Jojo juga bukan tipikal orang jumawa yang overconfidence sehingga meremehkan lawan. Lha wong sesaat setelah juara, dia berkomentar kepada awak media bahwa setelah turun dari podium, dia bukan juara lagi tetapi memulai dari awal lagi. Membumi banget kan.
Imbas persiapan mepetÂ
Lalu apa penyebabnya?
Dalam wawancara dengan badmintonindonesia.org seusai pertandingan, Jonatan menyebut persiapan yang mepet menjadi salah satu penyebab. Usai juara Asian Games 2018 pada 28 Agustus lantas mengistirahatkan fisik dan pikiran, dia menyebut hanya punya waktu kurang lebih seminggu untuk bersiap tampil di Japan Open 2018.
"Soal persiapan yang agak mepet, ya sebenarnya pasti ada pengaruhnya, karena persiapan kami cuma seminggu. Ya ini dijadikan pelajaran saja, saya harus lebih mempersiapkan diri, pertandingannya kan banyak," ujar Jonatan dikutip dari (Japan Open 2018) Anthony Lolos, Jonatan Terhenti
Ya, dengan jadwal turnamen bulutangkis era kekinian yang super padat (dalam satu bulan bisa 2-3 turnamen sekaligus), Jojo memang harus bisa mengatur persiapan dengan matang. Bagaimana dengan persiapan mepet tetapi bisa meraih prestasi maksimal. Toh, dia bukan satu-satunya pemain "alumni" Asian Games yang tampil di Japan Open. Lawannya di final, Chou Tien-chen juga tampil dan berhasil lolos ke round 2 usai mengalahkan pemain tuan rumah, Kanta Tsuneyama.
Jonatan juga mengaku kurang beruntung ketika bermain di Jepang. Melawan Prannoy, dia sejatinya terus memimpin dalam perolehan poin di game pertama.Â
Namun pada saat kedudukan sama kuat 14-14, Prannoy bangkit dan balik menguasai keadaan. Apalagi, di poin-poin krusial, Jojo menyebut membuang kesempatan. Ketidakmampuan menyelesaikan game pertama meski sempat unggul, rupanya berimbas pada penampilannya di game kedua.
"Kecewa itu pasti, saya belum bisa menunjukkan yang terbaik di turnamen BWF tour. Dalam beberapa turnamen terakhir, selesai di babak 16 besar. Dibilang kecewa ya kecewa. Apalagi di Jepang ini saya kurang beruntung. Tahun lalu setelah final di Korea Open, di Jepang langsung kalah di babak pertama juga. Mudah-mudahan saja tahun depan dan tahun 2020 bisa lebih baik," sambung Jonatan.
Selain faktor persiapan mepet dan juga kurang beruntung, penyebab tersingkir cepatnya Jonatan di Japan Open 2018 menurut saya karena belum menemukan pola yang tepat untuk mengalahkan Prannoy.