Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Membaca "Pesan Terselip" dari Perpisahan Liliyana Natsir

28 Januari 2019   17:54 Diperbarui: 29 Januari 2019   12:28 1185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Liliyana seusai menghadapi ganda Malaysia/Foto: Bola.com

Bahkan, di lini masa, tanda pagar (#) terimakasihbutet sempat menjadi trending topic. Ada banyak pebulutangkis top Indonesia dan dunia yang ikut menuliskan 'tanda pagar' itu. Termasuk mantan pebulutangkis Taufik Hidayat. Ah, Liliyana memang dicintai banyak orang.

Inspirasi dari pensiunnya Liliyana

Dari riuhnya perpisahan Liliyana dari bulutangkis tersebut, ada beberapa pesan terselip yang bisa kita ambil pelajaran. Ya, bukan hanya atlet, kita yang bukan atlet pun bisa mengambil hikmahnya. Apa?

Pensiunlah seperti Liliyana. Liliyana dihormati dan dikagumi banyak orang karena pencapaian hebatnya. Ya, pensiunlah dengan kebanggaan karena di sepanjang karir, kita benar-benar telah berbuat yang terbaik. Karier boleh berhenti, tetapi capaian prestasi akan menjadi cerita kekal.

Liliyana juga memberikan teladan bahwa urusan menjadi atlet bukan hanya tentang prestasi. Namun, juga tentang mencari kawan sebanyak-banyaknya. Sebab, bagaimanapun, seorang atlet adalah manusia. Di lapangan menjadi lawan, tetapi setelah pertandingan menjadi kawan. Dan, untuk mencari kawan sebanyak-banyaknya, tidak ada cara lain selain menjaga sikap.

Liliyana paham, lapangan tidak ubahnya seperti kantor yang sakral. Bahwa sikap memegang peranan penting. Tidak boleh ada celah sikap di wilayah ini. Kesakralan tersebut terbentuk karena kerasnya persaingan dan tingginya perhatian publik. Liliyana sangat paham. Bila ingin mendapatkan respek, jangan sekali-kali bersikap buruk di lapangan.

Banyaknya rekan seprofesi, senior, juniornya, fans dan siapapun yang merasa kehilangan dengan pamitannya Liliyana dan memberikan doa baik agar ia semakin sukses di kehidupan berikutnya, menjadi bukti bahwa Liliyana mampu menjaga sikap baik selama belasan tahun di lapangan.

Dari beberapa testimoni junior-junior Liliyana di Pelatnas di akun Instagramnya, mudah menyimpulkan kalau dia bukan orang yang pelit ilmu. Dia juga acapkali memberikan saran dan motivasi kepada juniornya seperti Debby Susanto, Melati Daeva dan Gloria Widjaja untuk terus berkembang.

Ah ya, satu lagi, dari Liliyana kita juga bisa belajar tentang salah satu hal yang dikhawatirkan para pelaku olahraga. Yakni, kehidupan setelah pensiun. Bukankah dulu sempat bermunculan cerita mantan atlet yang merana hidupnya setelah pensiun. 

Malah, dulu ada beberapa pesepak bola top di Inggris yang ketika aktif bermain digaji ratusan juta hingga miliaran per pekan, yang lantas dikabarkan bangkrut. Bahkan ada yang menjual jersey hingga medalinya.

Pun, di tengah hingar-bingar pamitannya Liliyana dari bulutangkis kemarin, ada beberapa masyarakat dunia maya yang menyoroti masalah ini. Mereka berkomentar, atlet berprestasi seperti Liliyana, setelah pensiunnya tidak boleh merana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun