Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Setelah 34 Tahun dan Tabloid BOLA Berpamitan, Kenapa?

17 Oktober 2018   22:19 Diperbarui: 18 Oktober 2018   20:24 4439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata seorang kawan wartawan olahraga, Arief Natakusumah itu salah seorang wartawan peletak dasar football writing. Analisa sepak bolanya selalu detail dan bahkan dibumbui selipan sastra, seni, budaya bahkan politik. Kalau saya kangen tulisan-tulisannya mas Arief, buku bersampul hijau setebal 334 halaman itu pun saya baca ulang.

Dan memang, bagi saya, seperti tulisannya Mas Arief itulah seharusnya sebuah tulisan sepak bola. Tidak melulu soal strategi permainan, data statistik, dan komentar kalah menang. Pembaca perlu disuguhi informasi tambahan, tidak hanya tentang bola. Karena, lapangan bola sendiri pada hakikatnya merupakan sebuah "teater mini kehidupan".

Meski, kecintaan pada BOLA bukan berarti menenggelamkan kritikan. BOLA juga bukannya tanpa cela. Saya sempat merasa gaya jurnalisme Bola itu cenderung dictating, seperti menggurui. Terutama sepanjang 1990-an dulu.

Mungkin itupula yang membuat BOLA merasa terlalu percaya diri. Hingga akhirnya lupa berinovasi. Ketika koran-koran umum harian berlomba menambah halaman olahraga dengan tampilan visual yang kian berani dan tidak lagi kaku, sejak itu banyak orang yang pelan-pelan mulai merasa: "ngapain harus nunggu BOLA yang terbit cuma dua kali seminggu untuk membaca berita-berita dan menikmati suguhan foto serta infografis yang tidak jauh beda".

Ada beberapa kawan termasuk yang bersikap demikian. Mereka akhirnya tidak lagi setia dengan BOLA. Dan, kondisi itu menurut saya diperburuk keputusan BOLA yang terlambat untuk menjadi media harian.

Memang, sekira tahun 2014 silam, Tabloid BOLA pernah menerbitkan Harian BOLA. Saya masih ingat, dulu ketika berangkat kerja pagi, saya selalu mampir ke kios koran untuk membeli "adik" dari Tabloid BOLA tersebut. Selain karena harganya yang murha (1500), tulisannya juga ringan tapi tetap cukup kaya informasi. Pada akhirnya, Harian Bola juga "tertidur untuk selamanya" pada akhir Oktober 2015 silam.

Sampai akhirnya berita sedih itu ternyata datang: Selasa depan (23/10) akan jadi edisi terbitan BOLA terakhir. Ya, Tabloid BOLA ternyata menyusul "adik" nya. Tertidur

Dulu, ketika Harian BOLA berpamitan, menurut saya ada beberapa penyebab. Kalau ada yang menyebut Harian Bola kalah bersaing dengan kompetitornya, mungkin ada benarnya. Bicara koran olahraga yang sifatnya harian, ada Top Skor yang sudah "buka jalan" lebih dulu dibanding Harian Bola.

Toh, Harian Bola tetap punya pengaruh karena nama besar BOLA. Termasuk rivalitas di internal Kompas Gramedia Group dengan kemunculan Super Ball dari Tribunnews Group. Ketiganya memancing di kolam yang sama karena segmentasi pembaca yang diincar nyaris sama. Namun, saya kok menilai itu bukan faktor terbesarnya.

Saat ini, bisnis koran olahraga memang tidak mudah. Tingkat persaingannya luar biasa. Bukan melulu persaingan dengan sesama tabloid/koran, tetapi karena keberadaan media online dan sosial media yang bisa diakses via smart phone, termasuk juga televisi.

Saya ambil contoh kasus, dulu di Surabaya ada koran Surabaya Post yang terbit sore. Koran ini terbit sore 'sendirian' dibanding media lain yang kompak terbit pagi hari. Terbit sore sendirian sebenarnya berisiko karena psikologis orang ketika sore, energi membacanya tidak sesegar pagi hari. Namun, Surabaya Post kala itu punya keunggulan. Utamanya terkait berita olahraga. Bila ada hasil-hasil pertandingan Liga Champions, atau turnamen Piala Eropa dan Piala Dunia yang main dini hari waktu Indonesia, pembaca sudah bisa membaca beritanya sore hari, tidak perlu menunggu esok hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun