Setelah 12 tahun berlalu, tim bulutangkis Indonesia berpeluang kembali tampil di babak final Piala Sudirman 2019. Kemarin, tim Indonesia memastikan lolos ke semifinal usai menang dramatis atas Taiwan di perempat final yang digelar di Nanning, Tiongkok, Jumat (24/5).Â
Sempat tertinggal 1-2, Indonesia berhasil menang come back 3-2 lewat kemenangan pasangan ganda campuran, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti.
Di semifinal yang akan digelar Sabtu (25/4) sore nanti, Indonesia akan menghadapi Jepang yang di perempat final kemarin menang telak 3-0 atas Malaysia. Bisakah Indonesia menaklukkan Jepang yang harus diakui, unggul di beberapa sektor dalam hitung-hitungan di atas kertas?
Dari sisi sejarah, Indonesia unggul dari Jepang
Mari kita sejenak menengok 'sejarah'. Kenapa harus melihat sejarah? Sebab, Indonesia bisa menemukan motivasi ekstra bila menengok sejarah.
Dalam sejarah Piala Sudirman, Indonesia ternyata tidak pernah kalah dari Jepang. Dalam dua kali pertemuan, Indonesia selalu menang.
Pertemuan terakhir terjadi di babak perempat final Piala Sudirman 2011 yang digelar di Qingdao, China. Kala itu, Indonesia mampu menang dramatis 3-2 lewat rute kemenangan persis seperti saat mengalahkan Taiwan kemarin. Kemenangan Indonesia kala itu ditentukan pasangan ganda campuran, Fran Kurniawan/Pia Zebadiah lewat rubber game.
Hanya Mohammad Ahsan dan Greysia Polii, dua pemain yang bermain dalam kemenangan tahun 2011 itu yang kembali tampil di Piala Sudirman tahun ini. Kala itu, keduanya berhasil menyumbangkan poin untuk Indonesia.Â
Ahsan berpasangan dengan Alvent Yulianto menang di laga pertama. Lalu Greysia bersama Meiliana Jahuari menang di laga keempat untuk menyamakan skor 2-2 setelah dua sektor tunggal takluk.
Jepang kini jauh lebih kuat
Mungkinkah kemenangan di Qingdao pada 2011 silam, kali ini bisa kembali diulang oleh tim Indonesia di Nanning?
Tidak ada yang tidak mungkin. Syaratnya, semua pemain Indonesia yang tampil, harus mengeluarkan kemampuan terbaiknya bila ingin mengalahkan Jepang dan lolos ke final.
Kita semua tahu, Jepang yang sekarang sudah sangat berbeda dengan Jepang yang dulu. Tim Jepang sekarang telah menjelma sebagai salah satu raksasa bulutangkis dunia. Jepang kini memiliki pemain-pemain top dunia di semua sektor (tunggal putra/putri, ganda putra/putri dan ganda campuran).
Di tim Jepang sekarang bahkan ada tiga pemain berstatus juara dunia. Yakni Kento Momota yang merupakan juara dunia 2018 di tunggal putra, lalu Nozomi Okuhara yang berstatus juara dunia tunggal putri 2017, serta ganda putri Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara yang merupakan ganda putri juara dunia 2018. Plus, ganda putri Ayaka Takahashi/Misaki Matsutomo yang merupakan peraih medali emas Olimpiade 2016.
Malaysia merasakan betapa dahsyatnya kekuatan Jepang. Malaysia yang sempat menang 3-2 atas India di fase grup, tak berdaya di perempat final. Jepang menang 3-0 lewat Takeshi Kamura/Keigo Sonoda di ganda putra, Nozomi Okuhara dna Kento Momota.
Bagaimana cara Indonesia mengalahkan Jepang?
Memang, harus diakui, Jepang unggul di beberapa sektor dari Indonesia. Tetapi, Indonesia juga unggul dari Jepang di beberapa sektor lainnya. Nah, keunggulan itulah yang harus dioptimalkan sembari memburu menang di sektor yang relatif masih berimbang.
Jepang sepertinya akan kembali memainkan line up pemain seperti yang diturunkan saat melawan Malaysia di perempat final. Di sektor ganda putra, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda kemungkinan besar akan tampil. Sementara Indonesia hampir pasti akan mengandalkan Marcus Gideon/Kevin Sanjaya yang selalu menyumbang poin dalam dua penampilan.
Merujuk pada head to head kedua tim, Marcus/Kevin masih unggul dari pasangan Jepang berjuluk Kamson itu. Asalkan tampil dalam form terbaiknya, rasanya Marcus/Kevin bisa mengatasi Kamson.
Di tunggal putri, Jepang kemungkinan besar akan memainkan Nozomi Okuhara yang selalu menang saat melawan Rusia dan Malaysia. Harus diakui, siapapun pemain Indonesia yang tampil, yakni Gregoria Mariska Tunjung atau Fitriani, keduanya masih belum selevel Okuhara.
Namun, bukan berarti Grego ataupun Fitri tak punya peluang menang. Mereka hanya perlu tampil ngeyel dan mengurangi kesalahan sendiri. Sebab, kelebihan tunggal putri Jepang ada pada kengeyelan, stamina dan akurasi penempatan shuttlecock yang nyaris sempurna.
Ah ya satu lagi, tunggal putri Indonesia bisa berharap pada tuah sang pelatih, Rionny Mainaky. Bang Rionny merupakan mantan pelatih tim Jepang. Tentu saja, dia sudah paham kekuatan dan kekurangan tunggal putri Jepang. Tinggal bagaimana Grego atau Fitri berjuang habis-habisan di lapangan.
