Bila sudah begitu, saya dan istri seringkali mencoba mengalihkan pikiran mereka dengan hal-hal lain. Semisal mengajak mereka menggambar di pasar minggu, bermain ke taman kota, mengajak mereka berenang ataupun memancing di kolam pancing.
Pendek kata, mengenalkan kepada mereka bahwa ada banyak sumber kebahagiaan lain selain gawai. Sebab, cerita masa lalu ketika saya bisa bahagia tanpa gawai, terkadang kurang ampuh bila sekadar menjadi cerita sebelum tidur.
Dan memang, gawai juga televisi kini seolah menjadi teman paling dekat bagi anak-anak. Terlebih, tidak sedikit orang tua yang malah terbiasa memberikan gawai kepada putra-putrinya ataupun berlangganan channel film anak-anak melalui TV kabel dengan tujuan tertentu. Semisal agar anak-anak bisa diam di kursi sembari menonton TV ataupun bermain gadget sementara orang tuanya bisa melanjutkan aktivitasnya di rumah.
Padahal, dari berbincang dengan beberapa dokter anak yang pernah saya wawancara untuk keperluan liputan majalah rumah sakit, televisi dan gadget bisa memunculkan efek kurang baik bagi proses tumbuh kembang anak. Karenanya, tidak mengherankan bila banyak ahli berpendapat bahwa menonton TV tidak baik buat anak-anak.
Bahkan, American Association of Pediatrics pernah menyarankan agar anak di bawah usia dua tahun tidak perlu menonton televisi dan anak di atas dua tahun dibatasi waktu menontonnya hanya satu jam per hari.
Seorang dokter spesialis anak pernah mengatakan, efek negatif dari gawai dan televisi bagi anak-anak yang paling cepat terkena adalah sektor bahasa. Anak-anak bisa dengan mudah meniru kosakata di televisi yang sebenarnya tidak boleh mereka ucapkan. Bahayanya, tayangan TV yang memuat kekerasan dan cara bicara kasar yang rentan ditiru anak-anak, bisa menyebabkan anak-anak berperilaku agresif.
"Yang paling cepat terkena adalah sektor bahasa. Efek televisi akan membuat anak-anak menjadi lebih egosentris dan posesif," ujarnya.
Selain itu, ada dampak negatif lainnya dari menonton TV dan bermain gadget yang belum banyak diketahui oleh orang tua. Ternyata, kebiasaan menonton TV dalam waktu lama, bisa membuat anak-anak berisiko menderita obesitas.
Ini karena ketika berada di depan TV ataupun memegang gadget, anak-anak akan menjadi malas bergerak. Mereka cenderung hanya duduk mematung. Bahkan, ada anak yang memiiki kebiasaan bangun tidur langsung menonton televisi ataupun pegang gawai.
Kurangnya aktivitas gerak fisik itu akan membuat anak-anak berisiko menderita obesitas ketika besar nanti. Juga, tidak ada interaksi aktif antara anak dengan acara yang ditontonnya. Sebab, menonton televisi dan bermain gawai adalah aktiitas komunikasi satu arah.
Meski begitu, tidak bisa dipungkiri bila gawai dan televisi juga bermanfaat dalam hal merangsang minat anak untuk belajar. Melalui permainan di gawai dan acara televisi, kreativitas anak-anak bisa tumbuh. Terpenting, ada "aturan main" yang disepakati antara orang tua dan anak. Salam.