Anjuran menikah di bulan Syawal juga untuk mematahkan dan menghilangkan kepercayaan yang sempat dianut oleh masyarakat jahiliyah bahwa menikah di bulan Syawal hanya akan membawa kesialan kepada pasangan tersebut.
Dari beberapa referensi yang saya baca, mitos ini muncul karena pada suatu waktu di bulan Syawal, ada sepasang unta yang ingin dikawinkan. Akan tetapi, unta betina kemudian mengangkat ekornya sebagai tanda bahwa unta tersebut tidak mau dikawinkan.
Tanda ini juga dimaknai bahwa unta jantan dilarang mendekati unta betina tersebut. Masyarakat Makkah waktu itu lalu menganggap bahwa para wanita juga harus menolak jika ingin dinikahkan pada bulan tersebut. Nah, seorang muslim tidak boleh percaya pada mitos atau kesialan yang dibawa oleh sesuatu.
Pertimbangan lainnya menikah di bulan Syawal itu istimewa karena adanya momentum Lebaran yang menjadi waktu silaturrahmi bagi umat Islam.Â
Sementara menikah juga dilakukan untuk menjalin silaturrahmi antara dua keluarga. Dengan adanya ikatan pernikahan, maka hubungan antara dua keluarga juga semakin erat.
Berbagai pertimbangan tersebut yang lantas mendasari banyak pasangan untuk memutuskan menikah ataupun banyak orang tua yang menikahkan anaknya di bulan Syawal. Tetapi yang terpenting, terkait menikah ini, kalau memang sudah ada pasangan, kalau memang sudah mantap, kalau memang sudah siap, sudah seharusnya disegerakan.
Segerakan Menikah, tapi jangan tergesa-gesa
Namun, menyegerakan menikah tentunya berbeda dengan makna tergesa-gesa. Itu dua hal yang berbeda. Makna menyegerakan berarti sampean siap ingin segera melangsungkan pernikahan karena sudah memiliki calon suami/istri yang memang terbaik serta mempersiapkan dengan baik. Mulai dari persiapan secara fisik, mental, ilmu, dan finansial.
Sebaliknya, tergesa-gesa menikah maknanya cenderung melakukan pernikahan tanpa didasari persiapan yang matang. Lebih banyak didasari karena terburu-buru dan tidak berpikir panjang. Termasuk bila hanya demi menghindari omongan orang lain karena sudah jenuh mendengar pertanyaan "kapan menikah?" dari orang lain.
Karenanya, dalam konteks menyegerakan dan tergesa-gesa ini, usia sejatinya bukanlah faktor utama. Bila usianya sudah banyak tetapi belum siap, baik belum siap calonnya hingga persiapan finansial untuk membangun keluarga, apa iya mau memaksakan segera menikah?
Sebaliknya, menikah di usia dini ketika belum matang secara ilmu dan mental, juga hanya bentuk terburu-buru. Bukankah sudah banyak pernikahan dini yang berujung perceraian dan pada akhirnya anak menjadi korban karena imbas 'ilmu berumah tangga' yang masih pendek dan sikap egois yang masih tinggi?Â