Usai memberesi laptop, Bayu menyalakan televisi. Sambil selonjoran, dia bolak-balik memencet remote TV demi mencari program acara yang disuka. Mendadak, perhatiannya tertuju pada informasi breaking news di salah satu stasiun televisi berita.
"Innalillahi wa Inna Ilaihi Rooji'uun, Ibu Ani Yudhoyono meninggal dunia," ujar Bayu spontan, usai menonton breaking news itu.
Sebagai wartawan, Bayu mengikuti sedari awal kabar dirawatnya istri Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono tersebut di National University Hospital Singapura. Termasuk juga kabar hoaks yang sempat beredar sehari sebelum munculnya breaking news tersebut. Dia memperhatikan seksama berita di televisi tersebut.
"Besok siang akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, saya bakal ditugaskan meliput ke sana," gumamnya.
Pandangan seriusnya ke layar kaca televisi lantas teralihkan oleh bunyi notifikasi ada pesan masuk di aplikasi chat di ponselnya. Setelah dilihat, ternyata pesan dari Rokhman, kawan di kampungnya.
"Bayu, ada kabar duka. Bayinya Doni pagi tadi meninggal setelah lahir prematur," begitu tulisan chat Rokhman.
Rokhman dan Doni adalah kawan dekat Bayu di kampung. Sedari SD hingga SMA, mereka selalu satu sekolah. Kini, setelah Bayu bekerja di Jakarta, Rokhman-lah yang paling rajin mengabari informasi yang terjadi di kampungnya. Sebelumnya, pekan lalu, Rokhman juga menyampaikan kabar duka berpulangnya pak modin yang juga guru ngaji mereka di kampung ketika kecil dulu.
"Bulan Ramadan tahun ini ternyata banyak yang dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Semoga semuanya husnul khotimah," ucap Bayu.
Kabar berpulangnya pak modin yang sudah sepuh (lanjut usia) anak kawannya yang baru lahir hingga Bu Ani itu seperti menjadi pengingat bagi Bayu, bahwa urusan mati memang tidak memandang usia. Seperti daun di pepohonan yang tidak selalu daun tua yang berguguran di terpa angin. Daun muda pun terkadang ikut jatuh.
Bayu jadi teringat pada salah satu roman kesukaaannya. Yakni roman "Bukan Pasar Malam" yang ditulis penulis idolanya, Pramoedya Ananta Toer.
Dia hafal salah satu kutipan di roman tersebut yang sering dirapalnya.Â
"Di dunia ini manusia bukan berduyun-duyun lahir dan berduyun-duyun pula kembali pulang. Seorang-seorang mereka datang. Seorang-seorang mereka pergi. Dan yang belum pergi dengan cemas-cemas menunggu saat nyawanya terbang entah ke mana," ujar Bayu merapal kembali kutipan itu.