Bila Anda sudah berumah tangga dan berpikiran bahwa memasak dan memberesi pekerjaan di dapur atau sumur itu hanya tanggung jawab istri, Anda telah melewatkan salah satu momen paling menyenangan di dalam rumah.
Kenapa? Ada banyak hasil penelitian yang menyebutkan bahwa aktivitas rumah tangga yang dilakukan bersama pasangan, ternyata punya banyak manfaat. Bukan hanya bisa lebih hemat dan masakannya lebih sehat.
Lebih dari itu, pasangan yang punya sistem bagi tugas tertentu untuk pekerjaan rumah tangga, salah satunya memasak, ternyata lebih bahagia dalam menjalani hubungan. Silahkan googling bila penasaran ingin membuktikan kebenarannya.
Masalahnya, entah siapa yang dulu memulainya lantas dilakukan hingga sekarang, bahwa kehidupan di rumah itu seolah-olah ada batas antara ranah pekerjaan seorang istri dan peran suami.
Tidak sedikit mereka yang sudah berumah tangga, malah mendikotomi sendiri kerjaan istri atau suami di rumah. Bahwa ranahnya suami itu ya bekerja di luar rumah saja. Sementara rumah itu yang mengurusi istri. Ah, ruginya bila masih punya pemikiran seperti itu.
Ya, terlepas dari tidak berimbang karena bila membandingkan pekerjaan di kantor dengan pekerjaan di rumah (dengan asumsi tanpa pembantu), jelas jauh lebih berat pekerjaan di rumah, Anda kehilangan momen-momen seru di rumah.
Pekerjaan di kantor sudah terbagi sedemikian rupa oleh tugas pokok dan fungsi dari bidang kerjaan, departemen atau bahkan kompartemen atau apalah namanya.Â
Pendek kata, jarang sekali pegawai yang bekerja serabutan karena ranah pekerjaannya sudah jelas. Bahkan, sewaktu bekerja di "pabrik koran", pekerjaan yang sama-sama menulis pun dibedakan: siapa yang menulis bidang politik, ekonomi, olahraga dan sebagainya.
Sementara di rumah, bila semua pekerjaan hanya menjadi bagiannya istri, mulai memasak, mencuci piring, memberesi baju-baju kotor, hingga mengasuh anak--itu bukan hanya berat, tetapi sekali lagi, Anda kehilangan momen-momen seru di rumah. Termasuk bila semua pekerjaan itu dikerjakan oleh pembantu, Anda tidak akan pernah merasakan keseruannya. Karenanya, tidak ada salahnya sebagai suami, kita ikut "mencicipi" pekerjaan di rumah yang biasanya dilakukan istri.
Dulu, di awal-awal menikah dan menempati rumah, saya dan istri acapkali bekerja sama dalam memasak. Kami bergantian melakoni peran di dapur. Bila memasak yang sekiranya "rumit", itu bagiannya istri saya yang memang pintar masak. Tapi, bila cuma bikin sayur asem, mie siram atau nasi goreng (apalagi merebus air), saya yang amatiran ini yang memasak.
Dan, menikmati masakan yang kita masak sendiri, itu nuansanya berbeda dari yang sekadar tinggal makan. Apalagi masakan yang tinggal beli. Ada perasaan senang, bangga hingga evaluasi bila masakannya belum oke.Â
Pendek kata, melalui memasak, ternyata ada ruang berkomunikasi yang lebih akrab dengan istri dan anak-anak, ada ruang untuk lebih dekat yang tentu saja bagus untuk kondisi di rumah.
Merasakan kesenangan di rumah tidak hanya melalui memasak. Pun, melakukan pekerjaan rumah yang sekiranya ringan, juga bisa menumbuhkan kegembiraan. Bahkan, kita bisa membuat kejutan menyenangkan untuk istri.
Ya, merajut kejutan untuk istri tidak melulu berupa menyisipkan sekotak cokelat di lemari baju, memesan kirim baju untuknya ke rumah, mengajaknya makan malam di rumah makan favoritnya atau apa lha. Tidak hanya itu. Memberesi pekerjaan di dapur (memasak nasi, nyuci baju dan membesihkan piring) sebelum istri terbangun, juga sebuah kejutan.
Tidak percaya? Silahkan dicoba, mumpung akhir pekan. Bila sampean terbangun pagi lebih dulu dari istri, jangan segan untuk berinisiatif membersihkan piring-piring ataupun mencuci baju-baju kotor.Â
Bila masih kurang, bisa ditambah dengan menyapu rumah, menyirami taman, membersihkan mobil, motor dan lain-lain. Aktivitas pagi di rumah seperti itu sudah seperti melakukan olahraga ringan pagi hari di dalam rumah. Tapi, Anda akan mendapat bonus hebat, yaitu senyuman dan pelukan istri. Saya bisa menuliskannya karena sudah sering kali mencobanya.
Bagi kami yang mendiami rumah sejak 8 tahun lalu dan sejak 5 tahun lalu hidup berempat bersama dua bocah tanpa jasa pembantu, pekerjaan di rumah tidak akan selesai bila sekadar mendikotomi kerjaan istri atau suami. Tidak ada istilah ruang dapur dan sumur hanya milik istri.Â
Rumah milik bersama, ya kerjaan pun diberesi bareng-bareng. Termasuk mendidik anak, juga menjadi tugas bersama. Sebab, itu semua sejatinya bukan sekadar pekerjaan atau tugas, tetapi lebih sebuah kesenangan yang sayang sekali bila dilewatkan atau terlewatkan.Â
Selamat pagi, salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H