Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bila Pekerjaan Menjadi Bak "Neraka", Mulailah Berpikir Ulang

21 September 2018   08:40 Diperbarui: 21 September 2018   15:15 1857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bekerja seharusnya menjadi periode membahagiakan, bukan sebaliknya/Foto: priotime.com

Bekerja seharusnya menjadi salah satu episode paling menyenangkan. Sebab, ia tidak hanya menjadi sumber penghasilan, tetapi juga menjadi kesempatan untuk berinteraksi dengan sesama. Episode menyenangkan ketika bekerja tentunya tidak hanya saat menerima gaji. Namun, juga dalam rutinitas keseharian.

Bagi saya, untuk mengukur kebahagiaan seseorang itu bisa dilihat dari dua tempat. Ya, ada dua tempat yang paling lama kita singgahi dan bila kita bahagia di dua tempat itu, hidup kita akan bahagia. Dua tempat itu yakni rumah dan tempat kerja. Sebaliknya, bila kita tidak merasa nyaman di dua tempat itu, hidup pun menjelma bak seperti "neraka".

Kenyataannya, ada lho mereka yang bekerja tetapi merasa pekerjaanya justru menyiksa. Seperti neraka. Meski sudah melakukan yang terbaik, tetapi tetap merasa tidak nyaman. Boleh jadi tempat kerjanya menyenangkan, tetapi waktu dan perjalanan menuju dan pulang dari kantor itu yang menyiksa sehingga seseorang sulit merasa bahagia dengan pekerjaannya.

Seperti kemarin, ada kawan yang curhat berencana untuk mundur dari pekerjaan yang telah dijalaninya dalam satu tahun terakhir. Sebenarnya, dia nyaman dengan pekerjaannya, juga dengan orang-orang di kantornya yang menurutnya asyik-asyik.

Masalahnya, dia merasa lelah dengan aturan masuk kantor yang mengharuskan masuk pagi, sementara rumahnya memang cukup jauh dari tempatnya bekerja. Belum lagi keingina untuk bercengkerama dengan sang buah hari di pagi hari. Sebelumnya, kawan ini memang bekerja di tempat kerja yang tidak memberlakukan 'jam pagi' untuk masuk kantor.

Menurut saya, perasaan tidak nyaman seperti ini memang tidak boleh dibiarkan. Sebab, pekerjaan yang dijalani tanpa suka cita, sejatinya menyiksa dan bisa merusak diri sendiri. Perlu untuk mulai berpikir ulang apakah akan tetap bekerja di tempat semula ataukah memilih resign dan melakoni pekerjaan yang memang membahagiakan.

Saya pun pernah memilih resign dari pekerjaan di "pabrik koran" yang telah saya jalani selama delapan tahun sejak lulus kuliah hingga punya dua bocah. Penyebabnya bukan karena tidak nyaman dengan kantor. Tapi murni karena pilihan untuk memiliki lebih banyak waktu dengan istri dan anak-anak. Karena memang, hidup terkadang menawarkan pilihan yang tentu saja tidak bisa dipilih dua-duanya.

Nah, berdasarkan pengalaman dan juga curhatan dari kawan-kawan, ada beberapa tanda yang menjadi penanda bahwa pekerjaan yang sedang kita jalani, ternyata menjadi 'neraka' yang menyiksa. Bila merasakan tanda-tanda ini, sampean (Anda) bisa berpikir ulang untul lanjut atau pindah sebelum bertambah tidak nyaman dan akhirnya malah mengalami kemunduran diri sendiri.

Merasa tersiksa bila Senin tiba dan harus kembali bekerja

Apakah sampean termasuk dalam 'grup' orang yang membenci hari Senin? Bahwa kita merasa sangat senang ketika akhir pekan (di hari sabtu dan minggu) dan lantas berubah menjadi kesal saat menyadari besok adalah hari senin.

Tentu saja wajar bila seseorang bergembira ketika akhir pekan datang karena bisa berkumpul dengan keluarga. Pun wajar bila seseorang merasa kecewa mengapa akhir pekan kok terasa sangat cepat karena esoknya harus kembali bekerja.

Namun, akan menjadi tidak wajar jika setiap Senin datang, kita malah frustrasi dan stress. Lantas menjalani hari-hari kerja dengan uring-uringan dan terpaksa karean tidak ada pekerjaan lain. Pendek kata, sekadar untuk menunggu akhir pekan lagi. Dan ketika Senin lagi, frustrasi lagi.

