Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Kala Sri Fatmawati Akhiri Dahaga Gelar Tunggal Putri Indonesia

24 Juni 2019   16:44 Diperbarui: 24 Juni 2019   16:52 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sri Fatmawati kini fokus menempa diri di klubnya, Jaya Raya/Foto: Djarum Badminton.com

Kabar bagus datang dari Perak, Malaysia. Pebulutangkis-pebulutangkis Indonesia yang sejak 18 Juni lalu tampil di turnamen Malaysia International Series 2019, berhasil tampil sebagai "juara umum" setelah sukses meraih tiga gelar di final yang digelar, Minggu (23/6/2019) kemarin.

Tiga gelar untuk Indonesia datang dari pasangan ganda campuran, Amri Syahnawi/Pia Zebadiah Bernadet, tunggal putri Sri Fatmawati, dan ganda putra pasangan, Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin. 

Amri/Pia yang tampil di turnamen ini sebagai pemain independen, meraih gelar setelah mengalahkan juniornya di Pelatnas, Andika Ramadiansyah/Bunga Fitriani Romadhini, dengan skor 21-15, 21-17. Sementara Sri mengalahkan pemain tuan rumah, Eoon Qi Xuan, lewat straight game 21-19, 21-8.

Lantas, di pertandingan final terakhir, Leo/Daniel memperlihatkan semangat keren saat mengalahkan ganda tuan rumah, Low Hang Yee/Ng Eng Cheong. Kalah 17-21 di game pertama, Leo/Daniel berbalik memenangi dua game berikutnya 21-17, 21-11.

Indonesia juga meraih satu runner-up di sektor ganda putri atas nama Febriana Dwikusuma/Ribka Sugiarto. Pasangan juara Asia Junior 2018 ini takluk rubber game dari ganda putri tuan rumah, Tan Pearly Koong Le/Muralitharan Thinaah, 16-21, 21-11, 18-21. Malaysia juga memastikan gelar tunggal putra lewat all Malaysian final yang dimenangi Soong Joo Ven atas Cheam June Wei.

Dengan meraih tiga gelar dari lima gelar di Malaysia International Series 2019, Indonesia mengungguli tuan rumah dan menjadi "juara umum". Raihan tiga gelar ini juga lebih baik dari raihan tahun lalu saat meraih dua gelar lewat Gatjra Piliang di tunggal putri dan Andika/Bunga di ganda campuran.

Bila melihat 'status pemain, dari tiga pemain/pasangan yang berhasil juara, hanya pasangan Leo/Daniel yang merupakan pemain Pelatnas. Sementara Pia/Amri merupakan pemain profesional. Pia yang kini berusia 30 tahun, dulunya merupakan salah satu andalan Pelatnas di sektor ganda putri/ganda campuran. Sementara Sri Fatmawati adalah pemain non Pelantas.

Akhiri dominasi tunggal putri Malaysia dan dahaga gelar
Dari tiga pemain/pasangan juara tersebut, gelar tunggal putri yang diraih oleh Sri Fatmawati, memiliki makna khusus. Bukan hanya karena gelar ini menjadi yang pertama bagi tunggal putri Indonesia di Malaysia International Series, sekaligus mengakhiri dominasi tunggal putri Malaysia di turnamen ini. Sebelumnya, sejak tahun 2017, Malaysia selalu berjaya di sektor ini.

Namun, yang lebih penting, gelar yang diraih Sri tersebut berhasil mengakhiri dahaga penantian gelar tunggal putri di tahun 2019 ini. Karena memang, dari lima sektor, tunggal putri-lah yang seolah paling sulit juara.

Sebenarnya, tunggal putri sempat mengawali tahun 2019 ini dengan cemerlang. Di awal tahun, Fitriani tampil sebagai juara di turnamen Thailand Masters Super 300 2019. Itu gelar pertama Fitri di turnamen BWF World Tour sekaligus awal manis bagi sektor tunggal putri Indonesia.

Lalu di bulan Februari, hasil manis juga diraih Choirunnisa di turnamen Iran Fajr International Challenge 2019. Pemain berusia 19 tahun ini berhasil masuk final meski akhirnya tak mampu membawa pulang gelar.

Sayangnya, awal manis di awal tahun itu tidak berlanjut. Hingga akhir semester pertama tahun ini, tunggal putri Indonesia tak pernah lagi juara. Sembilan pemain Pelatnas, yakni enam pemain utama: Gregoria Mariska Tunjung, Fitriani, Ruselli Hartawan, Aurum Oktavia Winata, Choirunnisa dan Bening Sri Rahayu plus tiga pemain Pelatnas Pratama: Putri Kusuma Wardhani, Stephanie Widjaja dan Yasnita Enggira Setyawan, belum mampu lagi menambah gelar.

