Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Jojo dan Nasihat "Pedas" Rudy Hartono Jelang All England 2019

5 Maret 2019   16:06 Diperbarui: 6 Maret 2019   00:25 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa mengecilkan sukses Jojo di Asian Games, penampilannya setelah itu memang menurun. Dia tak lagi pernah menang di turnamen BWF World Tour. Tercatat, sembilan turnamen BWF dilalui Jojo tanpa gelar apapun.

Mulai dari Japan Open 2018, China Open 2018, Korea Open 2018, Denmark Open 2018, French Open 2018, Fuzhou China Open 2018, Hong Kong Open 2018, Malaysia Masters 2019 dan Indonesia Masters 2019. Pencapaian paling maksimal hanyalah semifinalis Indonesia Masters 2019.

Meski, kita juga tidak boleh menutup mata bahwa Jojo pastinya sudah berusaha sekuat tenaga. Dia sudah berlatih keras dan berusaha tampil maksimal di pertandingan. Siapa sih yang ingin kalah di pertandingan selevel BWF World Tour.

Masalahnya, Jojo tidak kunjung berprestasi. Padahal, dalam dunia olahraga, parameter paling jitu untuk mengukur keberhasilan seorang atlet adalah ketika mereka mampu memenangi gelar. Kalaupun tidak juara, bisa tampil di babak penting seperti final tentunya sudah pencapaian bagus.

Menyikapi nasihat dari Rudy Hartono tersebut, seperti yang saya tuliskan di awal tulisan, itu bukan bentuk kebencian. Namun, lebih kepada bentuk sayang seorang legenda bulutangkis kepada tunggal putri Indonesia, termasuk Jojo. Boleh jadi, itu cara Rudy Hartono untuk memotivasi Jojo dan kawan-kawan agar bisa berprestasi maksimal di All England.

Tunggal putra Indonesia tak pernah juara sejak 1994

Sebagai legenda, kita bisa memahami bahwa Rudy Hartono mungkin juga tengah galau. Galau karena setiap kali gelaran All England, pemain Indonesia--utamanya di sektor tunggal putra--susah sekali untuk jadi juara. Jangankan jadi juara, masuk final saja sudah seperti peribahsa pungguk merindukan bulan.

Faktanya, di sektor tunggal putra, kali terakhir Indonesia memenangi All England terjadi pada tahun 1994 silam. Kala itu, Hariyanti Arbi menjadi juara tunggal putra usai mengalahkan rekan senegaranya, Ardy B Wiranata.

Setelah itu, tidak pernah ada lagi pemain Indonesia yang mampu juara. Bahkan, Taufik Hidayat yang panen gelar sepanjang kariernya, belum pernah juara di All England. Pernah dua kali masuk final di tahun 1999 dan 2000, tetapi Taufik dikalahkan Peter Gade dan Xia Xuanze yang hingga kini menyisakan cerita "gelar yang hilang" dari peraih medali emas Olimpiade 2004 dan juara dunia 2005 ini.

Lalu, bagaimana peluang tunggal putra Indonesia di All England 2019?

Indonesia punya tiga wakil. Selain Jojo, ada Anthony Sinisuka Ginting dan Tommy Sugiarto. Merujuk pada hasil drawing, ketiganya seharusnya bisa lolos ke putaran II. Sebab, ketiganya tidak menghadapi "lawan berat" di putaran pertama. Ketiganya bertemu pemain yang tidak masuk unggulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun