Ekspansi itu berwujud pada beberapa turnamen yang terbilang baru digelar di beberapa negara yang sebelumnya tidak jadi "tuan rumah" turnamen. Karena negara tersebut memiliki beberapa pebulutangkis top dunia dan banyak fans bulutangkis di negara itu, jadilah turnamen digelar di sana. Tentu saja, turnamen baru ini menambah daftar turnamen yang telah ada sebelumnya.
Ambil contoh India Open yang mulai digelar sejak tahun 2008 silam. Bila di awal-awal, turnamen ini 'hanya' berlabel grand prix (kelas dua), sejak 2011 'naik kelas' menjadi BWF Super Series dan kini menjadi BWF World Tour Super 500 sehingga diikuti oleh pemain-pemain top dunia. Di India Open tahun 2018 ini, Indonesia meraih dua gelar di ganda putra lewat Marcus/Kevin dan ganda putri lewat Greysia/Apriyani.
Kelelahan, pemain jadi rentan cedera
Semakin banyak turnamen, tentunya waktu istirahat bagi atlet-atlet bulutangkis semakin berkurang. Malah, di akhir tahun yang harusnya menjadi periode berkumpul keluarga, pebulutangkis-pebulutangkis top dunia tetap akan tampil di turnamen bergengsi bertajuk "World SuperSeries Finals". Pesertanya adalah delapan pemain terbaik di masing-masing nomor yang dirangking berdasarkan pencapaian di BWF World Tour selama setahun ini.
Tentu saja, jadwal superpadat seperti itu memunculkan efek. Karena kelelahan, pemain jadi rentan cedera. Itu yang dialami tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung. Gregoria yang membuat kejutan dashyat saat melaju hingga semifinal Denmark Open, mengalami cedera pinggang. Cederanya makin parah ketika di French Open. Dia pun mundur di babak perempat final.
Dan, setelah menjalani pemindaian cederanya di Prancis, Jorji--sapaan Gregoria pun harus absen di turnamen SaarLorLux Open Super 100 yang digelar di Saarbrucken, Jerman, mulai Selasa (30/10/2018) kemarin
Tak hanya pemain Indonesia, pemain top dunia pun merasakan kelelahan dari jadwal padat yang mereka lakoni. Yang terkini, tunggal putra rangking 1 dunia, Kento Momota mengaku kelelahan usai tampil beruntun di Japan Open, China Open, Denmark Open dan French Open selama rentang September-Oktober. Hasilnya, usai jadi juara di Japan Open, China Open dan Denmark Open, Momota gagal di French Open. Dia kalah dengan skor telak, 18-21, 8-21 dari Chen Long di semifinal.
Chen Long yang akhirnya juara French Open 2018 pun mengakui, dirinya menang karena Momota kelalahan. "Laga ini adalah pertandingan kesembilannya dalam dua minggu, jadi dia sedikit lelah hari ini (Sabtu). Saya menang karena kesabaran saya," ujar Chen Long seperti dikutip dari https://www.bolasport.com/bulu-tangkis/314443-french-open-2018--kelelahan-jadi-sebab-kento-momota-tumbang-di-tangan-chen-long
Semuanya karena aturan baru BWF
Lalu, jika memang menghadapi jadwal padat yang menguras stamina dan rentan cedera, kenapa pemain tetap saja mau berangkat dan bermain?