Keputusan PBSI untuk memulangkan Rionny Mainaky yang sebelumnya sukses melatih tunggal putri Jepang dengan memoles pemain seperti Nozomi Okuhara (juara dunia 2017) ataupun Akane Yamaguchi (rangking 3 dunia) pada awal April lalu, ternyata juga belum membuat tunggal putri bisa berjaya.

Tunggal putri utama kita masih kesulitan bersaing di level BWF World Tour utama. Harus diakui, pemain kita masih sebatas mampu merepotkan pemain-pemain top dunia seperti Tai Tzu-ying, Okuhara, Chen Yufei, Pusarla Sindhu ataupun Ratchanok Intanon. Gregoria dkk masih sulit mengimbangi apalagi mengalahkan mereka.

Dalam situasi seperti itu, kita justru dibuat jealous oleh keberhasilan Korea Selatan melahirkan tunggal putri berbakat. Namanya An Se-Young. Awal Mei lalu, anak muda berusia 17 tahun ini jadi juara di New Zealand Open Super 300 dengan mengalahkan mantan tunggal putri nomor 1 Tiongkok yang juga peraih medali emas Olimpiade 2012, Li Xuerui. Bahkan, di ajang Piala Sudirman 22 Mei 2019, An Se-Young mampu mengalahkan Tai Tzu-ying.

Nah, kembali ke Malaysia International Series, keberhasilan Sri Fatmawati tentunya menjadi kabar bagus bagi tunggal putri Indonesia. Apresiasi perlu diberikan untuk Sri, meski tentunya tanpa perlu merendahkan tunggal putri Pelatnas. Karena memang, persaingan di level International Series dengan BWF World Tour tentunya berbeda.

Sri Fatmawati kini fokus menempa diri di klubnya, Jaya Raya/Foto: Djarum Badminton.com
Sri Fatmawati kini fokus menempa diri di klubnya, Jaya Raya/Foto: Djarum Badminton.com
Namun, setidaknya, sukses Sri di Malaysia tersebut bisa memotivasi tunggal putri di Pelatnas untuk tampil lebih 'menembus batas'. Bahwa, tunggal putri Indonesia sejatinya bisa juara.

Kita tentu berharap, di rangkaian turnamen pada semester kedua tahun ini, Fitriani dkk bisa tampil mengejutkan dengan bisa mengimbangi bahkan mengalahkan pemain-pemain top dunia. Apalagi, pertengahan Juli nanti, kita akan menjadi tuan rumah Indonesia Open 2019.

Sebab, hanya dengan raihan bagus di turnamen BWF, terlebih bila juara, tunggal putri kita bisa menjaga peringkat di 15 besar dalam rangking BWF sebagai bekal tampil di Olimpiade 2020.

Keberhasilan Sri tersebut juga menjadi pesan bahwa sistem promosi-degradasi yang rutin diterapkan PBSI setiap akhir tahun, memang penting. Pemain yang bisa juara di turnamen di luar negeri seperti Sri, layak diberi kesempatan di Pelatnas.

Apalagi, secara permainan, Sri mendapatkan banyak pujian dari warganet. Beberapa warganet di akun Instagram yang fokus memberitakan bulutangkis, memuji pemain kelahiran Probolinggo ini memiliki smash keras dan penampatan bolanya variatif. Hanya stamina yang masih perlu ditingkatkan.

Dari beberapa referensi yang saya baca, pemain kelahiran Probolinggo yang juga pernah juara di Bahrain International 2016 dan 2018 ini kabarnya sempat ditawari PBSI masuk Pelatnas tetapi lebih memilih menempa diri dulu di klubnya, Jaya Raya. Mungkin, pemain yang baru genap berusia 20 tahun pada 7 Juni lalu ini bersedia di tahun depan. 

Pada akhirnya, sebagai penikmat bulutangkis, siapa sih yang tidak ingin melihat Indonesia bisa kembali memiliki tunggal putri hebat selevel Susy Susanti yang bisa bersaing di tingkat dunia. Terlebih ketika sektor tunggal putra Indonesia kini mulai konsisten berprestasi lewat Jonatan Christie dan Anthony Ginting. 

Lha wong mendengar kabar An Se-Young bisa mengalahkan Tai Tzu-ying saja, mendadak ada perasaan gembira. Bahwa olahraga ini telah kedatangan calon pemain hebat. Apalagi bila calon pemain hebat itu berasal dari Indonesia. Rasanya tentu gembira berlipat-lipat. Semoga. Salam bulutangkis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun