Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Mengapa Pemain-pemain Indonesia "Pulang Cepat" dari Barcelona?

23 Februari 2019   07:22 Diperbarui: 23 Februari 2019   14:04 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi penyanyi top era masa bocah saya dulu, Fariz Rustam Munaf, Kota Barcelona itu penuh pesona. Barcelona itu kota cinta. Setidaknya, begitulah gambaran yang dikisahkan Fariz RM lewat lagunya "Barcelona".

"Mungkin Esok Kukan Pergi. Tapi Kuberjanji. Pasti Diriku Kembali. Untuk Cinta Yang Tertinggal. Dijantung Barcelona".

"Peluklah Diriku Mesra... Dalam Cinta. Sebagai Pengikat Rindu. Akan Kukenang Slalu. Cintaku Di Barcelona. Cintaku Di Barcelona... Barcelona ..."

Begitu Fariz RM menggambarkan keindahan Barcelona dengan segala 'bunga-bunga cintanya'. Namun, manisnya cinta Barcelona itu ternyata tidak dirasakan pebulutangkis-pebulutangkis Indonesia yang tampil di turnamen Barcelona Spain Masters 2019.

Pemain-pemain Indonesia malah merasakan betapa Barcelona 'tidak ramah' menyusul hasil pahit yang mereka dapat di turnamen BWF World Tour Super 300 yang dimulai Selasa (19/2) lalu.

Ya, dini hari tadi, kabar pahit datang dari Barcelona. Tiga wakil Indonesia yang tampil di babak perempat final Jumat (22/2) sore hingga malam waktu setempat atau sampai Sabtu (23/2/2019) dini hari waktu Indonesia, gagal lolos ke semifinal. Indonesia tak punya wakil di semifinal. Dengan demikian, Indonesia dipastikan gagal membawa pulang gelar dari turnamen ini.

Pasangan muda ganda campuran Indonesia, Rinov Rivaldy/Pitha Mentari yang tampil di pertandingan pertama, takluk dari ganda Korea Selatan Seo Seung-jae/Chae Yu-jung yang merupakan unggulan 3. Rinov/Pitha sebenarnya tampil bagus dan memberikan perlawanan maksimal. Namun, pasangan juara World Junior Championship 2017 ini akhirnya kalah rubber game.

Kalah 15-21 di game pertama, Rinov/Pitha mampu bangkit di game kedua. Mereka mampu menang 21-16 di game kedua untuk memaksakan rubber game. Sayangnya, di game penentuan, Rinov/Pitha tak mampu mengatasi Seo-Chae. Mereka kembali kalah 15-21 dalam pertandingan selama 56 menit.

Seo Seung Jae (21 tahun dan Chae Yu Jung (23 tahun) kini menjadi salah satu ganda campuran andalan Korsel. Penampilan mereka semakin menanjak. Di tahun 2018 lalu, mereka meraih gelar di Australia Open Super 300 dan menjadi finalis New Zealand Open Super 300 dan French Open Super 750. Karenanya, mereka menjadi unggulan di turnamen ini.

Tontowi/Winny masih perlu waktu untuk bisa klik di lapangan

Tereliminasinya Rinov/Pitha ternyata 'menular' kepada pasangan Tontowi Ahmad/Winny Octavina yang bermain di jam terakhir. Pasangan yang menjalani debut di turnamen internasional ini juga dikalahkan ganda asal Korsel.

Bedanya, bila Rinov/Pitha kalah dari ganda unggulan, justru Tontowi/Winny yang berstatus unggulan kelima di turnamen ini, dikalahkan pemain non unggulan, yakni pasangan Choi Sol-gyu/Kim So-yeong. Mereka kalah straight game 17-21, 20-22.

Tetapi memang, penampilan Choi/Kim di Barceloan sedang bagus. Di putaran pertama lalu, mereka mampu mengalahkan unggulan 4 asal Jerman, Mark Lamsfuss/Isabel Herttrich. Sementara Tontowi/Winny yang baru tampil di turnamen internasional pertama mereka sejak dipasangkan, memang masih butuh waktu untuk bisa klik di lapangan.

Harapan besar terutama ditujukan pada Tontowi. Dengan pengalaman panjangnya selama bermain bersama Liliyana Natsir, dia diharapkan bisa menjadi mentor bagi Winny yang masih berusia muda. 

Soal kualitas, tentunya tidak perlu meragukan Tontowi. Keliru besar bila menyebut Tontowi hanyalah "butiran debu" tanpa Liliyana. Bagaimanapun, pasangan ganda campuran itu saling melengkapi. Mereka bisa hebat karena sama-sama tahu kelebihan dan kekurangan pasangannya sehingga bisa saling menutupi.

Tetapi memang, dia kini menjalni peran yang berbeda. Ketika bermain bersama Liliyana, Liliyana-lah yang memang acapkali "ngemong" Tontowi. Kini, Owi yang harus mampu memberikan ketenangan pada Winny. Perubahan peran ini yang agaknya masih perlu didalami lagi oleh Tontowi.

Pekan depan, tur Eropa berlanjut di German Open 2019

Indonesia dipastikan tidak memiliki wakil di babak semifinal setelah tunggal putri, Lyanny Alessandra Mainaky yang juga tampil di jam terakhir (dini hari waktu Indonesia), tidak mampu meraih kemenangan di perempat final. Lyanny dikalahkan pemain Denmark, Mia Blichfeldt yang menjadi unggulan 2 di turnamen ini dengan skor 15-21, 13-21.

Sebelumnya, dua andalan Indonesia di tunggal putri, Fitriani dan Ruselli Hartawan juga gagal melangkah jauh. Fitri dan Ruselli yang diharapkan bisa "berbicara banyak" di turnamen ini karena tidak adanya pemain-pemain top dunia yang tampil, malah terhenti di putaran kedua.

Mereka dikalahkan dua pemain Tiongkok yang memang menjadi unggulan utama di turnamen ini. Yakni Han Yue (unggulan 1) dan Cai Yanyan (unggulan 3). Keduanya bahkan lolos ke semifinal dan berpeluang menciptakan final sesama pemain Tiongkok.

Meski gagal di Spanyol, ini bukanlah kesimpulan akhir dari tur Eropa. Sebab, pekan depan, pemain-pemain Indonesia akan kembali tampil di turnamen German Open 2019 Super 300. Indonesia akan tampil di tiga nomor, kecuali tunggal putra dan ganda putra. 

Beberapa pemain yang tampil di Spain Masters 2019 seperti Fitriani, Della Destiara/Tania Oktaviani (ganda putri), serta Rinov Rivaldy/Pitha Mentari dan Tontowi/Winny akan kembali tampil di Jerman. Tentu saja, mereka masih punya peluang untuk move on.

Bahkan, Indonesia kali ini bakal lebih serius. Sebab, beberapa pemain top yang tidak tampil di Spanyol, kali ini akan tampil.

Diantaranya Gregoria Mariska Tunjung (tunggal putri), dua ganda putri terbaik Pelatnas, Greysia Polii/Apriani Rahayu dan Ni Ketut Mahadewi/Rizki Amelia. Serta dua pasangan ganda campuran yang mendapatkan prioritas untuk berjuang menuju Olimpiade 2020, Hafiz Faizal/Gloria Widjaja dan Praveen Jordan/Melati Daeva.

Ah, semoga kegagalan di Barcelona Spain Masters 2019 menjadi pemicu bagi pemain-pemain Indonesia untuk meraih hasil lebih baik di German Open 2019. Karena memang, kegagalan itu bukan untuk diratapi. Justru, kegagalan bisa menjadi motivator terbaik untuk bangkit meraih keberhasilan. Salam bulutangkis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun