Piala kaleng-kaleng. Begitu sebutan warganet pecinta bola untuk menyebut kompetisi sepak bola "sampingan" di beberapa negara. Semisal Carabao Cup (League Cup) di Inggris, Coppa Italia di Italia, Coupe de France di Prancis, DFB Pokal di Jerman ataupun Copa del Rey di Spanyol. Â
Sebutan kaleng-kaleng itu berkonotasi pada pialanya yang dianggap tidak penting sehingga acapkali tidak dilirik oleh tim-tim besar yang lebih mencurahkan fokus tampil di liga utama.
Namun, Copa del Rey yang pada tengah pekan kemarin memasuki putaran pertama babak 16 besar, rupanya tahu caranya agar pertandingan-pertandingan mereka bisa diulas menjadi headline di media-media besar di Eropa, bahkan di dunia.
Cara apa lagi yang lebih sakti selain terjadinya kejutan tim besar dikalahkan tim kecil. Dan di Spanyol, tidak ada kejutan yang lebih besar selain berkaitan dengan dua tim, Barcelona dan Real Madrid.
Dan begitulah yang terjadi. Sebuah kejutan besar terjadi, Barcelona dikalahkan oleh Levante pada Kamis (10/1/2019) malam waktu setempat. Levante yang acapkali dianggap "tim KW" nya Barcelona karena warna jersey mereka yang sama dengan Barcelona, menang 2-1 di kandang sendiri. Â Â
Namun, kejutan ini kurang sempurna. Sebab, pertandingan itu baru pertama. Masih ada laga kedua yang akan dimainkan di Nou Camp pada Kamis (17/1/2018) pekan ini. Dan, ceritanya mungkin mudah ditebak bila Lionel Messi dan Luis Suarez yang tidak ikut main di markas Levante, dimainkan di laga kedua nanti.
Nah, cerita Real Madrid berbeda dengan Barcelona. Real Madrid justru mampu menang telak, 3-0 atas tamunya, Leganes Rabu (9/1/2019) malam waktu setempat. Itu kemenangan perdana Madrid di tahun 2019 setelah di dua laga sebelumnya gagal menang. Dan, Rabu (16/1/2019), Madrid akan away ke markas Levante pada laga kedua yang boleh jadi hanya sekadar jadi formalitas.
Namun, sorotan media justru bukan pada hasil tersebut, utamanya pada kemenangan Madrid tersebut. Tetapi lebih pada situasi di Santiago Bernabeu yang ternyata sepi penonton. Sedikit saja suporter yang mendukung langsung Sergio Ramos dkk di stadion saat melawan Leganes.
Bernabeu kini lebih sering terisi hanya separo dari kapasitasnya
Santiago Bernabeu, markas Real Madrid merupakan salah satu stadion dengan kapasitas terbesar di Eropa. Stadion yang difungsikan sejak kompetisi tahun 1947 ini memiliki kapasitas yang mampu menampung 81.044 suporter.
Nah, ketika Real Madrid menjamu Leganes, Bernabeu hanya terisi separoh lebih sedikit. Hanya ada 44.231 Madridista yang hadir langsung di stadion. Jumlah itu terbilang sepi bila dibandingkan dalam beberapa tahun terakhir.
Padahal, di Liga Spanyol musim 2017/18 lalu, dengan lawan yang sama, jumlah penonton yang hadir jauh lebih banyak. Laga Madrid menjamu Leganes yang dimainkan di Bernabeu pada 26 April 2018, disaksikan olh 59.812 penonton seperti dikutip dari https://id.soccerway.com/matches/2018/04/28/spain/primera-division/real-madrid-club-de-futbol/club-deportivo-leganes-sad/2529583/. Â Â
Dikutip dari foxsportsasia.com, jumlah suporter tersebut merupakan yang terendah di pertandingan Real Madrid sepanjang musim 2018/19 ini. Merujuk pada pertandingannya yang bukan di Liga Spanyol dan lawan yang dihadapi kurang keren, sepinya Bernabeu tersebut mungkin wajar.
Namun, data berbicara, sepinya Bernabeu tersebut ternyata tidak hanya terjadi ketika Madrid menghadapi Leganes di Copa del Rey tengah pekan ini. Akhir pekan lalu ketika Los Blancos--julukan Real Madrid tampil di Liga Spanyol menjamu Real Sociedad pada 7 Januari lalu, Bernabeu juga sepi.
Media terkenal di Spanyol, Marca bahkan menulis judul miris bagi klub sebesar dan setenar Real Madrid. "The Bernabeu is Empty: Third Worst Attendace of The Season". Begitu judul Marca usai pertandingan Real Madrid melawan Sociedad yang berakhir untuk kemenangan sang tamu Sociedad, 0-2.  Â
Menurut laporan Marca, suporter Real Madrid kini semakin enggan datang ke Santiago Bernabeu. Di laga melawan Sociedad yang dimainkan pada Minggu sore, tribun di Bernabeu terisi oleh 53,412 suporter. Ini merupakan jumlah penonton terburuk ketiga di Bernabeu pada musim ini.
