Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Menyoal Target Minimal Satu Gelar di Indonesia Masters 2019

22 Januari 2019   11:42 Diperbarui: 25 Januari 2019   10:55 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya, Liliana memang pantas mendapatkan penghormatan. Dia adalah legenda. Dia merupakan pebulutangkis putri Indonesia yang meraih gelar terbanyak. Dari meraih tiga medali emas SEA Games, dua kali juara Asia, tiga kali juara All England, empat kali jadi juara dunia (dua kali bersama Nova Widianto pada 2005 dan 2007 dan dua kali bersama Tontowi pada 2013 dan 2017) hingga meraih medali emas Olimpiade 2016 bersama Tontowi yang merupakan pencapaian tertingginya di bulutangkis. Keren.

Ah ya, kembali pada target minimal satu gelar, dengan tampil di Istora, saya yakin pemain-pemain Indonesia akan punya motivasi khusus untuk meraih hasil terbaik.

Bahkan, seandainya tanpa target pun, mereka pasti punya target pribadi masing-masing yang ingin mereka capai. Bukan semata tentang hadiah uang total 350 ribu US dolar di turnamen ini. Namun, ada kebanggaan yang lebih hebat dari hadiahnya.

Mereka akan terus dikenang sebagai juara. Seperti tahun lalu, Ginting juga tidak ditargetkan untuk meraih gelar. Faktanya, dia mampu membuat kejutan. Salah satunya dengan mengalahkan peraih medali emas Olimpiade 2016, Chen Long di perempat final.

Siapa tahu kejutan-kejutan yang menjadi penghilang kemungkinan olahraga menjadi sangat membosankan karena hanya para unggulan yang menang, kembali terjadi di Indonesia Masters 2019. Tentunya dengan lakon utama pemain Indonesia.

Mengutip kata Emil Zatopek, juara empat kali Olimpiade di lomba lari jarak jauh: "an athlete cannot run with money in his pockets, he must run with hope in his heartd and dreams in his head".

Ya, para atlet, termasuk pebulutangkis, hanya akan bisa berlari jauh bila memiliki harapan di hatinya dan juga mimpi di kepalanya. Dua hal itulah yang menggerakkan mereka. Bukan semata uang. Saya yakin, pebulutangkis-pebulutangkis punya dua hal seperti yang disampaikan Emil Zatopek itu. Selamat berjuang. Salam bulutangkis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun