Kala itu, tanda pagar #EdyOut sempat sangat populer di lini massa. Jadi viral. Termasuk juga beberapa media cetak yang juga mengulas berita ini secara mendalam (in depth), tidak sekadar berita datar (straght news).
Nah, pasca munculnya kabar pengunduran diri Edy tersebut, saya tertarik untuk 'jalan-jalan' ke beberapa akun media sosial yang selama ini aktif memberitakan perkembangan sepak bola Indonesia, termasuk PSSI. Informasi yang pernah mencuat, beberapa akun tersebut juga pernah dipanggil oleh PSSI untuk diminta memberikan keterangan seputar kasus pengaturan skor yang mereka ketahui.
Lalu, bagaimana tanggapan warganet terhadap pengunduran Edy Rahmayadi dari Ketua Umum PSSI? Ternyata responsnya tidak lagi keras seperti kali pertama menyuarakan desakan tersebut.
Dari sekian banyak komentar warganet yang ikut bersuara di laman komentar beberapa akun Instagram, menurut saya bisa dipilah menjadi empat jenis komentar. Â
Pertama adalah mereka yang merasa gembira dengan keputusan Edy Rahmayadi mundur dari jabatannya di PSSI. Mereka yang gembira inipun sejatinya bisa dibedakan menjadi dua golongan.
Ada beberapa masyarakat daring yang menilai mundurnya Edy Rahmayadi bisa menjadi momentum awal untuk menjadikan PSSI menjadi lebih baik. Mereka juga mendukung Satgas Anti Mafia untuk terus bekerja.
Di sisi lain, ada warganet yang gembira dengan mundurnya Edy karena menilai pria berusia 57 tahun tersebut akan bisa lebih fokus bekerja sebagai Gubernur Sumut. Malah ada yang mendoakan agar keputusan itu membuat Edy sukses memimpin Sumut. Karena memang, tentunya akan mustahil di saat bersamaan bekerja di Sumut dan juga berkantor di kantor PSSI di Jakarta.
Kedua adalah masyarakat online yang mengapresasi keputusan Edy Rahmayadi untuk mundur. Ada beberapa warganet yang menyampaikan terima kasih kepada Edy Rahmayadi atas keputusan mundur tersebut. Bahwa, terlepas dari kekonyolannya, ada beberapa periode postif di periode kepemimpinanya. "Dia mau mengundurkan diri, ndak kayak mereka yang masih bertahan di PSSI," tulis seorang warganet. Â Â
Ketiga adalah warga daring yang merasa pesimis dengan menilai mundurnya Edy Rahmayadi dari PSSI tidak akan menyelesaikan masalah di organsisasi bola yang telah berusia 88 tahun ini (berdiri 19 April 1930). Menurut mereka, walaupun Edy Rahmayadi mundur, tetapi bila orang-orang di PSSI tetap 'itu-itu' saja, belum akan membuat PSSI jadi lebih baik. Â Malah ada yang menulis kalimat metafora, "habis gelar terbitlah badai".
Nah, yang terakhir adalah warganet yang benar-benar warganet. Maksudnya, mereka yang berkomentar apa adanya dan komentarnya terkadang lucu serta menggelikan. Komentar seperti ini yang menurut saya menjadi 'kelebihan' media sosial. Selain informatif dan terkadang dibumbui komentar-komentar provokatif, juga ada sisi humor konyolnya.
Ada warganet yang berkomentar, Edy Rahmayadi sebenarnya orang baik dan jujur tetapi kurang punya kompetensi (tidak paham sepak bola) untuk memimpin sebuah organisasi sepak bola. Warganet lainnya berujar akan merindukan pernyataan-pernyataan lucu Edy Rahmayadi. "Jangan mundur pak, nanti kami tidak ada bahan komentar lagi".