Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Agar Wawancara Kerja Tidak Berakhir Nestapa

18 September 2018   13:03 Diperbarui: 18 September 2018   14:03 1298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada beberapa momen dalam hidup ini yang membuat kita berdebar-debar atau minimal penasaran untuk menunggunya. Setiap orang mungkin punya momen yang berbeda-beda.

Namun, bila ditarik benang merahnya, momennya kurang lebih sama. Diantaranya menunggu hari akad nikah, menunggu proses kelahiran anak, atau juga menunggu hari tes masuk kerja yang didambakan.

Nah, momen terakhir itu yang kini dirasakan salah satu keponakan yang baru lulus menjadi sarjana pada pertengahan tahun ini. Momen mendebarkan tes masuk kerja. 

Kapan hari, dia bercerita telah lolos mengikuti tes tulis di sebuah perusahaan. Dan, tahapan selanjutnya adalah tes wawancara yang akan dilangsungkan pekan depan.

Karena memang belum pernah punya pengalaman mengikuti tes wawancara penerimaan kerja, dia kini dilanda kegalauan dan khawatir. Khawatir bila ternyata tidak mampu menjawab pertanyaan dengan baik, khawatir bila dianggap tidak tampil menarik oleh peng-interview, dan ujung-ujungnya khawatir bila ternyata tidak diterima di pekerjaan tersebut.

Belum lagi khawatir bila datang terlambat dan kekhwatiran-kekhawatiran lainnya. Karenanya, dia lantas bercerita juga meminta "jurus jitu" kepada saya agar bisa sukses menghadapi tes wawancara dan bisa diterima bekerja.

Agar sukses wawancara kerja, perlu dipersiapkan matang/Foto: tiptipseru.com
Agar sukses wawancara kerja, perlu dipersiapkan matang/Foto: tiptipseru.com
Dan memang, sesi wawancara ini menjadi salah satu tahapan paling penting dalam upaya mendapatkan kerja. Sebab, pihak instansi atau perusahaan penyedia kerja akan bisa mengetahui kapasitas dan komitmen si pencari kerja melalui sesi tanya jawab tersebut. 

Bagi sebagian orang, kesan yang ditampilkan saat mengikuti sesi wawancara sangat menentukan diterima atau tidaknya sebagai calon karyawan baru.

Tentu saja kita tidak bisa mempengaruhi hasil akhir dari tes wawancara tersebut. Namun, setidaknya, kita bisa mempersiapkan, melakukan dan bahkan menghindari beberapa hal ketika sesi wawancara penerimaan kerja. 

Jangan sampai momen yang bagi sebagian orang terasa mendebarkan itu justru berakhir buruk karena kesalahan yang tidak seharusnya dilakukan. Apa saja?

Jangan Datang Terlambat

Hal pertama yang wajib diperhatikan sebelum mengikuti sesi wawancara kerja, pastikan jangan terlambat. Sebab, datang terlambat saat sesi wawancara adalah hal yang fatal. Dengan alasan apapun, pihak perusahaan tidak akan menampung alasan keterlambatan itu.

Malah ada juga yang bilang datang terlalu cepat juga kurang baik. Semisal dua jam sebelum wawancara sudah datang ke lokasi. Sebab, terlalu cepat datang kadang justru malah merepotkan perusahaan. 

Jadi, kalau kita sudah tahu lokasi wawancaranya, datanglah minimal 30 menit sebelum sesi wawancara dimulai.

Awas, Ponsel Berbunyi/Berdering Saat Wawancara

Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan ketika wawancara kerja, pastikan untuk terlebih dulu mengatur smartphone dalam keadaan silent atau menonaktifkannya. 

Sebab, ketika tengah serius wawancara mendadak ponsel kita berdering, tentunya akan mengganggu sesi wawancara. Selain itu, kitan bisa dianggap menyepelekan pihak pewawancara padahal tidak sengaja (mungkin karena lupa).

Jangan juga untuk coba-coba sekadar hanya mengecilkan volume suara ponsel. Sebab saat ada telepon masuk, karena suasana di dalam ruangan sunyi, suara getar ponsel akan terdengar jelas dan tentunya itu mengganggu. Jadi pilihannya, pilih model silent atau men-nonaktifkan ponsel selama sesi wawancara.