Di tunggal putra, Anthony Ginting atau Jonatan Christie hampir pasti akan menghadapi Kento Momota. Jojo dan Ginting sama-sama pernah mengalahkan Momota. Jojo mengalahkan Momota di putaran II Malaysia Open 2019 pada awal April lalu yang menjadi kemenangan pertama Jojo.
Ginting juga pernah mengalahkan Momota. Meski, dalam pertemuan terakhir di final Singapore Open pada pertengahan April lalu, Ginting takluk rubber game ketat, 21-10, 19-21, 13-21.
Siapa yang akan dipilih untuk tunggal putra?Â
Saya lebih memilih Ginting. Memang, Jojo menang atas Momota di pertemuan terakhirnya. Namun, penampilan Jojo cukup mengkhawatirkan ketika dikalahkan pemain Taiwan, Chou Tien-chen 11-21, 13-21 kemarin. Padahal, Jojo sebelumnya menang head to head 5-0 atas Chou.
Sementara Ginting relatif lebih stabil permainannya. Faktanya, ketika dia bertemu Momota, pertemuan mereka hampir selalu ramai. Siapa tahu, Ginting bisa kembali 'meledak' seperti saat mengalahkan Momota di Asian Games 2018 dan final China Open 2018. Â
Di ganda putri, Greysia Polii/Apriani Rahayu akan menghadapi pertandingan tersulit mereka. Kita tahu, Greysia/Apri punya rekor kurang bagus ketika bertemu ganda putri Jepang di turnamen BWF World Tour. Mereka selalu kesulitan saat bertemu Ayaka/Misaki atau Mayu/Wakana ataupun Yuki Fukushima/Sayaka Hirota.
Jepang akan mengandalkan ganda putri untuk mendapatkan poin. Ketiga ganda putri Jepang memang tengah on fire. Yuki/Sayaka menang ketika menghadapi Rusia.Â
Lalu Ayaka/Misaki menyumbangkan poin saat mengalahkan Thailand. Sedangkan Mayu/Wakana meski masuk line up saat melawan Malaysia, tidak jadi bermain di laga keempat karena Jepang sudah menang 3-0.
Toh, Greysia/Apri juga tengah on fire. Dari tiga pertandingan yang sudah dijalani di Piala Sudirman 2019, Greysia/Apri selalu berhasil menyumbangkan poin. Termasuk kemenangan meyakinkan atas Taiwan kemarin.Â
Tetapi memang, level ganda putri Jepang tentunya berbeda dari Inggris, Denmark dan Taiwan. Meski begitu, tiga kemenangan tersebut diharapkan bisa membuat Greysia/Apri semakin percaya diri. Â
Harapan ada di ganda campuran
Sementara di sektor ganda campuran, Praveen/Melati yang kemarin menjadi penentu kemenangan atas Taiwan, akan bertemu pasangan terbaik Jepang, Yuta Watanabe/Arisa Higashino. Mereka merupakan juara All England 2018.
Di Piala Sudirman 2019, Yuta/Arisa baru sekali tampil saat melawan Thailand. Mereka berhasil menang atas salah satu pasangan top dunia, Dechapol Puavaranukroh/Savitree Amitrapai. Sementara Praveen/Melati yag sempat kalah saat melawan Inggris, kemarin tampil luar biasa.
Nah, kemenangan atas Taiwan itu diharapkan menjadi titik balik penampilan Praveen/Melati. Mereka diharapkan 'meledak' saat melawan Jepang. "Dengan kemenangan Praveen (Jordan)/Melati (Daeva Oktavianti), percaya diri mereka sedang naik, apalagi menjadi penentu.Â
Kami berharap mereka nanti tampil lebih baik lagi," ujar Manajer Tim Indonesia, Susy Susanti dikutip dari m.badmintonindonesia.org.
Menurut Susy, di atas kertas, Jepang memang lebih dijagokan untuk melaju ke final. Ya, di atas kertas, Indonesia memang lebih inferior dari Jepang. Namun bukan berarti peluang Indonesia sudah tertutup. Susy mengaku tak henti-hentinya memberi semangat kepada tim untuk terus berjuang hingga pertandingan benar-benar berakhir.
"Kekuatan Jepang memang merata, tapi saat ketemu Rusia, Jepang juga sempat tertinggal. Kalau kita kupas satu-satu, ganda putra memang ramai, lihat dari head to head dulu, siapa yang akan turun? Kalau di ganda putri memang banyak kalah di pasangan kami.Â
Tapi kan di pertandingan ini kita belum tahu, penampilan Greysia (Polii)/Apriyani (Rahayu) juga lagi naik, mereka nggak terkalahkan dari awal, mudah-mudahan percaya diri mereka naik dan tambah berani," jelas Susy. Â
Memang, bila hitung-hitungan peluang di atas kertas, Indonesia berpeluang unggul di ganda putra. Lalu tunggal putra juga berpeluang meraih poin, meski memang berat. Dan, harapan besar untuk menyumbang poinjuga ada pada sektor ganda campuran. Meski, semuanya berat. Siapa tahu tunggal putri dan ganda putri bisa membuat kejutan.
Ah, bagaimanapun, pertandingan di Piala Sudirman memang tidak ada yang mudah. Apalagi, bila sampai babak semifinal. Jadi, akankah Indonesia kembali menapak ke final untuk kali pertama sejak 2007 dan menjadi final kedelapan.Â
Ataukah Jepang yang akan lolos ke final untuk kali kedua setelah 2015 silam. Mari ikut berdoa untuk perjuangan pemain-pemain Indonesia di semifinal sore nanti. Salam bulutangkis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H