Bila seperti itu, Anda berarti tidak merasa nyaman dengan pekerjaan dan merasa tersiksa harus melanjutkannya. Bila begitu, mulailah berpikir ulang. Sebab, pekerjaan yang baik adalah pekerjaan yang bisa membuat kita bahagia dan bersemangat menjalaninya, bukan malah membuatstres.

Merasa berubah menjadi "orang lain" di kantor

Lingkungan kerja yang tidak nyaman terkadang bisa mengubah perilaku seseorang. Ada lho orang yang ketika berada di rumah dia seorang yang sabar dan lebih banyak diam.

Namun, ketika berada di tempat kerja, dia mendadak berubah menjadi orang yang mudah marah dan cerewet. Kenapa? Bisa jadi karena tekanan yang terlalu tinggi dari atasan. Bisa juga karena lingkungan kerja yang tidak sehat semisal rekan kerja yang tidak asyik sehingga kita enggan berbaur.

Nah, bila ternyata sampean tidak bisa menjadi diri sendiri dan tidak bisa mengekspresikan apa yang dirasakan saat berada di kantor, itu tandanya sampean mulai menyadari tidak nyaman di tempat kerja.

Merasa tidak dihargai

Dalam bekerja sejatinya tidak hanya melulu urusan gaji. Buat apa gaji besar bila selama sebulan menunggu gajian bak periode panjang yang menyiksa. Bekerja itu soal kenyamanan. Kita merasa nyaman karena dihargai oleh orang-orang di kantor.

Bukankah akan menyakitkan bila kita sudah berusaha melakukan yang terbaik, semisal datang paling pagi, dan pulang paling terakhir, juga berprestasi dalam pekerjaan, ternyata tidak mendapat apresiasi. Bukan hanya apresiasi promosi jabatan maupun kenaikan gaji, tetapi terpenting mendapatkan perlakuan baik dari atasan dan juga rekan kerja.

Apalagi bila ternyata kita 'dicueki' oleh atasan semisal dianggurkan seolah-olah tidak dibutuhkan. Juga, apa yang kita kerjakan tidak jelas job description nya, seolah bekerja serabutan.

Bila seperti itu, sejatinya tidak ada yang bisa dipertahankan. Jangan bertahan dengan tempat kerja yang tidak menghargai diri dan potensimu. Saatnya berpikir ulang untuk mencari pekerjaan yang bisa membuatmu dihargai. Bukan hanya dihargai sebagai karyawan, tetapi juga sebagai manusia.

Merasa berhenti belajar

Sekali lagi, bekerja tidak hanya melulu soal 'mencari' uang. Bukan hanya tentang gajian. Pekerjaan yang baik seharusnya bisa membuat kiat bertumbuh menjadi lebih baik. Pekerjaan yang tepat seharusnya bisa membuat kita belajar, memperluas wawasan, dan minimal menjadi orang yang lebih baik. Jangan sampai berhenti belajar di manapun berada.

Nah, jika ada tempat kerja yang melenakan, jalan di tempat karena dari dulu begitu-begitu saja, dan juga tidak bisa mengasah potensi terbaik dari diri Anda, mulailah berpikir ulang. Boleh jadi sampean berada di tempat yang salah. Mulailah berpikir mencari tempat kerja yang membuatmu menjadi lebih baik. Bukannya stuck.

Pendek kata, kita sebenarnya bisa merasakan pekerjaan yang sedang kita jalani apakah membuat kita nyaman atau sekadar menjalani tanpa ada kebahagiaan dan kepuasan. Apakah menjadi surga yang membahagiakan atau malah menjadi neraka yang menyiksa. Padahal, seseorang yang tidak bisa kerja dengan nyaman, sangat mungkin potensinya tidak akan keluar dan tidak bisa mendapatkan hasil yang baik.

Ya, bila tempat kerja adalah salah satu tempat yang paling lama kita singgahi, bukankah harus menjadi tempat menyenangkan. Sebab, kebahagiaan bisa mendorong kita untuk menjadi lebih baik dan mengeluarkan semua potensi yang kita miliki. Bukan malah pelan-pelan menghancurkan diri karena amarah akibat stress. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun