Keane memang bukan pemain palsu-palsu yang bicara hal berbeda dari yang ia pikirkan. Dia pemain apa adanya yang tampil total di lapangan tanpa mengharap publikasi media. Ironisnya, pers justru lebih mengingat aksi-aksi kontroversialnya ketimbang etos kerjanya. Â Â Â Â Â
Dan, kita yang mengaku gila bola, terkadang tidak adil bila melihat pemain bertipikal seperti Keane ataupun N'Golo Kante di era sekarang. Selama ini, mereka dianggap pemain sepak bola dengan "pekerjaan kotor" seperti men-tackling, dan melakukan pelanggaran untuk menyetop serangan dan akrab dengan kartu kuning atau bahkan kartu merah.
Mereka memang melakukan tugas yang jauh dari kesan elegan. Mereka tidak diberkahi bakat melakukan "pekerjaan mulia" di sepak bola, yakni mencetak gol atau memberi assist. Dalam bahasa Eric Cantona, pemain seperti ini adalah "tukang angkut air". Sebutan yang dialamatkan Cantona pada rekan timnya di Timnas Prancis, Didier Deschamps.
Nasib disepelekan pernah dirasakan gelandang bertahan asal Prancis, Claude Makelele. Dia bagian tim Real Madrid saat memenangi Liga Champions 2002. Makalele adalah "jongos" diantara "pemain ningrat" Real yang ngetop dengan Los Galacticos.Â
Kala itu, Makelele minta kontraknya diperbarui, termasuk penyesuaian gaji. Gaji Makelele waktu itu yang paling kecil dibanding rekan setimnya seperti Zinedine Zidane atau Luis Figo. Tapi, bos Real, Florentino Perez menolak permintaan Makelele. Kecewa, Makelele meminta dijual. Perez yang murka lantas merendahkan kemampuan Makelele dan menyebut ketiadaan pemain asal Prancis itu tidak akan berpengaruh besar bagi Real.Â
"Kami tidak akan merindukan Makelele. Tekniknya standar. Dia tidak punya kecepatan dan skill untuk mengambil bola dari lawan dan 90 persen distribusinya hanya mengalirkan bola ke belakang atau ke samping," ujar Perez. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Seusai Makelele dijual ke Chelsea, Perez mendatangkan banyak nama top berkarakter serang seperti Michael Owen, Julio Baptista, dan Robinho. Tapi Perez gagal menemukan pengganti Makelele setelah negosiasi dengan Arsenal guna membeli Patrick Vieira, gagal. Penyebabnya, Perez menolak menggaji tinggi pemain bertipikal  "defensive players". Dia hanya mau menghargai mahal pemain berkarakter serang.Â
Jadilah Real Madrid kala itu tim yang hanya pandai mencetak gol tetapi tidak tahu cara menjaga gawanganya. Dan, sejak itu, Real Madrid tidak pernah lagi bisa juara Liga Champions (dan baru juara lagi tahun 2014). Ada yang menganggap itu sebagai kutukan Makelele. Â
Para gelandang bertahan memang tak pernah mendapat pujian sepantasnya seperti penyerang. Mereka jarang mendapatkan pengakuan dan penghargaan pemain terbaik dunia seperti pemain-pemain yang berposisi sebagai gelandang serang maupun penyerang.Â
Tengok saja, sejak FIFA menggelar pemilihan pemain terbaik dunia, FIFA World Football of the Year mulai 1991 lalu berganti nama jadi FIFA Ballon D'Or sejak 2010, daftar pemenang didominasi penyerang atau gelandang serang. Hanya Lothar Matthaus dan Fabio Cannavaro yang pernah menjadi antithesis.Â
Selebihnya, tak pernah ada nama gelandang pekerja macam Frank Rijkaard, Demetrio Albertini, Didier Deschamps, atau Andrea Pirlo meskipun mereka sangat berjasa dalam membawa klub mereka berjaya.Â