Sebelumnya, di laga akhir tahun 2018 ketika Real Madrid menang 1-0 atas Rayo Vallecano, jumlah suporter yang datang ke Bernabeu ada 55,229 orang. Ada yang berargumen, sepinya penonton di laga melawan Sociedad Rayo tersebut karena berdekatan dengan Three Kings Day. Namun, di musim 2017/18 lalu saat Madrid ditangani Zinedine Zidane, pada periode yang sama, ada 70 ribu suporter Madrid yang hadir di Bernabeu.
Dan, ketika pergantian tahun ke 2019, ketika Real Madrid yang baru saja menjuarai Club World Cup 2018 menjamu Real Sociedad, ternyata jumlah penonton di Bernabeu tidak naik, malah menurun.
Menurut laporan Marca, di musim 2018/19 ini, sekali saja Bernabeu terisi lebih dari 70 ribu penonton. Tepatnya ketika laga derby Madrid menghadapi Atletico Madrid pada 30 September 2018 lalu. Ada 78,682 suporter yang datang untuk menyaksikan laga yang berakhir 0-0 itu.
Namun, dalam 11 pertandingan home lainnya yang dijalani Real Madrid, Bernabeu tidak pernah terisi sampai jumlah itu. Bahkan, lima pertandingan disaksikan tidak sampai 60 ribu penonton.
Toh, sepinya Bernabeu itu tidak membuat pelatih Real Madrid, Santiago Solari cemas. Menurutnya, Madrid merupakan klub yang memiliki brand sudah mengglobal dan memiliki basis suporter di seluruh belahan dunia.
"Real Madrid punya ratusan juta fans di seluruh dunia, di hampir semua negara. Tidak semua orang bisa datang ke Bernabeu. Tapi, selalu ada fans yang menyaksikan kami bermain. Saya ulangi, Real Madrid punya ratusan juta fans. Kami tidak pernah kesepian," ujar Solari dikutip dari foxsportsasia.com.
Solari memang punya jawaban untuk menjawab pertanyaan awak media. Namun, fakta tidak bisa dibantah, sedikitnya suporter yang datang ke Bernabeu, merupakan bukti bahwa Real Madrid kini tak lagi mendapat dukungan penuh dari suporter mereka.
Mengapa Bernabeu kini mulai sepi?
Penurunan jumlah penonton di Bernabeu itu boleh jadi bentuk pelampiasan kekecewaan suporter pada penampilan Real Madrid yang tidak istimewa di musim ini. Real Madrid musim ini akrab dengan kekalahan.
Kompetisi baru berjalan separo, dari 19 pertandingan yang sudah dijalani, Real Madrid sudah kalah enam kali. Padahal, musim 2017/18 lalu, Real Madrid kalah 6 kali ketika kompetisi usai (38 pertandingan).
Bahkan, di kandang sendiri, Madrid telah beberapa kali kalah. Yang terakhir dari Real Sociedad di pekan lalu. Prosentase kemenangan Madrid di Bernabeu hanya 62,96 persen. Itu merupakan prosentase terburuk Madrid dalam 24 tahun terakhir seperti dikutip dari https://www.marca.com/en/football/real-madrid/2019/01/06/5c3249d246163f1c838b45a2.html.
Selain cukup akrab dengan kekalahan, fans Real Madrid boleh jadi juga kecewa dengan permainan Los Blancos di bawah Solari yang kurang menghibur. Utamanya kemampuan dalam mencetak banyak gol di tiap pertandingan.
Di Liga Spanyol musim ini, Real Madrid cukup sulit meraih kemenangan besar semisal menang 6-0 atas Celta Vigo di laga terakhir di Bernabeu pada musim 2017/18 yang juga menjadi perpisahan bagi Zinedine Zidane sebagai pelatih.
Padahal, bukan rahasia umum bila suporter Madrid itu tidak hanya puas dengan kemenangan. Mereka juga menginginkan permainan atraktif yang berujung banyak gol. Serial pemecatan pelatih yang cukup sering terjadi di Madrid, penyebabnya juga tidak jauh dari faktor ini. Madrid bukan hanya tim yang puas dengan gelar, tetapi seorang pelatih harus bisa membuat Madrid bermain istimewa.
Mulai menurunnya jumlah penonton di Bernabeu juga bisa jadi karena mereka merindukan pemain istimewa yang menjadi ikon klub. Dalam beberapa tahun terakhir, pemain istimewa itu disandang oleh Cristiano Ronaldo.Â
Kini, selepas Ronaldo pindah ke Juventus, diakui atau tidak Madrid tidak punya ikon club. Sergio Ramos, Luka Modric atau Gareth Bale memang pemain top. Namun, mereka bukanlah ikon global. Mereka hanya dikenal para pecinta bola. Mereka belum bisa membuat orang yang tidak suka bola, tertarik menonton bola karena daya tarik nama mereka.
Masih ada 19 pertandingan sisa di Liga Spanyol musim ini, separo diantaranya merupakan laga home. Menarik ditunggu apakah Bernabeu akan kembali ramai seperti dulu, atau malah bertambah sepi.
Andai saja Bernabeu tetap diisi separo kapasitasnya, itu sebenarnya pesan bahwa manajemen Madrid harus mendatangkan pemain superstar yang bisa menjadi magnet agar suporter mau datang. Mungkinkah terjadi di transfer Januari ini? Siapa tahu. Salam
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H