Saya tidak tahu apakah kebiasaan seperti itu masih tetap ada hingga kini. Karena memang, tidak mudah untuk mengubah perilaku yang telah membudaya. Ataukah mungkin sudah ada banyak orang yang tumbuh kesadarannya untuk menghormati hak pejalan kaki sehingga pemandangan seperti itu kini hanya tinggal kenangan.
Apalagi, setahu saya, di beberapa trotoar kini sudah diberi penghalang agar pengendara motor tidak bisa leluasa melintas. Juga ada petugas yang disiagakan di jam-jam tertentu agar tidak ada lagi trotoar yang disalahfungsikan.
Bahkan, saya pernah membaca, ada kota yang menyiagakan kamera CCTV yang konon bisa memantau pelanggar lampu merah ataupun pengguna trotoar ini untuk kemudian bisa dikenai tilang online.
Itu semua merupakan kabar bagus bagi pejalan kaki. Itu merupakan bentuk perjuangan, komitmen dan ikhtiar dari pihak yang mengurusi trotoar dalam memperjuangkan hak pejalan kaki. Karena memang, pejalan kaki berhak untuk berjalan kaki dengan tenang, nyaman dan aman baik ketika melintas di atas zebra cross ataupun di trotoar.
Namun, bagian paling penting dalam upaya memperjuangkan hak bagi pejalan kaki sebenarnya bukan dari pemerintahnya. Memang, pemberian penghalang di trotoar, penugasan penjaga hingga adanya kamera pengawas di jalan, bisa mempengaruhi orang untuk tidak tergoda menyerobot lampu merah ketika pejalan kaki melintas ataupun tida tertarik melintas di trotoar.Â
Namun, itu tidak lantas bisa menghilangkan kebiasaan orang-orang yang kepepet itu untuk menyerobot hak pejalan kaki.
Sebab, yang namanya sudah niat melanggar, apapun bisa dilanggar. Apalagi, pemberian batas sejatinya masih menyisakan celah, petugas juga tidak mungkin selalu berjaga. Pun, kamera CCTV rasanya tidak bisa menjangkau semua area trotoar di sebuah kota.
Lalu, harus bagaimana?
Upaya untuk memperjuangkan hak pejalan kaki baru akan berhasil bila dimulai dari kita. Bila setiap orang memiliki kemauan dan kesadaran untuk ikut memperjuangkannya.
Mau bersabar untuk menunggu pejalan kaki menunaikan haknya melintas di jalan. Juga sadar bahwa seberapa kepepet pun kondisinya, jangan sekali-kali 'tergoda' trotoar. Sebab, trotoar memang bukan untuk kendaraan.
Bila ada satu, dua orang dan lebih banyak lagi pengguna jalan yang bisa menghormati pejalan kaki, rasanya tidak akan muncul lagi kabar pilu, penyeberang jalan tertabrak atau terserempet oleh pengguna jalan yang 'lupa' fungsi warna lampu lalu lintas.Â