Mendongeng sebelum tidur
Bagaimana bisa mendongeng sebelum tidur menjadi cara untuk melawan hoaks? Sangat bisa. Meski tidak setiap hari, saya mencoba membiasakan untuk mendongeng ke anak-anak sebelum mereka tidur. Biasanya mereka yang merengek minta ditemani tidur lantas minta diceritakan cerita.
Nah, ketika mendongeng, jangan sekadar bercerita yang ketika sudah selesai lantas menyuruh mereka tidur. Berceritalah dengan gembira. Berceritalah dengan menyelipkan pesan kebaikan. Bahkan, berceritalah dengan membuat inovasi semisal mengganti tokoh dongeng dengan nama-nama yang lebih akrab di telinga mereka.
Contohnya dongeng tentang penggembala yang mengarang cerita bohong dengan berteriak minta tolong ada serigala yang sempat membuat penduduk kampung heboh. Setelah dua tiga kali diulangi berhasil menipu warga, kali keempatnya ketika serigala benar-benar datang dan dia meminta tolong, tidak ada yang percaya pada dia. Dan, habislah dombanya dimakan kawanan serigala. Sampean pastinya juga pernah mendengar dongeng ini.
Pada akhirnya, sikap jujur itu harus dipupuk agar seperti tanaman yang tumbuh subur. Dan, memupuknya bukan hanya tugas dari guru di sekolah ataupun guru ngaji di TPQ-TPQ. Namun, terpenting adalah dari rumah, dari orang tua.
Sebab, tanpa pernah dilatih jujur, anak-anak tidak akan pernah tahu nilai pentingnya menjadi jujur. Mereka akan terbiasa mengarang cerita karena merasa tidak ada yang dirugikan.Â
Sekadar untuk membela diri saja. Pada akhirnya, dari sekadar tukang bohong urusan receh, mereka bisa berubah wujud menjadi pencipta kebohongan yang luar biasa karena terbiasa.
Karenanya, 'kampanye' melawan hoaks untuk saring sebelum sharing itu tidak hanya tepat ditujukan bagi mereka yang sudah 'melek' media sosial. Kita juga perlu membentuk pikiran anak-anak untuk tidak suka berbohong sejak dini.Â
Salam