Apresiasi juga layak kiat berikan kepada perjuangan ganda putri Indonesia, pasangan Nita Violina Marwah dan Putri Syaikah. Datang tidak sebagai unggulan, pasangan yang tahun ini akan genap berusia 18 tahun ini tampil hebat.
Tiket tampil ke final diraih Nita/Putri setelah mengalahkan ganda Estonia, Kati-Kreet Marran/Helina Rtel lewat rubber game 21-17 17-21 21-17. Sebelumnya, mereka memulangkan ganda Thailand, Chasine Korepap/Kwanchanok Sudjaipraparat di perempat final.
Nah, di final, Nita/Putri akan menghadapi unggulan 1 asal Turki, Bengisu Ercetin/Nazlican Inci. Mereka seumuran. Sama-sama baru 18 tahun. Namun, pasangan ganda putri Turki ini menjadi sorotan setelah tahun lalu berhasil menjadi juara di Kejuaraan Eropa Junior 2018.
Sebelumnya, ganda putri Turki ini menghentikan ganda putri Indonesia, Febby Valencia Dwijayanti Gani/Rayhan Vania Salsabila di perempat final dengan skor 18-21, 17-21.Â
Hanya dua pasang ganda putri ini yang mewakili Indonesia di Iran Fajr IC 2019. Bisa lolos ke final dan satunya terhenti di perempat final tentunya hasil yang cukup bagus. Apalagi bila sampai bisa juara.
Bila tunggal putri dan ganda putri masih harus berjuang di final, gelar ganda putra sudah dipastikan akan menjadi milik Indonesia. Sebab, final ganda putra Iran Fajr IC 2019 akan mempertandingkan duel sesama ganda putra Indonesia. Yakni pasangan Adnan Maulana dan Ghifari Anandaffa Prihardika menghadapi Pramudya Kusumawardana dan Yeremia Erich Yoche Yacob.
Kepastian all Indonesian final di ganda putra tersebut terjadi setelah Adnan/Ghifari tampil hebat mengalahkan ganda senior asal Singapura, Danny Bawa Chrisnanta/Loh Kean Hean lewat skor sangat ketat, 30-28 21-19. Danny (30 tahun) merupakan pemain kelahiran Salatiga yang membela Singapura di ajang internasional.
Sebelumnya, Pramudya/Yeremia lebih dulu memastikan tampil di final setelah memenangi 'perang saudara' atas pasangan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin lewat rubber game 21-19 13-21 21-15.
Gelar dari Teheran ini menjadi bukti, Indonesia memang "rajanya" ganda putra. Sektor ganda putra Indonesia seolah tidak ada matinya. Regenerasi di sektor ini memang yang paling smooth dibandingkan sektor lainnya.
Ketika Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, juara dunia dua kali 2013 dan 2015 masih bisa bersaing di level tertinggi, lalu Marcus Gideon/Kevin Sanjaya tengah dalam penampilan puncak, plus beberapa pasangan lainnya seperti Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, Indonesia masih punya banyak stok pemain muda potensial yang siap meneruskan estafet para seniornya.
Hanya saja, kabar bagus di ganda putra itu tidak terjadi di tunggal putra. Diharapkan membawa pulang gelar dari turnamen ini karena mengirimkan lebih banyak wakil Pelatnas di turnamen ini dan bahkan menjadi unggulan 1-2, nyatanya tunggal putra tak mampu menembus final.