resmi Kompasiana untuk memperbarui data profil dan mendapat peluang mendapatkan keuntungan berlimpah di Kompasiana.Â
Bahwa, akan dirilis beberapa program afiliasi yang memudahkan Kompasianer dalam memonetasi aktivitasnya di Kompasiana dan sebuah halaman multiakun yang memungkinkan Kompasianer membentuk grup atau komunitas berdasarkan minat atau domisili. Untuk selengkapnya bisa dibaca di sini.
  Â
Saya yakin, ada banyak penulis di Kompasiana yang sudah merasakan manfaatnya menulis di Kompasiana. Tidak hanya karena mendapatkan ruang luas untuk menampilkan ide-ide dan tulisannya sehingga dibaca banyak orang, tetapi juga kesempatan untuk mendapatkan penghasilan tambahan dari menulis.