Jangan Ragu Menatap Mata Pewawancara

Melakukan kontak mata dengan para pewawancara menjadi hal penting dalam sesi wawancara kerja. Terlebih bila ditambahi ekspresi muka cerah sembari tersenyum. 

Selama wawancara, jangan hanya menundukkan kepala. Dan jangan pula jelalatan melihat ruangan kerja. Tapi, tatap mata pewawancara. Sebab, menatap mata lawan bicara merupakan salah satu bentuk keseriusan bahwa kita memang tertarik level serius dengan pekerjaan yang ditawarkan.

Jadi, ketika sesi wawancara, jangan sekali-kali ketika berbicara/menjawab pertanyaan, tetapi pandangan kita malah 'jalan-jalan' di awang. 

Selain tidak sopan, itu juga dianggap meremehkan. Dan tentunya juga ikut menentukan keberhasilan wawawancara.

Tak Perlu Salah Tingkah

Ketika sesi wawancara, untuk menghilangkan grogi maka beberapa orang kadang bertingkah tidak biasa. Ada yang salah tingkah semisal suka menggoyang-goyang kaki saat duduk, pegang-pegang rambut seolah meraikan rambut, menggaruk kepala yang sejatinya tidak gatal, apalagi bila ngupil sembarangan.

Bukan tidak mungkin, pewawancara akan tidak respek bila kita melakukan ulah-ulah aneh itu. Jadi, selama wawancara, kebiasaan salah tingkah seperti itu harus dihilangkan. Tetaplah bersikap tenang sembari mendengarkan dan menjawab pertanyaan dari pewawancara dengan sopan dan lugas.

Berdandan Berlebihan atau Terlalu Seadanya

Beda perusahaan, beda selera. Ada perusahaan yang lebih mengutamakan skill dibanding penampilan. Namun, bagaimanapun, penampilan utamanya cara berpakaian, harus tetap diperhatikan. Yang penting harus berpakaian rapi dan menjaga sopan santun saat sesi wawancara.

Hindari memakai pakaian berlebihan saat wawancara atau juga berpakaian seadanya semisal memakai kaos. Sebab, berpakaian berlebihan atau juga berpakaian terlalu  seadanya apalagi bila pakaiannya lusuh, akan memunculkan kesan kurang manis dari pihak perusahaan terhadap kalian. Minimal, pakaian sudah disetrika.

Bagi para cowok, rambut tentunya harus rapi dan badan juga harus wangi. Andaikan ketika sampai di tempat wawancara baju basah karena keringat, lebih baik ganti baju daripada langsung mendapat nilai buruk.

Menjelekkan Perusahaan Lama

Nah, kalau yang ini khusus bagi yang sebelumnya telah bekerja di perusahaan dan menjalani sesi wawancara di perusahaan baru. Bila pewawancara membaca CV kita dan tahu kita pernah bekerja di tempat lain, bukan tidak mungkin pewawancara akan mengajukan pertanyakan 'jebakan'. Semisal "apa kekurangan perusahaan tempat mu bekerja sebelumnya sehingga kamu memutuskan keluar?". 

Bila mendapat pertanyaan seperti ini, jangan terjebak. Jangan malah mengumbar kejelekan perusahaan lama dengan berapi-api.

Sebab, ketika kita terlalu banyak bicara dengan mengumbar kejelekan perusahaan lama, bukan tidak mungkin pewawancara justru menilai bahwa sebenarnya yang bermasalah adalah kita sehingga memutuskan resign atau tidak diperpanjang kontrak di tempat kerja lama. Dan itu tentunya menjadi nilai minus bagi kamu.

Beberapa tips tersebut yang saya sampaikan kepada keponakan sebagai bekal agar sesi wawancaranya berjalan lancar. Dan, selain menghindari beberapa hal yang tidak seharusnya dilakukan selama sesi wawancara tersebut, yang tidak kalah penting, saya menyarankan agar cakaplah menjawab setiap pertanyaan para pewawancara. Jangan grogi!

Bila perlu, pelajari dulu profil perusahannya sehingga ketika ditanya tentang perusahaannya, kita bisa menjawab yang membuat pewancarara terkejut takjub. Serta jangan lupa berdoa agar sesi wawancaranya lancar. Nah, jika sudah berusaha sebaik mungkin tetapi belum mendapat kabar bagus, mungkin perusahaan itu belum jodohmu. Toh, masih ada jalan lain yang bisa dicoba. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun