Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kita yang Sering "Lupa" Merampas Hak Pejalan Kaki

25 Januari 2019   06:26 Diperbarui: 25 Januari 2019   06:32 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kita sering lupa telah merampas hak pejalan kaki/Foto: Tribunnews


Apakah sampean (Anda) pernah mendengar kalimat kiasan---lebih tepatnya sindiran--bahwa ketika berada di jalan raya, tingkat pendidikan seseorang tidak ikut dibawa di jalan. Maksudnya, meski memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan paham segala peraturan lalu lintas, seseorang terkadang mendadak sengaja lupa.

Kita acapkali sengaja lupa makna lampu merah itu apa, lupa fungsi marka jalan itu dibuat untuk apa, juga mungkin lupa ada garis garis putih yang dicat di jalan (zebra cross) itu sebenarnya untuk apa?

Kita juga terkadang mudah 'hilang ingatan' bahwa trotoar atau pedestrian yang berada di tepi jalan itu sebenarnya dibuat untuk apa, lebih tepatnya untuk siapa?

Padahal, bila dalam kondisi normal kita bisa dengan mudah menyebutkan semua makna dari 'atribut' di jalan itu. Siapa coba yang tidak tahu maknanya lampu merah. Anak saya yang masih TK pun bisa dengan mudah menjawabnya. Pun, dalam situasi normal, akan ada banyak orang yang bisa dengan mudah menjelaskan bahwa trotoar itu jalur untuk pejalan kaki. Titik.

Saya sengaja menyebut dalam situasi normal karena ketika dihadapkan pada situasi kepepet, orang bisa lupa tentang fungsi zebra cross dan juga trotoar tersebut.

Ketika jalanan macet parah, sementara ada keharusan harus segera tiba di tempat kerja, ada banyak orang yang tidak sabaran. Jadinya, ketika lampu di zebra cross masih berwarna merah yang artinya ada hak pejalan kaki untuk menyeberang jalan, ada saja pengguna jalan yang ingin cepat-cepat melajukan kendaraannya. 

Atau juga ketika macet parah di jam pulang kerja, ketika ingin bisa segera sampai di rumah, pengendara motor bisa dengan mudah 'tergoda' oleh lengangnya trotoar. Tergoda menaikkan kendaraannya ke atas trotoar. Trotoar dianggap bak jalan yang  bebas macet.

Dulu, ketika masih bekerja sebagai pegawai kantoran yang harus berangkat pagi pulang sore, saya cukup sering mendapati pemandangan seperti itu di sepanjang pejalanan berangkat maupun pulang kerja. Hampir setiap hari.

Tidak sedikit pengguna jalan yang karena tidak sabaran menunggu lampu merah berganti hijau, sampai membahayakan pejalan kaki yang tengah menyeberang di zebra cross. Bahkan, ketika menunggu 'merah ke hijau' itupun, banyak pengguna jalan yang dengan santainya menguasai jalur zebra cross sehingga menutup akses bagi pengguna jalan untuk menyeberang.

Tidak sedikit orang yang karena demi keluar dari jerat macet, mereka tak berpikir panjang untuk melintas di atas trotoar. Sampai-sampai, beberapa warga yang rumahnya di dekat jalan, sengaja menaruh bangku di trotoar agar kendaraan tidak bisa melintas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun