Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Bercermin" dari Cara Kita Mengasuh Anak

1 November 2018   08:21 Diperbarui: 1 November 2018   08:30 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang tua bisa terus belajar memahami anak/Foto: Deweezz.com

Apakah sampean (Anda) pernah mengamati bagaimana kemampuan anak Anda dalam bergaul dan bersosialisasi dengan teman-teman di lingkungan baru? Lalu, dari hasil pengamatan tersebut, apakah anak sampean pemalu, pendiam, kurang percaya diri atau malah mudah bergaul dan sangat percaya diri?  

Kenapa sikapnya bica bermacam-macam begitu?

Ternyata, kemampuan anak dalam bersosialisasi dengan lingkungannya ini tidak lepas dari pola pengasuhan anak-anak di rumah. Bahwa pola pengasuhan orang tua terhadap anak-anak nya di rumah, akan berpengaruh besar pada kemampuan anak ketika bersosialisasi di lingkungannya.

Beberapa waktu lalu, saya mengobrol dengan Satir Family Therapist perihal pola pengasuhan anak. Namanya John Mantofa. Alumnus Satir Institute of The Pacific, Vancouver, Kanada ini mengatakan, bila seorang anak diasuh orang tuanya, akan berdampak besar terhadap perkembangan anak sebagai individu.

Menurut dia, berdasarkan ajaran psikolog Dr Kevin Leman, ada empat jenis pola asuh anak dan masing-masing memiliki dampak tersendiri bagi anak, kelak ketika mereka tumbuh dewasa dan hidup di lingkungan baru. Keempat tipe itu yakni tipe otoriter, tipe permisif, tipe pengkritik, dan tipe otoritatif.

Dari mengobrol sekitar 30 menit tersebut, selain paham tentang empat jenis pola pengasuhan anak, saya juga bisa "bercermin" perihal pola mana yang selama ini saya terapkan dalam mengasuh anak.  

Nah, karena hasil obrol-obrol ringan tersebut menurut saya penting untuk diketahui oleh lebih banyak orang tua yang tengah mengasuh anak, tidak ada salahnya bila membagikannya melalui tulisan di "rumah" ini.

Dari keempat pola pengasuhan anak tersebut, tipe pertama adalah orang tua otoriter. Orang tua jenis ini mendidik anaknya secara keras, mendasarkan segala sesuatu dari hukum/aturan. Pendekatan mereka dalam mengasuh anak berorientasi kepada hasil dengan cara "harus sekarang dan harus menggunakan caraku". Dampaknya bagi anak yang memiliki orang tua otoriter, mereka akan tumbuh menjadi pemberontak dan berusaha untuk bebas dari otoritas.

Menurut pak John, anak-anak yang memiliki orang tua otoriter juga akan menjadi sangat pendiam. Mereka dengan mudah masuk ke dalam perkelahian, pertengkaran dan bisa menjadi sangat kasar.

"Mereka juga akan sulit berpikir secara mandiri, kurang kreatif dan melihat segala sesuatu secara hitam atau putih. Serta, mereka akan mengandalkan orang lain untuk membuat keputusan bagi mereka," terang John.

Lalu, tipe kedua adalah orang tua permisif. Pola asuh permisif ini berkebalikan dengan tipe otoriter. Orang tua yang permisif akan memanjakan anak-anaknya dengan membiarkan mereka melakukan apapun yang diinginkan tanpa mengajari makna bertanggung jawab atas tindakan mereka. Alasan orang tua karena terlalu sayang pada anak-anaknya. Pola asuh seperti ini bisa menjadi bencana bagi anak.

"Dampaknya, anak cenderung menjadi sangat egois. Mereka kurang bisa peduli dengan orang lain Mereka juga mudah menghakimi dan mengkritik," jelas dia.

Tipe ketiga adalah orang tua pengkritik. Orang tua seperti ini cenderung suka membandingkan anak-anak mereka dengan anak yang mereka anggap lebih baik. Mereka memiliki harapan terlalu tinggi sehingga sulit untuk disenangkan. Buruknya, mereka sering menggunakan kata-kata negatif dalam membandingkan anak-anaknya dengan anak lain.

Nah, orang tua dengan pola asuh pengkritik ini membuat anak-anak tumbuh dengan rasa bersalah dan sering mengkritik diri sendiri dengan berkata-kata negatif. 

Mereka juga sering berlebihan hanya untuk kesalahan kecil dan sulit melupakan kejadian yang membuat mereka dengan diri sendiri ataupun orang lain. 

Dan, ketika berada di lingkungan baru, mereka cenderung tidak percaya diri dan takut dievaluasi.

"Bahkan, mereka tidak dapat melihat diri mereka sukses meski ketika mereka mencapai kesuksesan," sambung ayah dua anak ini.

Adapun tipe pola asuh keempat adalah orang tua otoritatif. Pola asuh jenis ini menekankan pada pengajaran anak-anak untuk bertanggung jawab dengan perbuatan mereka, tetapi juga memperlakukan dengan baik dan mengasihi mereka. Orang tua otoritatif juga cenderung untuk menanyakan fakta-fakta kepada anak-anak sebelum mengambil keputusan.

Orang tua otoritatif menyediakan kesempatan bagi anak untuk memilih. Mereka mengizinkan anaknya untuk mengalami konsekuensi atas apa yang dilakukannya. Dampaknya, anak-akan tumbuh dengan rasa percaya diri, menghargai orang lain dan bertanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan. Menurut John, tipe inilah yang terbaik dari pola asuh anak.

"Ketika orang tua menekankan pada mengajari anak-anak untuk bertanggung jawab dengan perbuatan mereka, orang tua telah meningkatkan gambar diri anak tersebut," ujarnya.

Orang tua bisa terus belajar memahami anak/Foto: Deweezz.com
Orang tua bisa terus belajar memahami anak/Foto: Deweezz.com
Tulisan ini sama sekali tidak diniatkan untuk menyalahkan penerapan pola jenis asuh anak yang selama ini kita lakukan. Namun, setidaknya kita bisa mengetahui, bahwa ternyata pola asuh anak yang kita terapkan, apakah itu otoriter, permisif, pengkritik maupun otoritatif, ternyata sangat bisa berdampak dalam 'mewarnai' karakter anak.

Sebagai orang tua, kita sejatinya paham bagaimana mengasuh anak dengan cara terbaik. Namun, niat itu terkadang tidak sejalan dengan perbuatan. 

Stress dan tekanan pekerjaan di luar rumah, acapkali membuat orang tua kembali ke rumah tidak dengan kondisi psikologis ideal. 

Itu salah satu penyebab kita susah konsisten menjalankan pola asuh anak. Boleh jadi hari ini mampu menerapkan pola otoritatif. Di lain waktu kita bisa menjelma menjadi orang tua pengkritik ataupun permisif terhadap anak.

Namun, yang terpenting, kita bisa terus berikhtiar untuk menjadi orang tua yang lebih baik. Kita bisa "bercermin" dari pola asuh anak yang telah kita lakukan selama ini. 

Karena pada dasarnya, kita terus belajar dan belajar memahami anak-anak. Memahami dunia mereka yang jauh berbeda dengan dunia orang tuanya dulu. Salam.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun